Petugas AVSEC berjaga di lokasi pelayanan swab Antigen yang telah ditutup di Lantai Mezzanine Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang, Sumatra Utara | ANTARA FOTO/Adiva Niki

Ekonomi

Penerbangan Internasional Digenjot di Kualanamu

Bandara Kualanamu akan dijadikan hub penerbangan dan konektivitas internasional. 

MEDAN  —  PT Angkasa Pura Aviasi bakal menggenjot frekuensi penerbangan internasional di Bandara Kualanamu, Medan, Sumatra Utara. Saat ini Bandara Kualanamu sudah dikelola perusahaan konsorsium PT Angkasa Pura II (Persero) dan GMR Airports Consortium, yakni PT Angkasa Pura Aviasi. 

“Jadi, dengan kemitraan strategis ini bisa membentuk regional hub dan ditargetkan ada peningkatan penerbangan internasional,” kata Direktur Angkasa Pura Aviasi Haris saat ditemui di Bandara Kualanamu, Kamis (30/12). 

Haris mengatakan, Bandara Kualanamu memiliki potensi hub dan rute domestik dari berbagai maskapai penerbangan. Selama ini penerbangan internasional di Bandara Kualanamu didominasi rute ke Kuala Lumpur, Penang, dan Singapura. 

“Dari sisi trategi lokasi ada potensi dikembangkan lebih besar lagi berdekatan dengan Singapura, Bangkok, dan Kuala Lumpur. Lalu, tiga bandara di negara tersebut berkapasitas international hub,” ujar Haris. 

Dengan konsep kemitraan tersebut, Haris berharap, wiasatawan mancanegara bisa masuk ke Bandara Kualanamu. Ia menilai, tedapat pariwisata yang sangat berpotensi mendatangkan turis mancanegara di Sumatra Utara, salah satunya Danau Toba. 

Haris menyebutkan, Bandara Kualanamu juga berpotensi memaksimalkan penerbangan haji dan umrah. Penerbangan haji di Sumatra nantinya akan terkonsentrasi di Kualanamu. 

Haris memastikan pengembangan Bandara Kualanamu akan mencakup beberapa hal. Pengembangan tersebut meliputi infrastruktur bandara dari sisi terminal untuk menampung penumpang lebih banyak. 

Angkasa Pura Aviasi menyiapkan belanja modal hingga Rp 56 triliun. Haris menegaskan, akan fokus untuk membenahi Bandara Kualanamu sebagai hub internasional dan bisa mendatangkan trafik baru. 

Sementara itu, Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin memastikan sebelumnya sudah dilakukan kajian dan persetujuan komisaris dengan melakukan kemitraan dengan GMR Airports Consortium. 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by PT. Angkasa Pura Aviasi (angkasapuraaviasi)

 

“Ini menjadi suatu peluang karena dalam kondisi pandemi kita bisa menawarkan aset dan diminati. Jadi, tidak mudah kita menawarkan sesuatu dalam situsi yang sulit, tapi kemudian responsnya sangat positif,” kata Awaluddin.

Menurut Awaluddin, saat ini industri transportasi di Indonesia sedang tumbuh. Mitra yang bekerja sama dengan AP II melihat potensi bandara yang ada di Indonesia, salah satunya Bandara Kualanamu. 

Awaluddin menuturkan, banyak potensi yang bisa dikembangkan. “Di Kualanamu ada peluang membangun e-commerce center, e-commerce cargo. Ada juga peluang membangun maintenance repair overhaul (MRO). Kawasan komersial juga sangat potensial,” kata Awaluddin. 

Direktur Transformasi dan Portofolio Strategis AP II Armand Hermawan mengatakan, Kualanamu akan dijadikan hub penerbangan internasional. Khususnya, di wilayah barat yang akan mendatangkan banyak penerbangan dari luar negeri ke dalam negeri dan sebaliknya.

GMR Airports Consortium yang sebagian sahamnya juga dimiliki Aéroports de Paris Group (ADP) asal Prancis termasuk jaringan operator bandara dengan total jumlah penumpang terbanyak di dunia. “Pada 2020 jumlah pergerakan penumpang pesawat di Bandara Internasional Kualanamu sekitar tiga juta penumpang per tahun,” kata Armand. 

Melalui kemitraan strategis AP II dan GMR Airports Consortium, Angkasa Pura Aviasi menargetkan jumlah pergerakan penumpang menjadi sekitar 54 juta penumpang per tahun pada akhir kerja sama kemitraan. AP II dan GMR Airports Consortium juga akan berbagi pendanaan sehingga pengembangan Kualanamu dapat diakselerasi dan pengelolaan dapat menerapkan best global practice

Kerja sama pengelolaan Bandara Kualanamu antara AP II dan GMF Airports dilakukan selama 25 tahun. Sebanyak 51 persen saham dimiliki AP II dan setelah kerja sama berakhir maka pengelolaan Bandara Kualanamu akan dikembalikan seluruhnya kepada AP II.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat