Tangkapan layar acara silaturahim dan pengajian Ikatan Sarjana IIQ Jakarta. Dari sepuluh orang Muslim terdapat lima orang yang buta huruf Alquran. | Youtube/ISAI

Khazanah

Berantas Buta Huruf Alquran

Upaya pemberantasan buta huruf Alquran dilakukan secara terstruktur dan sistematis oleh Yayasan Indonesia Mengaji.

JAKARTA – Dewan Masjid Indonesia (DMI) menegaskan, pemberantasan buta huruf Alquran merupakan program yang sangat penting. Program tersebut bisa dilakukan dengan berbasis masjid.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) DMI Imam Addaruquthni mengatakan, upaya pemberantasan buta huruf Alquran dilakukan secara terstruktur dan sistematis oleh Yayasan Indonesia Mengaji. Tentu DMI juga menyambut baik gerakan ini.

Menurut Wakil Rektor I Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) ini, gerakan Indonesia mengaji berbasis masjid dan mengembalikan generasi milenial ke masjid adalah upaya yang produktif. DMI juga akan menggiatkan program yang bersifat pemberdayaan dunia milenial. Harapannya, dunia kalangan milenial menjadi lebih kreatif sekaligus menunjang profesionalisme mereka.

Menurut dia, bisa dibuat kajian yang berdampak pada kehidupan profesional generasi muda di masjid. "Itu saya kira perlu diselingi program mengaji, juga diselingi prorgram yang lebih menarik lagi, jadi di masjid diperlukan program Indonesia Mengaji dan program vokasi untuk memperkuat program vokasi di sekolah formal," kata Imam.

Masjid, kata dia, ada di berbagai daerah dan ada program Indonesia Mengaji. Menurut Imam, program itu bisa berbasis masjid. “Ustaz dan ulama di sekitar masjid bisa menjadi guru mengajinya,” katanya.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum DMI Syafruddin mengingatkan, sebanyak 65 persen umat Islam di Tanah Air tidak bisa membaca Alquran. "Jadi, kalau 223 juta penduduk indonesia adalah beragama Islam. Sebanyak 65 persennya, umat Islam Indonesia tidak bisa membaca Alquran," ujar Syafruddin melalui keterangan tertulis, Sabtu (22/1).

Pernyataan itu disampaikan Syafruddin dalam kegiatan khataman Alquran yang digelar oleh El Medina-Syekh Ali Jaber Rahimahullah. Dalam kesempatan itu, Syafruddin mengingatkan soal pentingnya berjuang untuk mengentaskan buta huruf Alquran di Indonesia.

Karena itu, Syafruddin bersama sejumlah kelompok pemuda Islam mendirikan Yayasan Indonesia Damai Mengaji. Dalam yayasan itu, Syafruddin menjabat sebagai ketua.

“Saya ketuanya, sedangkan ketua dewan pembinanya Imam Besar Prof Nasaruddin Umar,” ujar Syafruddin.

Sementara itu, pakar ilmu Alquran, KH Ahsin Sakho Muhammad, menyampaikan beberapa usulan untuk mengatasi buta huruf Alquran di kalangan umat Islam di Indonesia. Menurut dia, dibutuhkan kemauan dari masyarakat dan pemerintah untuk menuntaskan masalah tersebut.

"Ini sudah pernah dilakukan di bebarapa daerah di Indonesia seperti di Kalimantan. Mereka mengeluarkan perda bahwa yang bisa masuk sekolah itu wajib baca-tulis Alquran. Itu bagus," ujar Kiai Ahsin.

Masalahnya, menurut dia, ketersediaan guru-guru Alquran untuk mengajar mereka yang masih belum bisa membaca Alquran. Masalah selanjutnya ialah dari masyarakat itu sendiri terutama dari orang tua. Dia mengatakan, orang tua harus diberi motivasi dan pemahaman agar anak-anaknya bisa membaca Alquran.

Kiai Ahsin juga menjelaskan, sebetulnya belajar membaca Alquran itu mudah. Dia menuturkan, ada sekitar 260 cara cepat membaca Alquran. Beberapa di antaranya menjanjikan dua hari atau lebih sudah bisa membaca Alquran.

Sedangkan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kementerian Agama, Prof Kamaruddin Amin menegaskan, upaya pengentasan buta baca tulis Alquran telah dan akan terus dilakukan, baik melalui program formal maupun informal. Secara formal, pembinaan dilakukan melalui lembaga pendidikan seperti madrasah, sekolah maupun pesantren. Sedangkan informal, biasanya dilakukan atas kerja sama organisasi masyarakat Islam, lembaga tahfiz, dan organisasi kemasyarakatan.

“Bimas Islam punya 50 ribu penyuluh, di antara tugas penyuluh ini adalah mengajarkan baca Alquran. Ke depan mungkin kita akan meminta mereka memberi perhatian lebih terkait literasi baca Alquran ini.”

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat