Tangkapan layar Maestro Indonesia | Youtube

Geni

Maestro Indonesia, Menggali Sosok Inspiratif 

Maestro Indonesia mengulik bagaimana Sulianti berdedikasi sebagai dokter pada masa kemerdekaan.

Di tengah fase mempertahankan kemerdekaan pada 1945-1949, dr Sulianti Saroso memimpin gerakan perempuan. Mereka menyampaikan obat-obatan dan makanan kepada para pejuang di garis depan.

Dokter Sulianti Saroso dikenal sebagai inspirasi bagi para epidemiologi di Indonesia. Hingga kini, dia dikenang karena dua terobosan, yakni di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit menular serta Keluarga Berencana (KB). Sampai akhir hidupnya, Sulianti terus terlibat dalam persoalan kesehatan masyarakat. Bahkan, dia aktif sebagai konsultan untuk lembaga internasional WHO dan Unicef.

Di bidang yang lain, ada sosok yang juga hebat. Dia adalah Ciputra. 

Ciputra dikenal sebagai seorang pengusaha properti nasional. Dia adalah sosok di balik sejumlah bangunan penting di Jakarta. Selain itu, Ciputra juga dikenal turut berpengaruh dalam perkembangan dunia bulu tangkis di Tanah Air. 

Sejak muda, Ciputra menyadari satu hal dalam hidupnya, yaitu olahraga dapat menghapus segala bentuk diskriminasi. Visinya itu membuatnya menggagas terbentuknya perkumpulan bulu tangkis Jaya Raya. 

Dia melibatkan sejumlah mantan atlet berprestasi untuk mengurus PB Jaya Raya. Berkat dedikasinya, sepanjang 1976 hingga kini atlet PB Jaya Raya terus meraih prestasi puncak dalam berbagai kejuaraan tingkat dunia. 

Kisah keduanya dihadirkan dalam episode lima dan enam film dokumenter berseri, Maestro Indonesia. Film ini mengulik bagaimana Sulianti mendedikasikan dirinya sebagai dokter pada masa kemerdekaan dan Ciputra membangun dunia bulu tangkis Tanah Air.

Menurut produser webseri film dokumenter Maestro Indonesia, Mira Lesmana, film ini sangat sepsial karena mengemban tugas menginspirasi generasi muda. “Tujuan kami jelas, ini untuk anak muda mengenali sosok hebat di Indonesia,” kata Mira dalam acara konferensi pers dan peluncuran film dokumenter Maestro Indonesia Episode Ciputra dan Soelianti Saroso di FLIX Cinema, Astha SCBD, Jakarta Selatan, pekan lalu.

Setiap tahun, PT Pembangunan Jaya bersama Miles Films melakukan pencarian tokoh inspiratif berprestasi di bidangnya untuk diangkat dalam Maestro Indonesia. Tim kemudian melakukan riset panjang dari berbagai sumber, keluarga, arsip nasional, dan lainnya sebelum terjun ke lapangan.

Menurut Mira, tantangan paling sulit dalam pembuatan film dokumenter ini adalah mengedit materi yang diambil selama syuting sehingga berdurasi 20 hingga 30 menit. “Menurut kami, 20-an menit itu waktu yang pas menonton dokumenter ini,” ujar Mira.

Dia berharap, film ini bisa menjadi pemicu bagi anak-anak muda untuk mencari tahu lebih lanjut tentang sosok-sosok inspiratif. Nicholas Saputra menjadi salah satu pembawa acara dalam film dokumenter ini. Aktor kelahiran 24 Februari 1984 itu dianggap sebagai sosok yang pas menjadi bagian dari Maestro Indonesia.

“Nicho punya kepedulian luar biasa, dia suka meriset dan inteligen. Ketika kami berdiskusi, memang dia sosok yang tepat,” kata Mira.

Nicholas bukan satu-satunya kandidat calon pembawa acara di film dokumenter ini. Namun, menurut Mira, pemeran film Paranoia itu yang paling bersemangat bergabung dengan proyek Maestro Indonesia

“Pertanyaan dia banyak. Dia tak sekadar hadir di sana, sekadar tanya, tetapi juga penasaran dan menggali,” ujar Mira.

Sutradara Maestro Indonesia, Riri Riza, menyebut riset adalah tantangan utama dalam pembuatan film dokumenter ini. Riri memiliki tim khusus yang bertugas melakukan riset tentang apa dan siapa serta keistimewaan dari tokoh inspiratif yang akan diangkat dalam film.

“Saya percaya, walaupun dokumenter, bagaimana cara penonton bisa masuk ke dalam? Ya kami harus menyentuh dari sisi kemanusiaannya,” kata Riri.

Film Maestro Indonesia ini diproduksi sejak 2016. Pada 2016, Maestro Indonesia merilis dua episode, yaitu mengangkat sosok Chairil Anwar (bidang sastra) dan Soejoedi Wirjoatmodjo (bidang arsitektur). 

Pada 2017, ada dua episode yang dirilis, yaitu menceritakan kisah hidup Cornel Simanjuntak (bidang musik) dan Nurcholish Madjid (bidang pembaharuan pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia). Pada 2022, giliran Ciputra (bidang olahraga) dan Sulianti Saroso (bidang epidemiologi) yang diulas.

Sebagai sutradara, Riri mengakui, membuat film dokumenter adalah proses belajar yang sangat penting. Menurut dia, banyak cerita yang bisa didapatkan dari dua film dokumenter tersebut.

Riri berharap, penonton utamanya generasi muda dapat terinspirasi oleh kegigihan Sulianti dan Ciputra untuk mewujudkan visi yang mereka yakini. Meskipun banyak buku dan film yang mengangkat sosok inspiratif, Riri menghadirkan warna tersendiri lewat film dokumenternya. Riri juga tidak menayangkan gambar-gambar yang sudah banyak muncul.

“Saya ingin menyentuh dan menceritakan sesuatu, jadi selain komunikatif tapi penyampai juga yang baik,” kata Riri.

Maestro Indonesia diharapkan dapat menginspirasi generasi muda untuk terus berkarya membangun Indonesia, sesuai bidangnya dan kelak menjadi maestro Indonesia. Seluruh film ini dapat disaksikan melalui platform Youtube Pembangunan Jaya dan Miles Film.

Menurut Direktur PT Pembangunan Jaya, Sutopo Kristanto, Mira Lesmana dan Riri Riza ingin menengahkan tokoh Indonesia yang luar biasa untuk memberikan perbendaharaan intelektual kepada generasi muda. “Tokoh yang ditengahkan ini luar biasa, yang bisa menginpirasi kita,” ujar Sutopo.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat