
Opini
Omikron dan Kesiapan Kita
Antisipasi kebutuhan medis untuk menghadapi omikron menjadi poin penting
BUDI SETIADI CARYONO, Guru Besar dan Dekan Fakultas Biologi UGM
Pandemi sindrom pernapasan akut parah Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) belum mereda selama hampir dua tahun. Catatan statistik WHO menunjukkan, lebih dari 260 juta kasus termasuk lebih dari lima juta kematian akibat penyakit Covid-19 pada akhir 2021.
Virus SARS-CoV-2 berevolusi dan memunculkan beberapa varian baru, yaitu varian alpha, beta, gamma, dan delta yang berakibat gelombang baru pada kasus penyakit dan melonjaknya kematian akibat pandemi Covid-19.
Peningkatan kasus tak bisa diprediksi secara akurat karena banyak faktor. Di antaranya karena arus globalisasi yang masif, rendahnya kepedulian dan literasi masyarakat, dan masih rendahnya kemampuan pemerintah mengidentifikasi kasus sejak dini.
Selain itu, masih kurangnya fasilitas memadai untuk mengidentifikasi virus. SARS-CoV-2 merupakan salah satu virus dengan mutation rate tertinggi saat ini. Tercatat ada 54 varian mutasi yang teridentifikasi di seluruh dunia, sejak awal munculnya virus ini pada 2020.
Penyebaran Covid-19 melewati beberapa fase, yaitu gelombang awal pandemi (November 2020). Jumlah kasus cukup fluktuatif dengan tren peningkatan setiap hari.
Omikron dan sebarannya
Penyebaran Covid-19 melewati beberapa fase, yaitu gelombang awal pandemi (November 2020). Jumlah kasus cukup fluktuatif dengan tren peningkatan setiap hari.
Awal Februari 2021, total kasus Covid-19 di Indonesia 1,29 juta dengan kasus aktif 157 ribu, terbanyak di Asia Tenggara. Untuk sejenak, menurun hingga 244 persen selama 15 pekan.
Namun selanjutnya, lonjakan terbesar atau gelombang kedua terjadi pada Juni-September 2021, sebanyak 21.345 kasus dalam sehari. Tingginya angka kasus aktif diiringi kematian tinggi, yang didominasi DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Menurut WHO, varian virus SARS-CoV-2 yang dilaporkan di Indonesia adalah alpha (B.1.1.7), beta (B. 1.351), delta (B.1.617.2), dan baru-baru ini omikron. Kasus omikron pertama kali ditemukan pada 26 November 2021 di Botswana dan Afrika Selatan. Lalu, ditetapkan sebagai varian B.1.1.529. Omikron memiliki perbedaan cukup signifikan dibandingkan varian lain, sehingga memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi dalam mengidentifikasi kerabat terdekatnya.
Merujuk analisis sekuens genomik, omikron punya situs mutasi terbanyak dari semua varian lain.
Merujuk analisis sekuens genomik, omikron punya situs mutasi terbanyak dari semua varian lain. Mutasi pada protein spike mikron, terlibat dalam meningkatnya transmisibilitas, patogenitas, tingkat keparahan penyakit, dan immune escape virus.
Selain itu, waktu penggandaan awal yang lebih singkat dibandingkan varian lain menunjukkan, kemungkinan omikron lebih menular daripada beta dan delta. Terbukti ada lonjakan kasus Covid-19 akibat omikron di banyak negara. Misalnya, Inggris (238.445 kasus), AS (170.513 kasus), Denmark (32.290 kasus), dan Kanada (13.189 kasus). Hanya butuh waktu satu bulan untuk menjadi varian dominan di negara-negara di seluruh dunia, dengan lebih banyak kasus daripada sebelumnya.
Menurut Centers for Disease Control (CDC), cepatnya transmisi omikron karena varian ini dua kali lebih menular daripada varian lainnya.
Lebih jauh lagi, diperkirakan omikron dapat menjangkiti golongan yang telah divaksin lengkap, karena desain vaksin yang telah didistribusikan di seluruh dunia belum “kebal” terhadap variasi omikron.
Namun, penelitian CDC menjelaskan, kasus omikron memiliki 53 persen lebih sedikit risiko rawat inap, 74 persen lebih sedikit risiko ICU, dan 91 persen lebih sedikit risiko kematian, jika dibandingkan varian sebelumnya, yaitu delta.
Studi ini juga menemukan, tidak ada pasien dengan omikron yang membutuhkan ventilasi mekanis. Menurut Van Kerkhove, epidemiolog Amerika, virus SARS-CoV-2 ini sekarang sedang dalam perjalanan dari pandemi menjadi endemi.
Studi ini juga menemukan, tidak ada pasien dengan omikron yang membutuhkan ventilasi mekanis.
Pada 24 Januari lalu, (CNN Indonesia) menyebutkan, kasus aktif omikron di Indonesia 1.626, penyebaran di 20 daerah dan didominasi DKI Jakarta. Sebanyak 90,1 persen kasus konfirmasi varian omikron merupakan transmisi lokal. Karena itu, banyak pihak mengimbau pemerintah dan pihak terkait bersiap menghadapi gelombang ketiga.
Pengalaman lalu
Belajar dari pengalaman lalu, ketidaksiapan RS terhadap lonjakan pasien menyebabkan masalah dalam pelayanan kesehatan. Kita masih ingat, pada Juni 2021 (CNN Indonesia), bed isolasi di RS langka dan keterisian ICU di atas 70 dan 90 persen di DKI Jakarta.
Ketersediaan fasilitas medis yang tak memadai, menyebabkan pasien Covid-19 memutuskan dirawat mandiri (isolasi mandiri). Kondisi ini terjadi karena pasokan tabung oksigen saat itu terbatas.
Pada 5 Juli 2021, Kemenkes menjelaskan, kebutuhan oksigen di Jawa-Bali 1.928 ton per hari untuk perawatan intensif dan isolasi mandiri pasien Covid-19, kapasitas tersedia 2.262 ton per hari, sehingga lebih dari 85 persen tabung oksigen dibutuhkan setiap harinya.
Ini diperparah tindakan ilegal pihak tak bertanggung jawab, seperti penimbunan tabung oksigen yang dijual dengan harga berpuluh kali lipat dari harga pasar ataupun ketidakmerataan distribusi stok oksigen ke daerah yang jauh dari pusat kota.
Antisipasi kebutuhan medis untuk menghadapi gelombang ketiga varian omikron menjadi poin penting.
Antisipasi kebutuhan medis untuk menghadapi gelombang ketiga varian omikron, menjadi poin penting. Sebagaimana disampaikan Menkes Budi beberapa waktu lalu, saat ini kebutuhan oksigen di Indonesia masih stabil. Yakni, dari 1.600 pasien positif Covid-19 varian omikron, hanya 20 persen yang perlu suplai tabung oksigen. Namun, tak menutup kemungkinan terjadi lonjakan pasien kritis.
Dengan demikian, kesiapan jumlah dan kualitas tabung oksigen serta sarana lainnya perlu menjadi prioritas. Masyarakat juga harus tetap patuh pada protokol kesehatan dan tidak lengah menghadapi situasi yang terus berkembang dinamis akhir-akhir ini.
Percepatan vaksinasi juga perlu digalakkan untuk mencapai 100 persen masyarakat mendapat vaksin, termasuk dosis kedua. Vaksinasi bagi anak-anak serta booster juga dipercepat jangkauannya.
Semua pihak perlu memperhatikan kemungkinan yang ada. Jangan sampai, kita terjerumus pada kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.