Ilustrasi Hikmah Hari ini | Republika

Hikmah

Senantiasa Bersyukur

Syukur itu untuk kebaikan kita sendiri. Nikmat akan ditambah ketika manusia bersyukur.

Oleh ABDILLAH

OLEH ABDILLAH

Dalam hidup, begitu banyak kenikmatan yang kita dapatkan. Jumlah yang tak mungkin bisa dihitung. Dari sekian banyak anugerah, mungkin hanya sebagian saja yang kita sadari. Sisanya sering terlupakan. Kesehatan dan waktu, misalnya, sering kita lupakan.

Tak sadar dengan hadirnya sehat pada diri. Kita terlelap hingga lupa diri. Baru sadar akan anugerah sehat sesaat setelah sakit menghampiri. Mengenai hal ini, Nabi mengingatkan kita dalam sabdanya: “Dua kenikmatan yang kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, yaitu kesehatan dan waktu.” (HR Bukhari).

Setiap anugerah yang Allah beri sudah semestinya selalu disyukuri. Mengafirmasi sekaligus memanfaatkan nikmat sesuai dengan keinginan Sang Pemberi. Allah menganjurkan kita untuk selalu bersyukur atas setiap pencapaian maupun penghasilan. Besar atau kecil, banyak atau sedikit, kebaikan dari Allah harus selalu disyukuri.

Allah SWT berfirman, “… bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri. Dan barang siapa yang kufur (kepada Allah), maka sesungguhnya Allah Mahakaya juga Maha Terpuji.” (QS Luqman: 12).

Perintah untuk bersyukur bukan berarti Allah membutuhkan syukur kita. Allah tak butuh terima kasih manusia. Kemahakayaan Allah tidak akan berkurang disebabkan manusia mengingkari, begitupun sebaliknya.

Syukur itu untuk kebaikan kita sendiri. Nikmat akan ditambah ketika manusia bersyukur. Allah SWT berfirman: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat’.” (QS Ibrahim: 7).

Syukur atas setiap nikmat sudah sepatutnya kita lakukan. Sebagai bentuk terima kasih hamba kepada Sang Pemberi Anugerah. Pengakuan dan kesadaran akan hadirnya nikmat Allah yang kemudian diekspresikan dalam ucapan dan perbuatan.

Lisan, hati, dan perbuatan adalah satu kesatuan untuk mengafirmasi anugerah yang didapatkan. Ucapan “alhamdulillah” yang diaminkan oleh hati dan diekspresikan dalam tindakan adalah cara bersyukur.

Lisan orang yang bersyukur selalu terjaga. Karena itu, perkataan yang keluar harus kebaikan. Hati harus selalu merasa cukup. Ikhlas menerima setiap anugerah dari Allah. Dan tidak pernah iri pada nikmat yang dimiliki orang lain.

Mengenai hal ini, Rasulullah SAW bersabda: “Jadilah orang yang wara’, maka engkau akan menjadi hamba yang paling berbakti. Jadilah orang yang qanaah, maka engkau akan menjadi hamba yang paling bersyukur.” (HR Ibnu Majah).

Bersyukur adalah menggunakan nikmat sesuai dengan yang Allah inginkan. Semuanya tentu harus bermuara pada kebaikan dan ketaatan. Kita harus paham dan sadar betul untuk apa semua anugerah itu diberikan.

Kesehatan, kekayaan, jabatan, pendidikan. dan yang lainnya semata-mata untuk sarana pengabdian kepada sang pemberi kehidupan.

Wallahu a’lam.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat