Pesepak bola Timnas Indonesia Ricky Kambuaya (kanan) membayangi pergerakan pesepak bola Timnas Thailand Supachok Sarachat (kiri) dalam pertandingan Babak Final Leg 2 Piala AFF 2020 di National Stadium, Singapura, Sabtu (1/1/2022). ANTARA FOTO/Flona Hakim | ANTARA FOTO

Olahraga

Timnas Indonesia Terasa Juara di Posisi Runner-up

Timnas Indonesia harus lebih keras menunjukkan kemampuannya dalam pertandingan yang akan datang.

OLEH: FITRIYANTO

Sebuah gol indah ke gawang Thailand yang dicetak Egy Maulana Vikri di menit ke-80 melanjutkan umpan cantik Witan Sulaeman mengakhiri perjuangan timnas Indonesia di leg kedua partai final Piala AFF 2020. Tambahan satu gol Egy pada laga Sabtu (1/1) malam itu membawa Indonesia menahan imbang Thailand dengan skor 2-2.

Hasil itu membuat tim asuhan Shin Tae-yong (STY) harus puas menempati posisi kedua di turnamen bergengsi kawasan Asia Tenggara tersebut. Pasalnya, pada final leg pertama yang digelar Rabu (29/12), skuad Garuda dibungkam dengan skor 0-4 tanpa balas. Sehingga, secara agregat, Indonesia kalah 2-6. Gelar juara Piala AFF 2020 pun disandang Thailand.

Ini bukan kali pertama Indonesia menempati peringkat kedua ajang yang dulunya bernama Piala Tiger. Skuad Garuda sudah enam kali menjadi runner-up. Adapun Thailand dinobatkan sebagai raja Piala AFF dengan enam kali juara. Maka, Indonesia bisa disebut spesialis runner-up, kalau tidak mau dibilang terkena kutukan peringkat kedua.

Sejak pertama kali digelar tahun 1996 dengan nama Piala Tiger, Indonesia sudah enam kali melaju ke partai puncak. Sayang semua laga itu berakhir dengan kekecewaan. Empat kekalahan di final di antaranya takluk dari tim Gajah Perang, julukan Thailand.

Final pertama yang dilakoni Indonesia pada tahun 2000, kala itu kalah 1-4 dari Thailand. Dua tahun berikutnya, Thailand kembali menjadi hantu bagi Indonesia setelah bermain 2-2 hingga tambahan waktu. Indonesia akhirnya menyerah 2-4 dalam adu tendangan penalti.

Pada edisi final Piala AFF 2004 yang sudah menggunakan format dua leg, giliran Singapura yang menggagalkan ambisi juara Indonesia. Tim Merah Putih takluk dari Singapura dalam dua leg final, yakni leg pertama menyerah 1-3 dan leg kedua tumbang 1-2 (agregat 2-5).

Malaysia juga membenamkan asa Indonesia pada final 2010. Di leg pertama yang berlangsung di Malaysia dalam laga yang dicurigai berbau match fixing, Indonesia kalah 0-3. Pada leg kedua di Jakarta, Indonesia hanya menang 2-1, sehingga secara agregat masih kalah 2-4.

Di final Piala AFF 2016 melawan Thailand, Garuda membuka asa dengan memenangkan leg pertama, 2-1. Namun, saat bertandang ke Thailand, Indonesia menyerah 0-2. Kini, Thailand kembali memupuskan harapan Indonesia dalam final Sabtu malam pada awal tahun 2022.

Meski hanya menyandang predikat runner-up Piala AFF 2020, ini hasil yang luar biasa. Sebelum turnamen ini digelar, Indonesia yang mayoritas diisi pemain muda diperkirakan bakal kandas di penyisihan Grup B. Vietnam dan Malaysia menjadi favorit lolos ke semifinal. Indonesia dinilai sulit bersaing dengan dua favorit tersebut.

Namun, tim asuhan STY ini mampu membalikkan perkiraan banyak orang. Vietnam yang mengurung Indonesia sepanjang pertandingan dibuat frustrasi dengan hasil akhir 0-0. Kemudian, di laga pamungkas, Indonesia mengganyang Malaysia, 4-1, dan keluar sebagai juara Grup B. Di semifinal setelah bermain imbang 1-1 dengan tuan rumah Singapura, pada leg kedua Indonesia menang 4-2.

Tak hanya dari hasil akhir yang menembus babak final, sekumpulan pemain muda tim asuhan STY ini pun mampu tampil baik. Secara teknis, stamina dan mental banyak mengalami kemajuan. Maka tak mengherankan jika banyak yang meminta skuad Garuda dan juga sang arsitek tim asal Korea Selatan ini tetap dipertahankan. Menpora RI Zainudin Amali bahkan menjamin keberlangsungan karier STY di Indonesia.

STY yang melatih dengan keras dan disiplin telah membantu para pemain memiliki stamina yang luar biasa. Jika sebelumnya pemain Indonesia selalu kedodoran di 15 menit terakhir babak kedua, kini Asnawi Mangkualam dkk bisa tampil stabil, bahkan hingga babak tambahan waktu. Mental pemain juga kini sudah lebih profesional. Saat dikasari lawan ataupun dirugikan oleh keputusan wasit, para pemain tetap tenang dan tak mudah emosi.  

Sikap profesional dengan ketahanan stamina dan mental yang baik ini, selain hasil gemblengan pelatih STY selama pelatnas juga didapat karena cukup banyak pemain Indonesia saat ini yang merumput di liga luar negeri. Hal itu memberi dampak positif kepada timnas Indonesia secara keseluruhan. Belum lagi ada pemain berdarah Indonesia yang juga merumput di luar negeri.

Jika memang ada peluang untuk pemain Indonesia bermain di luar negeri, sebaiknya memang diambil. Itu bisa memberikan dampak positif bagi skuad Garuda. Tidak harus di liga elite Eropa. Di liga lainnya di Asia, bahkan Asia Tenggara, tidak mengapa karena yang lebih penting adalah jaminan bermain dengan waktu yang cukup agar kemampuan terus terasah.

Kegagalan ini tidak harus diratapi berlama-lama. Apalagi, ke depan akan ada sejumlah perhelatan yang sudah menanti. Terdekat adalah Piala AFF U-23 yang digelar di Kamboja pada 14-26 Februari 2022. Dalam turnamen itu, Indonesia berada di Grup B bersama Malaysia, Myanmar, dan Laos. Ayo, para Garuda Muda, buktikan bahwa kita pun bisa jadi juara.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat