ILUSTRASI Rumah Syekh Hasan al-Bashri pernah mengalami dampak kebocoran toilet tetangganya, dan sang sufi bersabar akan hal itu puluhan tahun lamanya. | DOK IMAGEKIT

Kisah

Buah Kesabaran Syekh Hasan al-Bashri

Syekh al-Bashri bersabar selama 20 tahun atas rembesan air najis dari rumah tetangganya.

OLEH HASANUL RIZQA

Sabar berarti kemampuan untuk menahan diri. Sifat itu juga bermakna kesediaan untuk tetap berlapang dada walaupun keadaan sempit. Dengan memilih tabah, seseorang dapat mengendalikan hawa nafsunya agar tidak terjerumus dalam gejolak amarah yang destruktif.

Seorang ulama besar dari abad pertama Hijriyah, Syekh Hasan al-Bashri, memberikan contoh tentang kesabaran. Ulama yang berdakwah di Kota Basrah, Irak, itu memiliki seorang tetangga yang beragama Nasrani. Hubungan sosial mereka terjalin dengan baik meskipun masing-masing berbeda iman.

Akan tetapi, ada perkara yang sebenarnya mengganggu ketenteraman hidup sang syekh. Kebetulan, rumah tetangganya itu terdiri atas dua lantai. Pada tingkat atas, terdapat ruangan yang difungsikan sebagai toilet.

Sayangnya, sistem pipa kamar mandi itu tidak begitu bagus. Bahkan, dari hari ke hari, bulan ke bulan, muncul rembesan air dari dinding toilet itu. Karena bangunan saling menempel, kebocoran pada tembok tersebut mengalir hingga ke sisi bagian dalam rumah al-Bashri.

Yang menetes dari toilet si tetangga Nasrani ke lantai ruang tengah milik Hasan al-Bashri bukan sembarang air. Sebab, pipa yang bocor itu mengalirkan air kencing yang berasal dari jamban. Alhasil, rumah sang syekh sering kali kebauan karena ditetesi air najis itu.

 
Yang menetes dari toilet si tetangga Nasrani ke lantai ruang tengah milik Hasan al-Bashri bukan sembarang air.
 
 

Bukannya marah-marah, al-Bashri hanya menyiapkan wadah untuk menampung tetesan dari langit-langit ruang tengahnya itu. Setiap malam, ulama yang masyhur di seantero Irak itu keluar untuk membuang air kencing yang sudah memenuhi wadah tersebut.

Ia bukannya tidak mengetahui sumber masalah. Akan tetapi, yang dipilihnya adalah bersabar. Al-Bashri tidak sebersit pun berpikiran bahwa tetangganya sengaja menyulitkan dirinya dengan kebocoran air dari toilet itu.

Begitulah keadaaannya hingga 20 tahun lamanya. Seperti diceritakan Imam Abu Hayyan at-Tauhidi dalam Kitab al-Imta wa al-Mu’anasah, pada suatu hari Syekh Hasan al-Bashri mengalami sakit yang cukup parah.

Pakar hadis yang telah berguru pada banyak sahabat Rasulullah SAW itu bahkan tidak sanggup memimpin shalat di Masjid Raya Basrah. Halakah-halakah ilmu yang biasa dipimpinnya pun terpaksa libur sejenak.

Maka, orang-orang ramai menjenguknya. Tamu-tamu berdatangan, baik dari kalangan penguasa maupun rakyat biasa. Semuanya berdoa, semoga sang mahaguru dapat kembali sehat seperti sedia kala.

Di antara mereka ialah si tetangga yang rumahnya bersisian dengan Syekh Hasan. Dengan takzim, lelaki yang beragama Nasrani itu membesuknya. Saat hendak pamit, betapa terkejutnya ia mendapati bau tidak sedap dari arah ruang tengah.

 
Saat hendak pamit, betapa terkejutnya ia mendapati bau tidak sedap dari arah ruang tengah.
 
 

Ternyata, di pojok ruangan tersebut ada wadah yang menampung tetesan air dari langit-langit. Lebih kaget lagi sang tetangga Nasrani itu. Sebab, ia yakin betul bahwa sumber kebocoran itu ialah toiletnya sendiri yang terletak di lantai dua.

Dengan ketakutan, pria itu mengambil wadah tersebut lalu membuang isinya jauh-jauh dari rumah. Kemudian, ia segera menemui lagi Syekh Hasan untuk meminta maaf.

“Wahai Abu Sa’id, sudah berapa lama engkau menanggung kesusahan yang disebabkan kebodohanku ini?” tanyanya. Abu Sa’id adalah panggilan untuk ulama besar tersebut.

“Sudah 20 tahun hingga kini,” jawab al-Bashri.

Seketika, sang tetangga memotong ikat pinggangnya. “Wahai Abu Sa’id, saksikanlah diriku, asyhaduan laa ilaaha illa Allah, wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah. Sungguh, aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan-Nya.”

Demikianlah buah dari kesabaran Syekh Hasan al-Bashri dalam hidup bertetangga. Maslahat yang diterimanya tidak hanya ketenangan batin. Bahkan, atas izin Allah SWT, ia pun mendapatkan saudara seiman yang baru. Dengan kata lain, sifatnya yang tulus menjadi jalan hidayah bagi tetangganya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat