Pesepak bola Timnas Indonesia berpose sebelum bertanding melawan Timnas Singapura dalam pertandingan Semi Final Leg 2 Piala AFF 2020 di National Stadium, Singapura, Sabtu (25/12/2021). | ANTARA FOTO/Humas PSSI/Handout/app/wsj.

Kabar Utama

Kerja Keras dan Kekompakan Timnas Jadi Kunci

Indonesia diminta mewaspadai serangan balik Thailand.

SINGAPURA -- Timnas sepak bola Indonesia kembali membuka asa untuk meraih Piala AFF untuk pertama kalinya melalui laga melawan Thailand pada Rabu (29/12) dan Sabtu (1/1). Kerja keras dan kekompakan yang telah ditunjukkan para penggawa Garuda sepanjang turnamen tahun ini disebut menjadi modal utama.

Gelandang timnas sepak bola Indonesia Witan Sulaeman yakin timnya bisa menjuarai Piala AFF 2020 jika menjaga kekompakan tim. Menurut dia, hal tersebut dapat mengatasi tekanan mental dari lawan. "Kunci kemenangan adalah kerja sama tim, kebersamaan, dan kami tidak boleh saling menyalahkan. Harus saling percaya, kompak, dan terus bekerja sama di setiap pertandingan," katanya, Senin (27/12).

Pemain Lechia Gdansk itu juga mengungkapkan, dirinya kelelahan setelah menghadapi Singapura di semifinal. “Tapi, karena kami menang kemarin, saya sangat senang dan punya tiga hari lagi (ke pertandingan selanjutnya)," ucapnya.

Mental juga menjadi salah satu aspek yang menjadi poin penting menatap laga kontra Thailand. Hal itu disampaikan kiper timnas Nadeo Argawinata sebagai rahasianya sehingga dapat membendung eksekusi penalti Singapura di babak semifinal, Sabtu (25/12) lalu.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by AFF Suzuki Cup (@affsuzukicup)

Nadeo berhasil menepis eksekusi penalti yang ditendang oleh Faris Ramli pada menit ke-90. Jika sepakan itu sukses, kemungkinan besar Indonesia harus tumbang di semifinal karena kalah 2-3.

"Semalam sebelum pertandingan, saya belajar cara penendang Singapura. Bisa dikatakan beruntung karena kadang sepak bola butuh keberuntungan. Kuncinya adalah kami bermain kompak," kata Nadeo.

Berkat kesuksesan Nadeo menghentikan tendangan penalti, pertandingan harus berlanjut hingga babak tambahan. "Alhamdulillah, saya bisa mengamankan tendangan penalti berkat teman-teman juga. Indonesia bisa masuk final juga kebanggaan buat saya dan teman-teman. Saya meminta supporter mendukung timnas di final nanti agar kita bisa juara," ucapnya.

Dua leg final Piala AFF 2020 akan berlangsung di National Stadium, Singapura. Pertandingan final tersebut adalah yang keenam kalinya dijalani timnas Indonesia. Dalam lima kesempatan sebelumnya, Garuda selalu kalah. Tiga di antaranya, yakni pada 2000, 2002, dan 2016, Indonesia kalah dari Thailand.

Pelatih timnas Indonesia Shin Tae-yong menuturkan, para pemain timnas Indonesia perlu pematangan untuk bisa terus berkembang. Sebab, ketika dalam tekanan, permainan timnas Indonesia menjadi berantakan. "Bagian itu harus diperbaiki, khususnya para pemain masih muda, untuk kontrol pertandingan sedikit berkurang. Jadi, untuk ke depannya lebih menunjukkan lagi perkembangan,” ujar pelatih asal Korea Selatan tersebut.

photo
Para pemain Indonesia berkerumun di awal pertandingan leg kedua semifinal AFF Suzuki Cup 2020 antara Indonesia dan Singapura. - (AP/Suhaimi Abdullah)

Mantan penyerang tim nasional Indonesia Kurniawan Dwi Yulianto juga berharap anak asuh Shin Tae-yong benar-benar berfokus untuk memberikan segalanya pada partai puncak. "Menurut saya, yang perlu diperhatikan bagaimana para pemain kita menunjukkan mentalitas (positif), mengontrol emosi dan kepercayaan diri, sehingga kita bisa penuh konsentrasi menjalani dua laga terakhir ini," kata pria kelahiran Magelang ini saat dihubungi Republika, Senin (27/12).

Kurniawan meminta para juniornya melepaskan kegembiraan di fase-fase sebelumnya. Ia tak asal bicara. Sosok berjuluk si Kurus ini pernah merasakan final Piala AFF (Piala Tiger) 2004.

Waktu itu, Indonesia bertemu Singapura di final. Ia dan rekan-rekannya terlarut kegembiraan setelah menyingkirkan Malaysia. "Jadi, klimaksnya di semifinal. Kita tidak ekspektasi Singapura bermain seperti itu dengan pemain naturalisasinya. Akhirnya, kita kalah di final. Saya enggak mau itu terjadi lagi. Euforia kemenangan kemarin cukup selesai di malam itu saja," ujar Kurniawan.

Dari sisi teknis, Kurniawan melihat sudah banyak peningkatan di timnas era Shin Tae-yong. Namun, pada saat yang sama, mantan juru gedor Persija Jakarta itu juga mengakui, kubu lawan berada di level berbeda. "Mereka cukup tenang. Game plan-nya jelas. Tapi, kembali lagi, sepak bola tidak seperti matematika. Segala sesuatu bisa terjadi," tuturnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by AFF Suzuki Cup (@affsuzukicup)

Kurniawan berharap karakter Indonesia yang sudah ditunjukkan selama ini bisa dipertahankan. Karakter tersebut yaitu, sebuah tim yang menonjolkan daya juang tinggi, determinasi, dan keseimbangan antara bertahan dan menyerang.

"Para pemain tidak boleh teledor karena tim yang kita hadapi cukup matang. Jangan sampai melakukan pelanggaran dekat kotak penalti karena set piece terkadang bisa menjadi penentu sebuah tim memenangkan pertandingan," kata Kurniawan.

Ia mencontohkan, saat melawan Singapura pada semifinal leg kedua, gawang Nadeo Argawinata dua kali kebobolan lewat bola mati. "Jadi, para pemain harus sabar tapi tidak mengurangi agresivitas mereka," ujar Kurniawan lagi.

Pertemuan terakhir Garuda dan Gajah Perang terjadi pada Kualifikasi Piala Dunia 2022 beberapa bulan lalu. Dalam laga yang berlangsung di Al-Maktoum Stadium, Uni Emirat Arab, skor berkesudahan imbang 2-2.

Menurut Kurniawan, laga kali ini bakal berbeda. Motivasi pemain Indonesia sangat tinggi menjelang partai di depan mata. Terutama, Witan Sulaeman dan rekan-rekan telah sekian lama berlatih dengan penuh intensitas ala Shin Tae-yong.

"Tapi, kita tidak bisa terlena juga karena Thailand mempunyai pemain sarat pengalaman seperti Teerasil Dangda, Chanathip Songkrasin, Theerathon Bunmathan, yang bisa memberikan dampak positif untuk timnya," tutur Kurniawan.

Pelatih Thailand Alexandre Polking menuturkan, ia membutuhkan strategi yang berbeda saat menghadapi Indonesia di final dengan yang ia gunakan untuk melawan Vietnam. Menurut dia, timnya tak bisa banyak berlatih karena hanya memiliki waktu istirahat dua hari.

"Kami hanya bisa mengembangkan gagasan dan rencana dari penampilan hari ini," ujarnya selepas pertandingan melawan Vietnam, seperti dilansir media Vietnam, Bongda24h, kemarin.

Ia menekankan, tak ada tim yang favorit juara pada laga final nanti. "Saya menyaksikan tiga laga Indonesia dari bangku penonton. Mereka punya banyak pemain yang sangat berbahaya, bermain tak kenal menyerah," ujarnya.

Waspada Serangan Balik

Berbeda dari Indonesia, yang memetik satu hasil imbang dan tiga kemenangan di fase grup, laju Thailand ke fase gugur Piala AFF 2020 terbilang mulus. Tim besutan Alexandre Polking itu menyapu bersih kemenangan dalam empat laga grup. Thailand pun melaju ke babak semifinal dengan koleksi sempurna, 12 angka dari empat laga.

Thailand juga terbukti mampu menjaga keseimbangan permainan. Skuad Gajah Perang menjadi tim paling produktif sepanjang penyisihan Grup A dengan koleksi 10 gol dengan hanya kebobolan satu gol. Secara keseluruhan, Thailand mencetak 12 gol dan hanya kebobolan sekali dalam perjalanan ke final Piala AFF 2020.

Di bawah arahan Polking, pelatih Berdarah Brasil-Jerman, Thailand menerapkan sepak bola menyerang berbasis penguasaan bola dengan transisi cepat. Penguasaan ruang di lapangan tengah menjadi salah satu senjata Teerasil Dangda dan kawan-kawan dalam berburu kemenangan. Penguasaan ruang di lapangan tengah ini dilakukan dengan memegang kendali bola lewat operan-operan pendek dan rotasi para gelandang.

Pada leg kedua babak semifinal kontra Vietnam, Sarach Yooyen, Thitipan Puangchan, dan Phitiwat Sukjitthammakul, dan Chanatip Songkrasin terlihat bergerak dinamis di lapangan tengah. Begitu pula dengan kehadiran para bek sayap di kedua sisi permainan yang menambah opsi serangan.

Pergerakan para pemain ini membuat permainan Thailand bisa mengalir dan dengan momen yang tepat bisa mengirimkan ancaman ke sepertiga akhir lapangan lawan.

Namun, dari tiga gelandang Thailand, peran Chanatip Songkrasin yang juga menjabat sebagai kapten tim, paling krusial dalam bangunan serangan tim Gajah Perang. Nyaris semua serangan Thailand diawali dari aksi pemain yang telah mencetak dua gol di pentas Piala AFF 2020 tersebut.

Mantan pemain timnas Indonesia Mundari Karya menilai, salah satu cara untuk meredam serangan Thailand adalah dengan mematikan pergerakan Songkrasin. "Pola serangan dari dia. Saya rasa, pergerakannya patut dimatikan oleh para pemain timnas. Dia bisa mengubah jalannya laga,'' tutur sosok yang pernah melatih sejumlah klub Tanah Air itu kepada Republika, Senin (27/12).

Tidak hanya itu, Mundari juga menyebut, tim Garuda mesti bisa mewaspadai pergerakan dua bek sayap Thailand, Narubadin Weeratnodom di sisi kanan dan Theerathon Bunmathan di sisi kiri. Kendati Bunmathan dipastikan absen di leg pertama babak final, pelatih Polking diperkirakan telah menyiapkan pemain pengganti sepadan untuk mengawal sisi kiri lapangan Thailand.

photo
Fachruddin Aryanto dari Indonesia, kanan, dan Irfan Fandi dari Singapura bersaing memperebutkan bola pada pertandingan leg kedua semifinal AFF Suzuki Cup 2020. - (AP/Suhaimi Abdullah)

Formasi 3-4-3

Demi bisa menyaingi permainan Thailand di sisi sayap, Mundari menilai timnas bisa menerapkan formasi 3-4-3 yang berubah menjadi 5-4-1 saat bertahan. Dua bek sayap Indonesia, Asnawi Mangkualam dan Pratama Arhan, dinilai mampu meredam pergerakan dan penetrasi yang dilakukan bek sayap Thailand. Skema ini, tutur Mundari, sebenarnya pernah diterapkan oleh pelatih Shin Tae-yong saat Indonesia menghadapi Vietnam di penyisihan Grup B. Saat itu, Indonesia mampu menahan imbang Vietnam, 0-0.

"Sisi sayap Thailand itu mesti diwaspadai. Jika menerapkan formasi 4-4-2, akan ada kelemahan di sisi sayap karena Asnawi dan Arhan begitu aktif menyerang. Dua posisi itu bisa menjadi incaran," kata sosok yang pernah ditugaskan menjaga Diego Maradona pada Piala Dunia U-20 1979.

Pria yang kini menjadi menjabat sebagai manajer Barito Putera tersebut menilai, sebenarnya timnas Indonesia telah menunjukkan kemampuan impresif sebagai modal untuk bisa mengimbangi permainan Thailand. Saat tampil menghadapi Malaysia, sektor penyerangan skuad Garuda tampil begitu impresif, sementara kala bentrok dengan Vietnam, pertahanan Indonesia tampil sangat solid. Evan Dimas dan kawan-kawan tinggal mengulangi dua performa tersebut di laga kontra Thailand.

Menurut Mundari, skuad Garuda juga memiliki modal berupa kolektivitas permainan. Pun dengan variasi serangan, baik lewat tusukan di sisi sayap ataupun dari lapangan tengah. Selain itu, timnas Indonesia di bawah kendali Shin Tae-yong terlihat tidak terburu-buru dalam membangun serangan. Alih-alih kerap melepaskan umpan lambung, para penggawa timnas Indonesia bisa mengatur tempo saat menguasai bola.

Namun, Mundari tetap mengingatkan soal kemampuan para penggawa tim Merah-Putih untuk bisa menjaga transisi permainan. Di titik ini, ancaman kembali menghantui timnas Indonesia jika melihat kecenderungan gaya permainan Thailand.

"Thailand ini bagus dalam memanfaatkan kegagalan lawan menjaga transisi permainan. Begitu mereka bisa merebut bola, mereka langsung melakukan counter attack. Dua gol ke gawang Vietnam di leg pertama terjadi saat mereka berhasil merebut bola di lapangan tengah dan counter attack,'' ujar Mundari.

Terlepas dari berbagai keunggulan tersebut, Thailand sebenarnya memiliki celah di permainannya. Upaya memenuhi ruang di lapangan tengah dengan pergerakan para bek sayap membuat kedua sisi pertahanan tim Gajah Perang begitu rentan, terutama saat menghadapi serangan balik.

Hal ini bisa dimanfaatkah oleh pasukan Garuda pada dua leg laga final Piala AFF 2020. Terlebih, timnas Indonesia memiliki pemain-pemain sayap yang memiliki kecepatan.

Rencananya, skuad Garuda akan melakoni leg pertama partai puncak Piala AFF 2020 akan digelar pada Rabu (29/12) malam WIB di Stadion Nasional Singapura. Kemudian berselang dua hari kemudian, final kedua Piala AFF 2020 akan digelar di tempat yang sama.

Pada dua laga ini, Indonesia akan mengejar mimpi untuk pertama kalinya menjadi yang terbaik di pentas sepak bola kawasan Asia Tenggara setelah gagal di lima partai final sebelumnya, tiga di antaranya kalah dari Thailand.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat