Ilustrasi Hikmah Hari ini | Republika

Hikmah

Muhasabah

Muhasabah memiliki makna yang sama dengan introspeksi diri atau evaluasi diri.

Oleh BIKI ZULFIKRI RAHMAT

Oleh BIKI ZULFIKRI RAHMAT

 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Hasyr: 18).

Hidup kita ada dalam tijarah (perdagangan) dan syira, isytara (membeli) ada kalanya rugi dan untung. Maka, untuk mengetahui untung rugi harus ada akuntan (perhitungan) hisaban atau muhasabah.

Muhasabah berasal dari kata hasiba yang artinya menghitung. Al-Raghib al-Isfahani mengartikan muhasabah dengan isti’mal al-‘adad (menggunakan angka). Pedagang yang sedang menghitung untung rugi pada waktu sore itu berarti menghisab, kita yang sedang menghitung hari-hari yang telah dilalui itu juga menghisab.

Awalnya hisab dan muhasabah digunakan untuk menghitung sesuatu yang bersifat material. Perkembangan selanjutnya makna yang lebih ruhani; seseorang yang sedang menghitung amalnya pada masa lalu disebut sedang bermuhasabah, seseorang pendosa yang tersungkur di bumi lalu menyesali dosa-dosanya, hingga berurai air mata disebut sedang bermuhasabah.

Maka, muhasabah memiliki makna yang sama dengan introspeksi diri atau evaluasi diri. Lewat muhasabahlah seseorang akan mengetahui apakah ia termasuk orang yang beruntung dengan bertabur amal atau orang yang merugi dengan bertumpuk dosa, maka sebagai hamba Allah kita harus selalu bermuhasabah. Umar bin Khattab pernah berkata: “Hisablah dirimu sekalian sebelum kamu dihisab.” (Imam Tirmidzi).

Setiap tahun memang ada anjuran dari Alquran agar bermuhasabah atas fitnah yang diturunkan Allah SWT. Namun, muhasabah itu tidak mesti dilakukan di awal atau akhir tahun semata, sejatinya tentu dilakukan setiap saat sebagai evaluasi diri.

Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang beruntung, barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah tergolong orang yang merugi dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dialah tergolong orang yang celaka.” (HR al-Hakim).

Perintah muhasabah dalam jangka waktu tahunan ditujukan kepada orang-orang munafik, tetapi makna ayatnya tentu mencakup juga orang-orang beriman, “Dan tidakkah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, namun mereka tidak (juga) bertobat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?” (QS at-Taubah: 126).

Imam at-Thabari dalam kitab tafsirnya menjelaskan, ayat ini ditujukan kepada orang-orang munafik sebagai sindiran keras. Setiap tahun ditimpa fitnah satu kali, dua kali dalam setahun, tetapi tetap enggan bertobat dan mengambil pelajaran.

Fitnah tersebut berdasarkan penulusuran ulama-ulama salaf, bisa berupa krisis ekonomi, atau musibah besar. Mestinya fitnah tersebut menjadikan mereka tobat, sehingga berhenti dari kemunafikan lalu berislam dengan sebenar-benarnya.

Meskipun ditujukan kepada orang munafik, tentu khitab ayat di atas berlaku juga untuk setiap orang yang semuanya akan mengalami fitnah. Fitnah tersebut tujuan utamanya adalah menjadikan manusia semakin merunduk di hadapan Allah SWT.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat