Dhini Aminarti dan Dimas Seto dalam Hayya 2 | Youtube

Geni

Hayya 2, Berjuang Menghadapi Kehilangan

Pada 2019 film Hayya mendonasikan sebagian hasil keuntungan sebesar Rp 2,7 miliar. 

Dengan mengangkat genre drama keluarga, film Hayya The Power of Love pada 2019 mampu mengambil hati pencinta film. Seolah ingin meneruskan kesuksesan film terdahulu, Hayya 2 hendak menyapa penonton. 

Sinema garapan rumah produksi Warna Pictures ini masih mengetengahkan isu kemanusiaan dan kesehatan mental. Film ini diracik sedemikian rupa dengan harapan dapat menghibur penonton film Tanah Air sekaligus menjadi medium refleksi terhadap kondisi dan situasi sekarang ini.

Sutradara Hayya 2 Hope, Dream & Reality, Jastis Arimba, menjelaskan, proses syuting dilakukan saat pandemi sekitar Juli dan Agustus 2020. Karena proses syuting pada masa pandemi, mereka harus mengubah naskah. 

“Cerita diubah harapannya menjadi medium refleksi disesuaikan kondisi sekarang," ujarnya dalam konferensi pers peluncuran trailer dan poster Hayya 2 Hope, Dream & Reality, Sabtu (8/1).

Tema kali ini mengerucut pada memaknai arti kehilangan. Menurut produser Hayya 2, Asma Nadia, salah satu yang membuat denyut film ini adalah kehilangan sesuatu merupakan hal yang serius. Itu sangat nyata. 

Pada masa pandemi, banyak orang mengalami kehilangan. “Dengan karater Dhini dan Dimas menguatkan siapa saja yang mengahadapi kehilangan yang sampai saat ini masih berjuang, bisa menguatkan," kata dia.

Film ini melanjutkan kisah Hayya (Amna Shahab), gadis Palestina yang sebelumnya datang ke Indonesia. Film mengangkat trauma dengan situasi konflik yang terjadi di Palestina membuat Hayya tidak mau dipulangkan dan kembali melarikan diri agar bisa tinggal di Indonesia.

Dalam pelariannya, Hayya bertemu dengan Lia (Dhini Aminarti) seorang perempuan cantik dan baik hati yang mengira Hayya adalah anaknya. 

Hayya pun diajak Lia tinggal di rumahnya dan bertemu dengan Faisal (Dimas Seto). Faizal yang awalnya bingung dengan kehadiran Hayya akhirnya menganggap Hayya adalah penyelamat bagi kehidupan rumah tangganya. 

Di tempat lain, Rahmat, Adhin, dan Ricis terus mencari Hayya. Satu per satu tabir keluarga Faisal terbuka, hingga pada puncaknya sebuah tragedi menimpa Hayya. Hal itu membuat situasi menjadi kompleks dan menegangkan.

Lokasi syuting film ini di Indonesia. Untuk suasana Palestina, mereka memakai teknologi visual efek.

Menurut produser Helvy Tiana Rossa, film Hayya 2 cocok ditonton oleh siapa pun, baik itu Muslim maupun non-Muslim. "Ini bukan sekadar film religius Islam. Ini terbuka untuk ditonton siapa pun,” ujarnya.

Pada 2019, tim produksi film Hayya mendonasikan sebagian hasil keuntungan sebesar Rp 2,7 miliar untuk membantu saudara-saudara kita yang ditimpa bencana, khususnya di Palestina dan Indonesia. Dia berharap, melalui Hayya 2, tim bisa kembali memberikan donasi terbaik dari hasil keuntungan yang didapat melalui penjualan tiket film ini. 

"Sekarang, selain untuk Palestina, juga untuk yang terdampak Covid-19 di Indonesia. Anak-anak yatim yang terdampak Covid-19,” kata Helvy.

 
Sekarang, selain untuk Palestina, juga untuk yang terdampak Covid-19 di Indonesia. Anak-anak yatim yang terdampak Covid-19.
 
 

Dia berharap, film berdurasi 100 menit ini dapat diterima oleh masyarakat secara luas dan dapat ikut mewarnai serta membangkitkan kembali industri film di Indonesia. Selain itu, Helvy ingin karya ini menjadi keberkahan, bukan hanya Indonesia, melainkan juga dunia. 

"Mudah-mudahan yang selama ini merindukan karunia Allah SWT bisa mendapatkan kekuatan. Semoga, bisa menjadi film yang tidak hanya diterima di Indonesia, tapi juga mendunia dan akhirat," ujarnya.

Menurut produser eksekutif, Ustaz Erick Yusuf, Hayya 2 sebenarnya sudah siap dari masa pandemi kemarin. Namun, situasi kala itu dinilai belum pas untuk merilis karya. 

“Kemarin kita berjarak seakan terpisahkan. Dengan hadir kembali di layar lebar ingin nonton bareng bersama menyatukan hati bersama," kata Ustaz Erick.

Menurut dia, ada misi besar di balik film ini. Salah satunya yaitu membangkitkan kembali ekonomi perfilman Indonesia. “Hayya tidak mungkin hadir kalau tidak kerja bareng,” ujarnya.

Hayya 2 bukan film religi, melainkan film universal. Palestina dinilai menjadi sebuah refleksi di mana kita bisa kembali menjadi manusia yang berempati. 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Dr. Helvy Tiana Rosa, M.Hum. (helvytianarosa)

Tantangan

Aktris Dhini Aminarti berperan sebagai Lia. Pada hari pertama syuting, dia sudah harus menjalani golden scene. "Itu tantangan awal yang harus saya jalani. Berkat arahan dan proses riding, alhamdulillah semua berjalan lancar,” ujarnya.

Dimas Seto menyebut, ini adalah film pertamanya bersama sang istri, Dhini Aminarti. Dia berperan sebagai suami pemalu, pendiam, sabar, dan bijaksana.

Bagi pemeran Hayya, Amna Shahab, adegan tersulit adalah ketika dia harus menangis dan terjadinya ledakan.  “Karena dilempar, takut,” kata dia.

Film Hayya 2 rencananya tayang serentak di bioskop Indonesia pada Maret 2022. Skenario film ini ditulis Ali Eunoia dan Jastis Arimba serta disutradarai oleh Jastis Arimba. Film ini pun di produseri oleh Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia didampingi para produser eksekutif yang terdiri atas Erick Yusuf, Oki Setiana Dewi, dan Imam T Saptono. Selain diangkat ke layar lebar, Hayya 2 akan diadaptasi ke sebuah novel yang ditulis Helvy Tiana Rosa dan Beny Arnas.

Film Hayya 2 Hope, Dream & Reality dibintangi oleh Amna Shahab, Dhini Aminarti, Dimas Seto, Donny Alamsyah, Ria Ricis, Fauzi Baadila, Adhin Abdul Hakim, Asri Welas, Agla Artalidia, Hamas Syahid, Meyda Sefira, Yusuf Ozkan, Humaidi Abas, Erick Yusuf, Oki Setiana Dewi, dan Cholidi Assadil Allam.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat