Suasana lokasi ditemukannya rel trem di area proyek pembangunan MRT Jakarta fase 2A Glodok-Kota, Jakarta, Selasa (28/12). Menuut Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Nasional Junus Satrio Atmodjo temuan rel trem saat proses penggalian di kedalaman 15-110 sentimete | Republika/Thoudy Badai

Jakarta

Menengok Penggalian Jalur Trem Tertua di Indonesia

Jika rel trem yang baru ditemukan itu tertua di Indonesia, maka ini adalah berita yang sangat baik.

Pukul 22.30 WIB, Senin (27/12) para pekerja konstruksi proyek pembangunan PT MRT Jakarta fase 2A di Glodok-Kota, Jakarta Pusat, terhenti dan rehat sejenak di pelataran toko. Di depan mereka, seng khas penutup proyek terbentang, menghalangi pandangan siapa pun dari temuan rel trem tertua di Indonesia yang baru saja digali.

Memasuki wilayah proyek, mulai terlihat pagar pembatas yang melindungi temuan rel trem tersebut. Meski ditutupi, Republika berkesempatan melihat secara langsung awal temuan rel yang baru tergali sekitar 10 hingga 15 meter itu dengan kedalaman sekitar 15 hingga 100 cm dari permukaan.

Temuan rel tersebut memang bukan yang pertama terjadi di Jakarta. Pada Agustus 2021 lalu, rel serupa juga ditemukan dekat Museum Mandiri, Jakarta Utara. Kendati demikian, baik temuan pertama maupun yang terbaru ini masih banyak masyarakat belum mengetahui lokasi ataupun menaruh perhatian pada temuan tersebut. “Emang iya? Ada di sini? Saya juga baru tahu,” kata Aldo (25 tahun) warga yang bermukim di sekitar Glodok, Jakarta Pusat, saat ditemui Republika dekat lokasi.

Menurut Aldo, jika nyatanya rel trem yang baru ditemukan itu tertua di Indonesia, merupakan berita yang sangat baik. Namun, di sisi lain, dia juga menyayangkan alasan penimbunan rel tersebut, alih-alih dari memuseumkannya sejak dahulu. “Kalau yang ini bisa dioperasionalkan lagi, wah itu keren sih. Biarpun enggak mungkin juga karena udah tua,” katanya sambil tertawa.

Jalanan di sekitar proyek itu memang merupakan jalur yang biasa ramai dan macet. Kendati demikian, proyek penggalian yang terus berjalan setiap harinya itu membuat lalu lalang teralihkan dan menutup proyek penggalian rapat-rapat.

Sementara itu, Demi (28) pengendara yang melintas dekat proyek itu, juga mengungkapkan hal serupa. Menurut dia, temuan itu menjadi nilai cagar tersendiri bagi Indonesia, khususnya Jakarta. 

Dia mengatakan, dengan adanya rel berusia ratusan tahun itu diharapkan bisa dimanfaatkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta semaksimal mungkin. Terlebih, kata dia, ketika hal itu menjadi bukti jika Indonesia telah mengalami kemajuan sejak dahulu. “Siapa tahu mungkin bisa dimanfaatkan buat ekonomi juga kan?” kata dia.

Menanggapi temuan rel trem tersebut, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, mengatakan, temuan jalur trem di lokasi pembangunan MRT Jakarta fase 2A Glodok-Kota, Jakarta Pusat, memang berdasarkan pada sisa-sisa zaman penjajahan Belanda dulu. Rencananya, kata dia, jalur kereta tertua di Indonesia itu, bisa saja dipindahkan.

“Karena di situ kan lagi proses penggalian untuk MRT,” kata Riza saat ditemui di Balai Kota DKI.

Ditanya apakah jalur itu akan dihidupkan kembali, Riza menampiknya. Menurut dia, selama periode Anies Baswedan - Sandiaga Uno sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, ataupun periode Anies-Riza, tidak ada rencana membuat jalur trem. Alih-alih menghidupkan kembali jalur itu, karena pemerintah akan tetap berfokus pada rencana pembangunan awal.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by MRT Jakarta (mrtjkt)

“Adanya kan MRT, LRT, busway, angkot, Gojek ya. Jadi, enggak ada (menghidupkan kembali jalur trem, Red),” jelas Riza.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Iwan Hendri, mengatakan, langkah dari MRT merelokasi dan menyelamatkan jalur trem yang terkubur itu merupakan upaya untuk mengembalikan peradaban masa lampau. Utamanya, saat MRT, kata dia, juga terus berupaya membangun transportasi di masa kini.

“Kami mewakili Pemprov DKI mengucapkan terima kasih kepada MRT,” kata Iwan, dalam diskusi daring, Senin (27/12) sore.

Dia menambahkan, temuan trem tersebut akan menjadi bukti kekayaan sejarah DKI di masa lampau. Menurut dia, upaya MRT untuk menyelamatkan jalur trem dengan banyak pihak itu juga merupakan bentuk implementasi UU No. 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya.

“Di mana setiap badan usaha atau orang yang menemukan cagar budaya, wajib melaporkan pada instansi berwenang, tapi yang dilakukan MRT saat ini, melakukan pergerakan juga di lokasi berwenang dengan dinas kebudayaan,” tuturnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by MRT Jakarta (mrtjkt)

Arkeolog dari Universitas Indonesia, Yunus, memandang jika temuan jalur trem yang diduga ada sejak 1869 itu merupakan yang tertua di Indonesia. Karena itu, rel yang ditimbun itu menjadi temuan menarik.

“Beberapa pekan lalu, saya ke lapangan dan menemukan rel ini. Semua kondisi baik, jadi sangat mungkin di-dismantle dan dipindahkan,” jelas Yunus.

Walaupun ke depannya ada pemugaran antara MRT dan Pemprov DKI, kata dia, pihaknya juga bisa saja mendukung untuk opsi tersebut. Terlebih, ketika cagar itu justru akan diselamatkan dari kerusakan.

“Saya sarankan dipindah sementara dan akan dikonservasi, kita putuskan lagi nanti. Tim arkeologi masih akan membantu juga,” ucapnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat