The Beatles | AP

Geni

Bernostalgia Bersama The Beatles

Konser ikonik The Beatles akan kembali ditayangkan untuk menandai 53 tahun pertunjukan aslinya.

Selama Januari 1969, grup musik The Beatles berkumpul untuk membuat proyek multimedia yang mencakup acara TV khusus, live show (pertama mereka dalam beberapa tahun), dan dokumenter. Ini adalah asal mula The Beatles: Get Back yang merekam proses The Beatles membuat album hit mereka, Abbey Road (1969) dan Let it Be (1970). 

Para personel, yakni John Lennon, Paul McCartney, George Harrison, dan Ringo Starr duduk di studio mereka dan berbagai lokasi lain merekam lagu-lagu baru untuk pertunjukan langsung pada akhir bulan. Sepanjang waktu, kamera mengawasi mereka, merekam tawa, perselisihan, kesalahan, dan istirahat minum teh. Dokumentasi ini lantas ditayangkan di Disney+ sejak akhir tahun lalu. 

Tayangan terdiri atas tiga episode, masing-masing berdurasi rata-rata 2,5 jam. Sang sutradara, Peter Jackson, melakukan pekerjaan yang fantastis dalam menenun sejumlah besar rekaman menjadi narasi yang koheren. Seolah-olah Anda sedang duduk di ruangan bersama anggota The Beatles, tertawa bersama dengan lelucon mereka, dan menari mengikuti irama mereka. 

Bagi penggemar The Beatles, ini adalah tontonan wajib. Film dokumenter ini mencatat penciptaan beberapa hit terbesar mereka, di antaranya, "Let it Be”, "Maxwell's Silver Hammer”, "Don't Let Me Down”, dan “She Came in Through the Bathroom Window”.

Ada sesuatu yang ajaib tentang The Beatles: Get Back. Tontonannya terasa alami. Seluruh seri menunjukkan The Beatles dalam pengaturan tanpa filter. Terkadang mereka terlibat dalam ketidaksepakatan kreatif yang mengguncang seluruh produksi hingga ke intinya. 

Di beberapa titik di awal film dokumenter, George Harrison memutuskan meninggalkan grup untuk sementara demi mengejar otonomi kreatifnya sendiri. Hal ini memaksa anggota The Beatles lainnya untuk berkompromi dan mengakomodasi arah yang berbeda yang ingin diambil oleh setiap anggota proyek.

Sepanjang seri, mereka bersama-sama membentuk ide dan konsep untuk arah proyek yang mereka inginkan. Proses ini terbentang tepat di depan penonton dengan cara yang jelas dan hanya dapat dilakukan oleh sutradara serta kru produksi yang terampil. 

Paul McCartney, Ringo Starr, dan Yoko Ono berada di kru tersebut. Mereka menangkap energi ruangan tempat mereka semua duduk bertahun-tahun lalu dan menyampaikannya kepada penonton. Ada momen-momen dalam film dokumenter ini yang sangat berkesan. 

Salah satunya, ketika George Harrison dengan bersemangat memamerkan lagu barunya yang dia tulis pada malam sebelumnya, berjudul "I Me Mine”. John Lennon dan Yoko Ono mendiskusikan visi artistik pertunjukan, sementara McCartnet menampilkan gaya bebas "Let it Be" pada piano di latar belakang. 

Ringo Starr dengan riang mengumumkan di tengah percakapan serius, “Aku baru saja kentut. Aku hanya akan melihatmu dan tidak memberitahumu. Tapi kemudian aku memutuskan untuk memberitahukannya,” tulisnya. 

Momen-momen itu menawarkan kepada penonton cita rasa unik The Beatles yang secara mengejutkan telah lama ditunggu-tunggu. Sungguh mencengangkan bahwa rekaman ini berada di beberapa ruangan selama bertahun-tahun, menunggu untuk ditonton oleh jutaan penggemar The Beatles di seluruh dunia.

Serial dokumenter ini mencapai puncaknya pada pertunjukan rooftop terkenal yang menandai live show terakhir The Beatles. Konser  yang diadakan di 3 Savile Row, London, Inggris, ini membuat orang-orang berkumpul di jalan (dan beberapa bahkan naik ke atap yang berdekatan) untuk mendengarkan musik The Beatles yang baru. 

Momen ini adalah tampilan yang luar biasa dari popularitas band pada saat itu. Lebih dari 100 orang aktivitas mereka di tengah hari untuk mendengarkan The Beatles memainkan instrumennya.

Band ini tidak menampilkan set peralatan musik lengkap. Mereka hanya memainkan lagu baru apa pun yang mereka inginkan, berulang-ulang. Hal ini membuat akhir cerita sedikit tidak memuaskan karena akan sangat menyenangkan melihat mereka memainkan semua lagu yang telah mereka kerjakan selama sesi studio.

Dilansir di laman NME pada Rabu (5/1), dokumenter The Beatles: Get Back yang disutradarai Peter Jackson lebih banyak ditonton oleh individu yang berusia di atas 55 tahun. Laporan ini mengacu pada data statistik Nielsen.

Menurut Nielsen, 54 persen penonton serial tersebut pada pekan pertama berusia di atas 55 tahun. Nielsen juga mencatat, The Beatles: Get Back diputar sebanyak 503 juta menit selama empat hari pertama debutnya.

Konser ikonik

Konser rooftop ikonik The Beatles akan kembali ditayangkan. Kali ini, penayangannya dilakukan secara eksklusif di bioskop IMAX.

Penayangan tersebut sekaligus menandai 53 tahun pertunjukan aslinya. Bertajuk “The Beatles: Get Back-The Rooftop Concert”, konser akan berlangsung selama 60 menit.

Tayangan dengan rekaman audio konser yang dikhususkan untuk teater IMAX ini disutradarai oleh Peter Jackson. Jackson juga akan terlibat dalam segmen tanya-jawab (Q&A) setelah pemutaran film yang disiarkan di semua lokasi teater partisipan.

"Saya senang bahwa konser atap dari The Beatles: Get Back akan tayang di IMAX, di layar besar itu," kata Jackson dalam siaran pers, dilansir di laman Ultimate Classic Rock, Kamis (6/1). 

Konser rooftop ini termasuk ikonik karena menjadi penampilan terakhir The Beatles sebagai sebuah grup. Tayangan di IMAX pun dianggap menjadi cara sempurna untuk melihat dan mendengarnya kembali.

“Sejak film dokumenter Peter Jackson yang indah dan mencerahkan debut, kami telah mendengar tanpa henti dari penggemar yang ingin merasakan pertunjukan rooftop yang tak terlupakan di IMAX,” kata Presiden IMAX Entertainment, Megan Colligan.

Pihaknya sangat bersemangat untuk bermitra dengan Disney dan membawa Get Back ke panggung yang baru. Ini akan memberi penggemar Beatlemania kesempatan sekali seumur hidup untuk menonton dan mendengar kembali pertunjukan idola mereka dalam pemandangan dan teknologi suara IMAX yang canggih.

“The Beatles: Get Back–The Rooftop Concert” akan diputar di IMAX pada 30 Januari 2022. Pemutarannya akan diadakan di beberapa kota di 25 negara bagian Amerika Serikat (AS) dan Washington DC. Setelah pertunjukan, setiap bioskop akan menyiarkan tanya jawab khusus dengan Peter Jackson. 

Setelah acara IMAX yang hanya tayang satu malam, “The Beatles: Get Back–The Rooftop Concert” akan berlangsung secara global dari 11 hingga 13 Februari 2022. Film The Beatles: Get Back juga akan tersedia dalam DVD dan Blu-ray di AS mulai 8 Februari.

Delapan Lagu dalam Sehari

Sesi rekaman cepat bukanlah hal baru bagi band The Beatles. Sifat industri musik yang sedemikian rupa memuat proses merekam lagu tunggal jarang memakan waktu lebih dari satu hari. Album lengkap dapat dihasilkan dalam waktu kurang dari sepekan. 

Terlepas dari rekaman single debut “Love Me Do”, semua lagu dari rekaman pertama The Beatles pada 1962 direkam dalam satu hari. Gitaris The Beatles, John Lennon, sedang sakit pada saat itu. Anda dapat mendengar suaranya makin kuyu saat lagu-lagunya diputar.  Pada tembang “Twist and Shout”, Lennon memberikan semua yang dia miliki dalam satu penampilan.

Begitu band tersebut mulai melakukan tur dengan kecepatan hampir tanpa henti, sesi rekaman cepat diperlukan, terlepas mereka suka atau tidak. Di antara live show, promosi televisi, dan pembuatan film, The Beatles harus melakukan perjalanan ke studio untuk memenuhi kuota album mereka setiap enam bulan atau lebih. 

Dilansir di laman Far Out pada Jumat (14/1), album keempat mereka berjudul Beatles for Sale dirilis hanya lima bulan setelah album A Hard Day's Night. Band mulai merasakan kelelahan yang merayapi mereka.

Pada 18 Oktober 1964, The Beatles memiliki hari yang panjang di depan mereka. Sesi sembilan jam dipesan untuk EMI Studios di Abbey Road, London, Inggris. Band tersebut memulainya sejak pukul 14.30 waktu setempat dengan sejumlah agenda. 

Pada urutan pertama, mereka merekam intro dan outro baru untuk “Eight Days a Week” yang telah mulai direkam sejak 12 hari sebelumnya. Ketika itu selesai dalam waktu yang relatif singkat, The Beatles benar-benar memulai salah satu hari rekaman paling proaktif mereka sejak album pertama, Please Please Me.

Selanjutnya, adalah medley lagu “Kansas City/Hey-Hey-Hey-Hey!” bersama musisi Little Richards. Tembang ini direkam hanya dalam dua kali pengambilan vokal. Setelah itu, The Beatles beralih pada lagu “Mr. Moonlight” dengan empat kali pengambilan.

Sebagian besar band mungkin menganggap aktivitas memoles satu lagu, merekam cover sepenuhnya,  bahkan menyelesaikan single berikutnya dalam satu hari adalah sebuah kesuksesan. Namun, bagi The Beatles itu belum selesai. Seusai “Mr. Moonlight” dan “I’ll Follow the Sun”, grup tersebut memutuskan untuk terus membuat cover.

George Harrison mengambil alih “Everybody's Trying to Be My Baby” milik Carl Perkins. Sementara, Lennon memberikan sentuhannya pada tembang “Rock and Roll Music” milik Chuck Berry. 

Meskipun hampir mengeluarkan suaranya di “Rock and Roll Music”, Lennon berpikir satu cover lagi akan cukup untuk hari itu dan memilih harmoni dua bagian yang tepat dari “Words of Love” milik Buddy Holly. Setelah dua operan dan overdub vokal terakhir untuk lagu itu, The Beatles meninggalkan EMI dengan delapan lagu.

Sesi ini menunjukkan pendekatan The Beatles terhadap rekaman cepat dan padat serta menggunakan semua waktu yang mereka miliki.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat