Kapolres Brebes AKBP Faisal Febrianto (tengah) beserta jajarannya menunjukkan barang bukti saat ungkap kasus penyebar berita bohong (hoaks) di Polres Brebes, Rabu (21/7/2021). | ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Nasional

Kunci Pengecekan Fakta dan Melawan Hoaks: Kolaborasi

Masyarakat perlu dilibatkan dan mendapatkan literasi cek fakta agar tidak menelan informasi mentah-mentah.

JAKARTA -- Indonesia Fact-Checking Summit 2021 menghasilkan sejumlah kesimpulan. Wakil Ketua II Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Irfan Junaidi, mengatakan, kolaborasi yang dilakukan oleh banyak pihak menjadi kebutuhan dasar dalam memastikan kerja dan distribusi hasil pemeriksaan fakta dapat menyaingi kecepatan peredaran informasi bohong alias hoaks.

“Kolaborasi perlu dibangun dari hulu hingga hilir untuk menciptakan ekosistem informasi sehat bagi seluruh masyarakat,” ujar Irfan dalam sambutan pembukaan webinar sekaligus puncak rangkaian Indonesia Fact-checking Summit 2021, Senin (20/12).

Pada kegiatan yang diselenggarakan sebagai upaya untuk membangun ekosistem digital sehat itu, Irfan menekankan, cek fakta bukan milik satu pihak tertentu saja, melainkan harus melibatkan banyak pihak, di antaranya media, organisasi masyarakat sipil, jurnalis, dan berbagai lembaga lainnya. Pihak yang tak kalah penting untuk dilibatkan adalah masyarakat.

“Masyarakat perlu dilibatkan dan mendapatkan literasi cek fakta agar tidak menelan informasi mentah-mentah dan mampu mengambil keputusan berdasarkan informasi yang benar. Kerja sama berbagai pihak menjadi mutlak,” kata pemimpin Redaksi Republika itu.

Dalam kegiatan tersebut, kolaborasi pemeriksa fakta yang ada pada Cek Fakta meluncurkan playbook dalam laman mereka, yakni cekfakta.com. Mereka juga melakukan pembacaan rekomendasi etik pengecekan fakta dan pelabelan hoaks, mitigasi dan perlindungan pemeriksa fakta, membersihkan iklan digital di media online dari potensi mis/disinformasi.

Sekretaris Jenderal AMSI, Wahyu Dhyatmika, pada saat peluncuran playbook menerangkan, ‘buku’ yang terbagi menjadi delapan bab itu memungkinkan publik, peminat pemeriksa fakta, serta akademisi melakukan studi, riset, dan membuka jejaring kerja sama terkait pemeriksaan fakta.

“Buku ini tersedia dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Harapannya buku ini bisa mencapai publik yang membutuhkannya dan menunjang kerja-kerja pemeriksaan fakta,” kata Wahyu. 

Tantangan dan peluang

Kolaborasi pemeriksaan fakta di Indonesia secara formal terbentuk selepas Trusted Media Summit 2018 yang melibatkan Aliansi Jurnalis Independen (AJI), AMSI, komunitas pemeriksa fakta Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo).

Kolaborasi yang diberi nama cekfakta.com itu terus berjalan dengan melibatkan 24 media massa di Indonesia. Menurut Ketua Presidium Mafindo, Septiaji Eko Nugroho, kolaborasi periksa fakta Indonesia itu sangatlah kuat. “Mungkin paling kuat di Asia Tenggara,” kata dia.

Dia menerangkan, tim kolaborasi cekfakta.com menghadapi tantangan dalam proses kerjanya. Menurut dia, tantangan itu berupa memastikan kerja-kerja dan hasil pemeriksaan fakta bisa terdistribusi secara luas kepada publik alias viral, seperti halnya informasi bohong.

Menurut Septiaji, Mafindo menilai kolaborasi paling sederhana dengan berbagai pihak adalah menyebarkan hasil cek fakta seluas-luasnya.

“Catatan Mafindo semasa pandemi, peredaran konten verifikasi yang beredar hanya mencapai 10 persen dari konten mis/disinformasi atau hoaks,” ujar dia menjelaskan.

Ketua AJI, Sasmito Madrim, mengatakan, tugas jurnalis secara alamiah adalah melakukan verifikasi dan menjernihkan banjir informasi yang menyebar di jagat digital. Dia menilai, kolaborasi antarjurnalis, perusahaan media, dan masyarakat sipil sudah sangat baik dalam memerangi hoaks yang menyebar.

“Namun, yang tidak kalah penting adalah memastikan hasil pemeriksaan fakta yang dilakukan media tersebut sampai ke publik supaya dapat mengambil keputusan dengan tepat,” kata Sasmito.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat