Ketua Umum PBNU terpilih Yahya Cholil Staquf (tengah) melambaikan tangan usai pemilihan Ketua Umum PBNU pada Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-34 di Universitas Lampung, Lampung, Jumat (24/12/2021). | ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.

Opini

Harapan Baru NU

Hal besar yang menjadi fokus NU adalah penguatan puluhan ribu lembaga pendidikan pesantren di desa, kota, dan pedalaman.

KHOFIFAH INDAR PARAWANSA, Gubernur Jawa Timur/Ketua Tanfidziyah PBNU masa khidmat 2022-2027 

 

Tak dapat diragukan, setelah sukses melaksanakan muktamar ke-34 di Lampung akhir Desember 2021, umat Islam, masyarakat umum, dan tokoh dunia Islam mendambakan harapan baru akan kemajuan NU menuju usianya yang ke-100, tahun 2026.

Salah satu perkembangan signifikan NU dapat terlihat dalam formasi kepengurusan baru di bawah kepemimpinan Rais Aam KH Miftachul Achyar dan KH Yahya Cholil Staquf, yang terlihat sedang mengaspirasi banyak elemen dan tokoh strategis.

Sekaligus memperdalam basis NU di kalangan pesantren tua dan memasukkan unsur tokoh perempuan, tokoh pondok pesantren utama, dan unsur pemangku kewilayahan di nusantara.

PBNU menjadikan pimpinan dan dzurriyah pendiri NU, ulama kharismatik bagian kepengurusan, baik di mustasyar, syuriah, a’wan syuriah, maupun tanfidziyah di samping kader profesional yang sedikit menghilangkan sekat latar belakang politik.

 
Salah satu perkembangan signifikan NU dapat terlihat dalam formasi kepengurusan baru di bawah kepemimpinan Rais Aam KH Miftachul Achyar dan KH Yahya Cholil Staquf.
 
 

Dikatakan KH Yahya Cholil Staquf dalam mukadimah pengumuman susunan pengurus, NU harus melihat tantangan dan aspirasi umat ke depan, di mana dunia lebih membutuhkan kehadiran kejuangan NU untuk membangun dan mengembangkan Islam yang ramah.

Juga membangun persatuan umat dan kesejahteraan serta siap menjadi rahmat penduduk dunia melalui internalisasi ajaran ahlussunnah wal Jamaah an-nahdliyah, yang kokoh akhlak dan berwibawa dalam kehidupan nyata.

Formasi PBNU tampak ingin menghidupkan kembali roh kejuangan KH Abdurrahman Wahid. Salah satu tantangan NU memasuki usianya ke-100 tahun pada abad kedua ialah pengaderan dan proliferasi ajaran ahlussunnah wal jamaah pada aras lebih luas.

PBNU sadar, pelaksanaan aswaja an nahdliyah dalam masyarakat mondial, tak hanya dikuatkan dengan ritual keagamaan atau majelis kultural yang selama ini terpupuk dalam masyarakat NU.

Namun, harus dihidupkan dalam tatanan dunia, di mana sikap tasammuh, tawazzun, tawassuth, toleran yang berkeadilan, sebagai bagian hidup keagamaan dan kemasyarakatan dunia.

 
PBNU sadar, pelaksanaan aswaja an nahdliyah dalam masyarakat mondial, tak hanya dikuatkan dengan ritual keagamaan atau majelis kultural yang selama ini terpupuk dalam masyarakat NU.
 
 

Menjelang satu abad

NU terus menguatkan sistem pengaderan dan optimalisasi kader atau keluarga besar NU. PBNU juga memiliki tantangan membangun sistem transformasi digital dakwah yang lebih profesional.

Sebagaimana rencananya NU akan memperkuat TV online, digital news letter, NU Online, networking, dan sistem informasi melalui saluran media sosial yang lebih solid dan berkelanjutan.

Hal besar yang menjadi fokus NU adalah penguatan puluhan ribu lembaga pendidikan pesantren di desa, kota, dan pedalaman. Pengembangan pendidikan dasar dan menengah serta perguruan tinggi NU menjadi fokus khidmah lima tahun ke depan.

Di samping, pengaderan formal dan optimalisasi kader profesional dan menyapa mereka di berbagai jenjang pimpinan eksekutif, lembaga legislatif, kementerian, provinsi, dan lembaga negara ataupun partai politik.

 
Hal besar yang menjadi fokus NU adalah penguatan puluhan ribu lembaga pendidikan pesantren di desa, kota, dan pedalaman. 
 
 

Tentu PBNU akan mendorong mereka terus bergerak dalam tataran manhaj jamiyah yang benar, di mana NU merupakan jam’iyyah yang menaungi kader bukan NU dan bukan kecenderungan sebaliknya.

Dapat dipastikan, menjelang 2026, NU menghadapi tantangan efisiensi kepemimpinan formal berjenjang dan mengembangkan pengaderan lebih sistematis dan programatik.

Sejak kepengurusan KH A Hasyim Muzadi periode kedua dan KH Said Aqiel Sirojd, NU mengubah dan mengembangkan pelatihan secara lebih masif dan sistematis, untuk melahirkan generasi pengganti yang andal dan berkarakter.

Generasi andal dalam hal ini ialah pimpinan yang memiliki perilaku khas NU, pengetahuan ke-NU-an mendalam, memiliki rekam jejak positif dalam pengalaman dan kepribadian utuh dengan kemampuan membaca lingkungan strategisnya.

Dalam waktu enam tahun menjelang satu abad, setelah sukses muktamar ke-34, NU bagaikan menemukan momentum dan menapaki babak baru dalam pengembangan dunia pendidikan pesantren dan kampus unggul berkualitas nasional.

 
Tentu PBNU akan mendorong mereka terus bergerak dalam tataran manhaj jamiyah yang benar, di mana NU merupakan jam’iyyah yang menaungi kader bukan NU dan bukan kecenderungan sebaliknya.
 
 

Untuk meningkatkan kualitas perguruan tinggi, NU membentuk LPTNU selain Lembaga Pendidikan Maarif, yang lebih dulu ada menaungi lembaga pendidikan dasar dan menengah. Baik LP Maarif maupun LPTNU mengembangkan diri untuk bisa bersaing.

Sekolah Maarif dan sekolah NU tak berlabel NU, menjadi motor bagi penyediaan kader ilmuwan dan bangunan pengabdian untuk umat berkualitas. PTNU membangun infrastruktur pendidikan lebih memadai dan meningkatkan akreditasi nasional dan internasional.

PBNU juga banyak menerima kunjungan tamu pejabat luar negeri dari dunia Islam di Timur Tengah ataupun negara sahabat untuk memperkuat kerja sama.

KH Yahya Cholil Staquf yang dikenal memiliki jaringan internasional, insya Allah menemukan momentum mengerahkan seluruh pengurus  membangun NU lebih manfaat bagi umat, Indonesia, dan Islam. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat