Masjid Rahmaniyah merupakan salah satu masjid utama di Nepal. | DOK FACEBOOK JAMA MASJID RAHMANIYA

Dunia Islam

Jejak Syiar Islam di Nepal

Syiar dakwah di Nepal dirintis kaum pedagang Muslim asal Persia dan Afghanistan.

OLEH HASANUL RIZQA

Nepal terletak di kawasan Pegunungan Himalaya. Negara yang memiliki bentuk bendera unik itu dijuluki sebagai Negeri Kuil. Sebab, di sana terdapat banyak tempat ibadah bagi para pemeluk Hindu.

Menurut sensus yang dilakukan pada 2011, lebih dari 80 persen populasi setempat menganut Hindu. Selama lebih dari dua abad, Nepal dikuasai dinasti yang menjadikan Hindu sebagai kepercayaan resmi.

Menjelang abad ke-21, sistem monarki digugat banyak pihak. Puncaknya, terjadilah perang saudara selama 10 tahun (1996-2006) di sana.

Konflik tersebut baru mereda pada 2007. Bagaimanapun, wibawa raja terlanjur kikis. Berbagai kalangan lokal pun mendesak tegaknya demokrasi. Akhirnya, pada Mei 2008 Majelis Rakyat Nepal bermufakat untuk menghapuskan sistem kerajaan dan menggantinya dengan republik sekuler.

Tabassum Siddiqui dalam artikelnya, “Incorporation of Islamic Architectural Features in Nepalese Architecture” (2020) menjelaskan, Islam mulai tiba di Nepal setidaknya sejak abad ke-15. Umumnya, syiar agama tauhid sampai di sana melalui aktivitas para pedagang. Mereka datang dari kawasan Afghanistan dan Persia.

photo
ILUSTRASI Islam masuk ke wilayah Nepal sejak abad ke-15. - (DOK FACEBOOK JAMA MASJID RAHMANIYA)

Beberapa saudagar Muslim diterima dengan penghormatan oleh raja Nepal kala itu, Ratna Malla (1484-1526). Sang raja mempersilakan mereka untuk bermukim dan bahkan membentuk perkampungan sendiri di Kathmandu, ibu kota Nepal.

Siddiqui mengatakan, pada masa pemerintahan Raja Pratap Malla (1641-1674), banyak pendatang Muslim di Nepal. Mereka berasal dari kawasan India utara, dan telah akrab dengan rute niaga antara Kashmir, Ladakh, dan Lhasa. Mayoritasnya berprofesi sebagai pedagang karpet dan benang wol.

Pratap Malla menaruh perhatian besar pada kebudayaan Persia. Raja Nepal yang memerintah pada medio abad ke-17 itu mengandalkan komunitas Muslim Nepal sebagai juru bicaranya untuk itu. Sebab, mereka andal berbahasa Persia dan Arab.

Salah satu hal yang membuat Pratap tertarik pada kultur Persia ialah pembuatan senjata. Sejak pertengahan abad ke-15 hingga merebaknya kolonialisme Eropa pada awal abad ke-18 terdapat tiga kekuatan besar dunia Islam. Ketiganya adalah Kesultanan Turki Utsmaniyah, Kerajaan Safavid di Iran, dan Kerajaan Mughal di Anak Benua India.

photo
ILUSTRASI Nepal memiliki populasi Muslim yang siginifikan. - (DOK FACEBOOK JAMA MASJID RAHMANIYA)

Untuk mendukung kekuatan militer, masing-masing mengandalkan persenjataan berbahan baku mesiu. Karena itu, ketiga kerajaan Muslim itu dijuluki sebagai Imperium Mesiu (The Gunpowder Empires). Sejak abad ke-17, Nepal telah menjalin hubungan bilateral dengan Safavid. Muslimin dari Persia sering kali didatangkan ke sana untuk melatih para tentara Nepal dalam menggunakan amunisi dan senjata api.

Pada pertengahan abad ke-19, Nepal menerima kedatangan banyak imigran Muslim dari India, yang kala itu masih dijajah Britania Raya. Sesudah Cina mengambil alih Tibet pada 1959, banyak pula pengungsi Muslim yang hijrah ke Nepal untuk menyelematkan diri. Pendatang dari Bangladesh turut menambah jumlah orang Islam di negara seluas 147 ribu km persegi itu.

Pada 2011, terdapat sekitar 1,16 juta pemeluk Islam di Nepal. Jumlah itu setara 4,2 persen dari total penduduk negeri tersebut saat itu. Nyaris seluruh Muslimin Nepal bertempat tinggal di daerah Terai, yakni kawasan dataran rendah di Nepal selatan.

Di Kathmandu, “hanya” terdapat kira-kira 21 ribu Muslim. Bandingkan itu dengan total penduduk ibu kota Nepal tersebut yang mencapai 975 ribu jiwa.

Salah satu kota dengan kultur keislaman yang kuat ialah Bhairahawa atau Siddharthanagar. Kota tersebut berlokasi di Nepal selatan, dekat dengan perbatasan India. Kaum Muslimin setempat menjadikan Jama Masjid Rahmaniya sebagai pusat aktivitas kerohanian mereka. Bangunan yang berdiri sejak tahun 1950 itu adalah masjid tertua di seluruh Siddharthanagar.

photo
Anak-anak Muslim di Nepal. - (Dok Frankensaurus)

Pihak takmir Masjid Rahmaniya sejak berpuluh-puluh tahun merawat tradisi yang cukup unik, yakni menggratiskan pendidikan untuk anak-anak Muslim. Mereka dapat belajar ilmu-ilmu agama di madrasah yang masih berada dalam area masjid tersebut.

Rata-rata, per tahunnya Madrasah Rahmaniya menerima 200 murid. Anak-anak itu tidak hanya dididik untuk pandai mengaji Alquran dan mendengarkan hadis-hadis, tetapi juga diasah kemampuan lingual dan sosialnya. Di antara banyak mata pelajaran yang diberikan kepada para santri itu ialah bahasa Arab, Persia, Urdu, dan Inggris.

Kota Siddharthanagar juga menjadi tempat lahirnya salah satu organisasi masyarakat (ormas) Islam terbesar di Nepal, yakni Ahle Sunnat Wa Jamat. Ormas yang terbentuk pada 1996 itu berupaya melestarikan paham keagamaan ahlusunnah wal jamaah.

Lembaga pemerhati pariwisata Muslim yang bermarkas di Singapura, Crescentrating, mencatatat setidaknya ada 10 masjid raya yang tersebar di seluruh Nepal. Di Kathmandu, wisatawan Muslim dapat shalat di beberapa tempat, termasuk Masjid Kashmiri Taquia dan Masjid Jami Kathmandu. Lokasi keduanya berdekatan, hanya dipisahkan oleh Kompleks Peguruan Tinggi Tri Chandra.

photo
Salah satu sudut pemandangan masjid di Nepal. - (DOK Wikipedia)

Di Kota Bhardaha, Provinsi Saptari, ada Masjid Jami Bhardaha. Masjid Jame Gorkha terdapat di kota dan provinsi bernama serupa dengan masjid.

Masjid Jame Anjuman Islamiya bisa ditemui di Kota Birganj, Provinsi Pursa. Sebuah masjid juga berdiri di Kota Butwal, Provinsi Rupandehi, Masjid  Medina. Di Kota Bharatpur, Provinsi Chitwan, terdapat Masjid Jame Makki.

Masjid Jamia Islamia terletak di Kota Biratnagar, Privinsi Morang. Di Kota Patan, Provinsi Lilatpur, sebuah masjid bernama Jame Masjid Patan selalu terbuka dalam lima waktu shalat.

Di Provinsi Siraha, terdapat  dua masjid. Masjid Jami dan Madrasah Rampur Birta di Kota Rampur Birta serta Madrasah Mazharul Uloom dan Jama Masjid di Kota Lahan. Tidak hanya shalat lima waktu, masjid tersebut juga aktif untuk shalat Jumat.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat