KH Abdul Wahid Hasyim. | DOK WIKIPEDIA

Khazanah

Para Pahlawan dari NU

Di antara para pahlawan nasional, terdapat tokoh-tokoh dari organisasi NU.

OLEH HASANUL RIZQA

 

Kaum Muslimin berperan penting dalam sejarah bangsa dan negara Indonesia. Hal itu dapat dimengerti. Sebab, sejak era kolonial hingga kini, mayoritas penduduk Nusantara adalah umat Islam.

Mereka terikat rasa persaudaraan dan senasib sepenanggungan pada masa penjajahan. Semua memiliki impian yang sama: Indonesia merdeka.

Di antara para pahlawan nasional, terdapat tokoh-tokoh dari organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Alim ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah itu turut berdialektika dengan pejuang-pejuang lainnya. Visinya adalah Indonesia sebagai baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

Berikut ini tiga dari sekian banyak sosok Nahdliyin yang menyandang gelar pahlawan RI.

 

KH Abdul Wahid Hasyim

Sejak muda, KH Abdul Wahid Hasyim sudah aktif berorganisasi. Saat berusia 25 tahun, ayahanda presiden keempat RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu bergabung dengan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI). Ketika Masyumi muncul menggantikan MIAI, dirinya ditunjuk menjadi ketua majelis tersebut.

Saat berusia 31 tahun, putra Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari itu menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Menantu KH Bisri Syansuri itu juga termasuk dalam jajaran Panitia Sembilan, yang membahas dan merumuskan dasar negara Indonesia.

KH A Wahid Hasyim diangkat menjadi pahlawan nasional pada 1964. Ia wafat setelah mengalami kecelakaan lalu lintas pada 1953. Sang patriot berpulang ke rahmatullah dalam usia 38 tahun.

photo
Hadratussyekh KH Hasyim Asyari. - (DOK WIKIPEDIA)

KH Hasyim Asy’ari

Dialah tokoh kunci di balik berdirinya NU. Di sepanjang hayatnya, Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari selalu mengamalkan ilmunya, baik dalam ranah dakwah, pendidikan, politik, maupun sosial. Pendiri Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, itu juga berjuang demi kemerdekaan RI.

Pada masa penjajahan, ketokohannya membuat segan pemerintah kolonial Belanda maupun Jepang. Mbah Hasyim selalu mengobarkan semangat untuk melawan penindasan. Ketika Dai Nippon berkuasa, dirinya pernah dipenjara karena menolak seikerei.

Perannya menentukan dalam Resolusi Jihad 1945. Kala itu, Belanda datang dengan maksud menjajah lagi. Di Surabaya, sang faqih mengeluarkan fatwa yang terbukti membangkitkan spirit para pejuang untuk mempertahankan kedaulatan RI.

photo
KH R Asad Syamsul Arifin - (DOK WIKIPEDIA)

KH R As’ad Syamsul Arifin

Sejak berusia remaja, ulama kelahiran Makkah al-Mukarramah ini sudah berjuang di medan pertempuran. KH Raden As’ad Syamsul Arifin muda bergerilya bersama rekan-rekannya untuk mengusir tentara Jepang dari Jember. Santri Syaikhona KH Khalil Bangkalan itu menjadi inspirasi kaum Muslimin Tanah Air.

Sesudah Belanda mengakui kedaulatan RI, Kiai As’ad turut aktif dalam Masyumi. Pada 1952, golongan NU keluar dari sana dan mendirikan partai baru. Ulama yang juga pengasuh Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo itu berperan mengembangkan Partai NU.

Atas jasa-jasanya, dai yang wafat pada 1990 itu ditetapkan sebagai seorang pahlawan nasional. Penetapan itu melalui Keputusan Presiden Nomor 90/TK/Tahun 2016.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat