Pelajar SMA PGRI 3 Surabaya membawa poster saat kegiatan kampanye gerakan anti perundungan (bullying) di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (21/12). | ANTARA FOTO/Moch Asim

Internasional

Aplikasi Palsu 'Jual' Wartawan, Akademisi, dan Aktivis

Aplikasi itu jelas bertujuan untuk merisak para perempuan, terlebih perempuan Muslim.

 

 

Pagi-pagi sekali, seorang jurnalis di New Delhi mengeklik "unduh" pada gambar yang diterimanya lewat aplikasi WhatsApp. Semula dia mengira itu adalah ucapan tahun baru.  

Namun, seketika jantungnya berdetak kencang karena ternyata itu adalah fotonya sendiri. Tak hanya itu, ada keterangan yang merendahkannya. Ia dijual dan dilabeli sebagai "Deal of the Day".

 
Saya ingin memulai tahun dengan harapan. Betapa mengejutkan bahwa ada orang pada hari terakhir tahun ini enak saja melakukan semua ini untuk merendahkan kami.
 

Foto-foto 100 wanita Muslim lainnya juga dipamerkan dalam lelang palsu di sebuah aplikasi terbaru bernama Bulli Bai. Aplikasi itu jelas bertujuan untuk merisak para perempuan, terlebih perempuan Muslim.

"Saya ingin memulai tahun dengan harapan. Betapa mengejutkan bahwa ada orang pada hari terakhir tahun ini enak saja melakukan semua ini untuk merendahkan kami," kata sang jurnalis yang tidak menyebutkan identitasnya itu kepada media lokal yang dikutip South China Morning Post, Selasa (4/1).

Enam bulan lalu, namanya bersama 80 wanita Muslim lainnya terdaftar untuk dilelang di aplikasi lain bernama Sulli Deals. Dari namanya saja, aplikasi tersebut mengungkapkan maksudnya, karena itu adalah kata-kata slang yang mengacu pada alat kelamin.

Pada Selasa, polisi India menahan dua orang di balik aplikasi Bulli Bay yang ditawarkan di platform GitHub. Penangkapan dilakukan setelah ada pengaduan dari jurnalis Ismat Ara, Ahad (2/1). Sebelumnya, Menteri Teknologi Informatika India Ashwini Vaishnaw mengatakan, GitHub telah memblokir pengguna yang menciptakan aplikasi tersebut.

"Disebutkan bahwa GitHub brutal, mengancam dan ingin menciptakan rasa takut dan malu dalam pikiran saya, dan pikiran perempuan pada umumnya, dan komunitas Muslim yang anggota perempuannya dibidik dengan perilaku kebencian semacam ini," demikian isi pengaduan yang diunggah Ara di media sosial.

Dalam pernyataan pada Senin pekan ini, Komisi Wanita Delhi menyebut sikap tidak berperasaan para pelaku telah membuat mereka berani untuk terus menjual wanita dan anak perempuan secara daring. Para wanita yang ditampilkan di situs web itu berusia dari 16 hingga lebih dari 70 tahun.

Hampir semuanya adalah jurnalis, akademisi, atau aktivis sosial. Mereka termasuk aktris Bollywood Shabana Azmi. Umumnya mereka adalah wanita yang berani bicara dan vokal, aktif di media sosial, dan tak segan mengkritik Bharatiya Janata Party (BJP) yang berkuasa.

Para wanita yang menjadi target lelang daring banyak pula wanita non-Muslim yang kritis terhadap pemerintah. Mereka kerap diejek oleh sekelompok orang yang merupakan pendukung kuat pemerintah nasionalis Hindu pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi.

Skandal ini terjadi hanya beberapa hari setelah serangan lain terhadap 170 juta Muslim India dan minoritas Kristen. Dua pekan lalu, para pemimpin spiritual Hindu di sebuah pertemuan di Haridwar menyerukan "genosida" terhadap Muslim. Seruan itu diikuti oleh aksi warga Hindu yang mengganggu Muslim di Gurgaon yang hendak shalat di tempat umum, padahal tempat itu memang disediakan secara resmi untuk beribadah.

Perayaan Natal juga dilaporkan mengalami gangguan dari kelompok ekstremis Hindu. Satu gereja dirusak dan patung Yesus dihancurkan.

Salah satu wanita mengaku terpukul karena masuk daftar perempuan yang "ditawarkan" secara online. Kini, ia bertanya-tanya, sanggupkah dirinya melanjutkan profesinya sebagai aktivis?

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat