Pengendara mobil terjebak macet di jalan tol Jagorawi, Jakarta Timur, Jumat (24/12). PT Jasa Marga (Persero) memproyeksikan puncak arus mudik libur Natal dan Tahun Baru 2022 terjadi pada Jumat (24/12/2021) hingga Ahad (2/1/2022). Sementara jumlah volume k | Republika/Thoudy Badai

Otomotif

Tak Ada Lagi Sentuhan di Gerbang Tol?

Jika ke depannya sistem nirsentuh menjadi standar di tiap ruas tol, boleh jadi tiap mobil baru akan memilikinya.

Banyak teknologi yang diciptakan untuk memudahkan pengendara di jalan tol. Yang terkini adalah inovasi yang disebut dengan touch-less transaction atau transaksi nirsentuh yang membantu pengendara melakukan pembayaran di gerbang tol.

Lewat teknologi radio frequency identification (RFID), pengendara dapat melakukan pembayaran tanpa harus menghentikan kendaraanya.

Pengamat otomotif Bebin Juana mengatakan, ini merupakan inovasi yang positif karena bisa memberikan kemudahan bagi masyarakat dan menekan antrean di gerbang tol. "Tapi inovasi ini perlu dibekali dengan regulasi yang tepat sehingga penerapan transaksinya bisa berjalan optimal," kata Bebin kepada Republika, Selasa (4/1).

Dia juga berharap agar sistem transaksi single lane free flow (SLFF) atau yang juga disebut dengan FLO ini ditunjang oleh infrastruktur yang andal. Dengan begitu, sistem harus dipastikan dapat benar-benar melakukan transaksi dengan baik.

Di satu sisi, diperlukan juga skema untuk mengantisipasi jika ternyata sensor tak mampu melakukan tranksaksi dengan baik. Atau, jika terdapat pengendara dengan saldo vocer elektronik (VE) yang tidak sesuai dengan tarif di gerbang tol.

Alasannya, hingga saat ini, sistem pembayaran jalan tol yang menggunakan uang elektronik dengan menempelkan kartu juga masih mengalami sejumlah persoalan teknis. Terkadang, masih ada pengendara yang masuk jalan tol dengan saldo yang tidak mencukupi sehingga menghambat arus lalu lintas.

"Di luar negeri, sistem transaksi nirsentuh telah lama diterapkan. Semoga, penerapan di Indonesia bisa banyak belajar dari luar negeri dan telah menggunakan perangkat dengan versi paling canggih sehingga kemungkinan eror bisa ditekan," ujarnya.

Sistem transaksi nirsentuh ini hadir dalam dua pilihan perangkat penunjang, yakni on board unit (OBU) dan stiker. OBU merupakan perangkat penunjang yang terpasang di dalam kabin mobil. Sedangkan, stiker merupakan perangkat penunjang yang dipasang di headlight mobil.

Menurut Bebin, mungkin perangkat yang paling pas untuk digunakan di Indonesia adalah OBU karena lebih aman dari aksi orang iseng. Sementara, stiker dipasang di bagian eksterior, yakni di bagian lampu utama sehingga berpotensi dilepas oleh oknum iseng.

Letaknya yang berada di bagian luar mobil juga berpotensi membuat stiker tak bisa dengan mudah dipantau oleh pengemudi. Artinya, jika ternyata perangkat itu terlepas maka pengendara bisa mengalami persoalan saat melintas di gerbang tol nirsentuh. "Setahu saya, belum ada negara lain yang menggunakan stiker untuk penunjang RFID di jalan tol," ucap dia. 

Di beberapa negara lain, penerapan stiker yang disebut dengan RFID car label, RFID vehicle tags, atau windshield sticker biasanya digunakan untuk masuk ke kawasan parkir atau di bangunan dan wilayah tertentu. Oleh karena itu, dia berharap, penerapan transaksi nirsentuh di jalan tol ini benar-benar dibekali dengan kajian yang matang. Jika tetap menggunakan stiker, mungkin pemasanganya bisa di bagian kaca depan atau windshield, sehingga pengendara lebih mudah untuk memastikan keberadaan stiker tersebut.

Sementara itu, Training Director Safety Defensive Consultant (SDCI) Sony Susmana justru menyoroti masalah ini dari sisi keamanan. "Sebaiknya penerapan transaksi nirsentuh ini hanya berlaku di gerbang tol yang kerap mengalami antrean kendaraan saja. Untuk gerbang yang relatif lengang, seperti di ruas tol luar kota, pembayaran dengan menempelkan kartu sebenarnya memiliki manfaat dari aspek safety," kata Sony kepada Republika.

Hal ini, kata dia, mengingat saat melakukan perjalanan luar kota, pengemudi akan mengalami kelelahan setelah melakukan perjalanan nonsetop selama beberapa jam. Selama itu pula, pengemudi dituntut untuk selalu fokus dengan kondisi jalan karena sedang berkendara dengan kecepatan yang cukup tinggi.

"Nah, saat itu, keberandaan pintu tol bisa jadi penunjang untuk membuat kondisi pengemudi tetap prima. Dalam momen itu, rasa kantuk saat mengemudi bisa dikurangi karena pengemudi bisa memanfaatkan momen tersebut untuk lebih rileks dan menikmati sirkulasi udara," ujarnya.

Selain itu, momen tap kartu juga bisa menjadi momen bagi pengemudi untuk melakukan koreksi kecepatan berkendara sesuai dengan peraturan yang berlaku. Otomatis, hal ini bisa mengurangi potensi pengemudi kebut-kebutan di jalan tol.

Tak hanya itu, lanjutnya, momen deselerasi ini juga bisa digunakan oleh pengemudi untuk bisa tetap terhidrasi dengan baik dan tetap aman. Karena pada saat tersebut, pengemudi juga bisa memanfaatkanya untuk menikmati air putih atau kopi dengan lebih aman. Dengan begitu, jalan tol tetap bisa menjadi infrastruktur yang akomodatif, tapi aman.

Soal penerapan transaksi nirsentuh, dia menilai, teknologi itu sangat cocok diterapkan di gerbang tol perkotaan atau yang kerap mengalami antrean panjang. Tapi, penerapanya pun tetap harus dibekali dengan kajian yang matang dan menyeluruh.

"Pada beberapa ruas jalan, antrean tak hanya terjadi di pintu tol. Begitu keluar tol, ternyata pengendara tetap terhadang oleh antrean jalanan perkotaan. Jadi, antrean bukan disebabkan oleh proses pembayaran di pintu tol, tapi memang lalu lintasnya yang sangat padat," kata dia.

Oleh karena itu, inovasi ini harus benar-benar dilakukan dengan kajian yang proper. Apalagi, inovasi ini memerlukan investasi perangkat dan sistem yang tak murah. Lewat kajian yang akurat, investasi yang dilakukan oleh pengelola jalan tol dan biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat pengguna teknologi bisa benar-benar memberikan manfaat yang optimal.

Pabrikan mobil pun ikut memperhatikan perkembangan teknologi tersebut lantaran akan berkaitan erat dengan kamanan dan kenyamanan pengendara. Business Innovation and Marketing & Sales Director PT Honda Prospect Motor (HPM) Yusak Billy mengatakan, inovasi ini adalah penggunaan teknologi yang positif. "Terutama, karena hal ini bisa mendukung kelancaran lalu lintas," kata Billy kepada Republika.

Berkaitan dengan penerapan teknologi tersebut, Honda pun akan melakukan kajian soal sistem transaksi nirsentuh. Dengan begitu bisa berperan dalam memberikan masukan agar penerapan teknologi ini bisa benar-benar memberikan dampak positif. "Kami akan melakukan kajian secara menyeluruh," ujarnya.

Artinya, kajian itu mencakup soal jenis perangkat apa yang paling pas serta bagaimana skema kehadiran perangkat itu dalam tiap mobil baru yang dibeli oleh konsumen. Jika ternyata ke depannya sistem nirsentuh ini menjadi standar di tiap ruas tol, boleh jadi sistem ini harus terpasang pada tiap mobil baru yang dikirimkan kepada konsumen.

Oleh karena itu, Honda akan mempelajari apakah perangkat ini nantinya akan menjadi perangkat standar atau menjadi perangkat opsi.

"Pada prinsipnya, kami akan terus melakukan kajian dan mendukung pelaksanaanya jika hal ini nantinya telah diterapkan. Oleh karena itu, untuk pemasangan perangkat ini pun kami juga akan mengikuti seluruh regulasi yang ada," ucapnya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat