IMAN SUGEMA | Daan Yahya | Republika

Analisis

Prospek Ekonomi pada Tahun Omikron

Tahun depan mungkin layak disebut sebagai tahun omikron.

Oleh IMAN SUGEMA

OLEH IMAN SUGEMA

Kalau tren penyebaran varian omikron terus berlangsung seperti sekarang, kemungkinan besar tahun depan semua negara akan sibuk menangani kasus penularan Covid-19 dari varian ini. Tahun depan mungkin layak disebut sebagai tahun omikron.

Karena itu, situasi sosial-ekonomi di semua negara akan sangat bergantung pada sejauh mana masyarakat dan pemerintah di setiap negara menyikapi semakin meluasnya sebaran virus ini.

Dari pengalaman selama ini, tiap negara memiliki variasi yang sangat beragam dalam melakukan penanganan Covid-19. Tentunya kita harus paham bahwa setiap negara memiliki karakteristik dinamika sosial-politik yang berbeda-beda sehingga kecepatan dan kemampuan dalam bereaksi juga sangat berbeda.

Sebagai contoh adalah dalam hal reaksi kebijakan fiskal. Pada umumnya, negara-negara maju menerapkan pelonggaran fiskal yang sangat jorjoran demi menyelamatkan perekonomian. Rata-rata defisit anggaran berada di atas 15 persen dari PDB.

Jadi, kalau defisit anggaran Indonesia sebesar 6 persen saja, kita tergolong negara yang tidak over-react. Walaupun demikian, toh, defisit sebesar itu merupakan defisit terbesar yang pernah dilaksanakan oleh negeri ini pascaera Reformasi.

 
Kalau defisit anggaran Indonesia sebesar 6 persen saja, kita tergolong negara yang tidak over-react.
 
 

Karena saya bukan epidemiolog, saya tidak akan memaksakan diri untuk menilai bagaimana penanganan Covid-19 secara medis-epidemis. Hanya saja, saya sebagai ekonom tentu bisa menilai konsekuensinya terhadap perekonomian.

Karena penanganan penyebaran Covid-19 yang relatif longgar dan dengan situasi masyarakat yang sangat kooperatif, kita terhindar dari bencana ekonomi. Kita sempat mengalami resesi, tetapi tidak terlalu dalam. Tentu banyak yang lebih buruk dari kita, seperti Amerika Utara dan kawasan Eropa.

Seperti yang sudah saya tulis berulang-ulang, penanganan penyebaran Covid-19 sangatlah bergantung pada apakah masyarakat patuh pada protokol kesehatan. Dari simulasi model, kita beruntung memiliki kira-kira 180 juta orang yang secara konsisten patuh. Sisanya lebih dari 90 juta orang adalah yang mungkin terpaksa tidak dapat mematuhi protokol kesehatan.

Untuk varian omikron yang penyebarannya jauh lebih cepat dibandingkan dengan varian sebelumnya, tampaknya 90 juta orang inilah yang akan terpapar lebih awal. Hanya saja, karena gejalanya lebih ringan maka orang-orang yang terpapar ini mungkin tidak menyadari dirinya telah terinfeksi alias menjadi orang tanpa gejala, OTG.

 
Untuk varian omikron yang penyebarannya jauh lebih cepat dibandingkan varian sebelumnya, tampaknya 90 juta orang inilah yang akan terpapar lebih awal.
 
 

Konsekuensinya, varian ini baru akan ketahuan setelah menyebar luas sampai kepada orang yang taat prokes sekalipun. Kita nanti baru tahu setelah banyak tetangga atau saudara yang menderita flu yang agak berat. Sebelum itu terjadi, masyarakat akan merasa aman-aman saja.  

Sebagai catatan, untuk melakukan pendeteksian dini bukanlah pekerjaan mudah. Penyebabnya sederhana saja, proporsi OTG menjadi sangat besar. Walaupun mereka sudah terinfeksi, mereka sama sekali tidak menyadarinya. Di sinilah peran penting dari tes secara berkala. 

Masalahnya, kalau tidak bergejala, tentunya Anda tidak merasa perlu untuk melakukan tes PCR atau sejenisnya. Di sinilah terjadi dilema pengendalian: untuk bisa mengendalikan omikron, masyarakat harus menjalani tes berkala, padahal kita merasa itu tidak diperlukan. 

Seperti yang terjadi di Inggris baru-baru ini, jumlah kasus harian tiba-tiba melesat tanpa ada tanda-tanda sebelumnya. Kalau sudah meledak, pembatasan sosial merupakan cara terbaik untuk pengendalian. Namun, tentu perekonomian akan kembali menjadi korban.

 
Kalau sudah meledak, pembatasan sosial merupakan cara terbaik untuk pengendalian. Namun, tentu perekonomian akan kembali menjadi korban.
 
 

Mengingat hal di atas maka risiko terbesar bagi perekonomian pada tahun 2022 mendatang tampaknya masih berkisar pada kemampuan kita dalam mengendalikan penyebaran Covid-19. Kegagalan dalam melakukan pendeteksian secara dini akan menyebabkan kita telat dalam melakukan pengendalian. Kalau sudah telat, PPKM Level 4 menjadi satu-satunya cara yang ampuh.  

Karena kita tidak ingin terjerembap lagi, satu-satunya cara bagi masyarakat adalah tetap menjaga diri dengan menerapkan protokol kesehatan walaupun situasi tampak seperti aman-aman saja. Yang bisa menolong adalah diri kita sendiri.

Ada satu hal yang positif dari omikron yang membuat kita harus optimistis. Varian ini walaupun penyebarannya jauh lebih cepat, masalah kesehatan yang ditimbulkannya tidak seganas varian sebelumnya. Secara historis, virus ganas akan bermutasi secara alamiah menjadi virus lemah. Suatu saat, varian virus korona akan menjadi seperti virus flu biasa.

 
Mohon diingat, omikron berpotensi untuk meledak secara tidak terduga. Semoga itu tidak terjadi.
 
 

Tanda-tanda ke arah itu sudah ada pada omikron. Kita berharap, setelah omikron akan timbul varian-varian yang jauh lebih aman lagi. Tapi, sekali lagi, ini adalah proses alamiah sehingga kita tidak tahu secara pasti kapan itu terjadi.

Kalau mutasi yang mengarah pada virus lemah bisa terjadi dengan cepat sebelum pertengahan tahun depan maka setidaknya ancaman gelombang ketiga akan dengan sendirinya hilang. Sejak saat itu, kita bisa hidup normal kembali.

Sementara ini, ekonomi kita masih akan dibayang-bayangi oleh ledakan tidak terduga dari omikron. Untuk kepentingan bersama, kita masing-masing seyogianya tetap taat prokes. Mohon diingat, omikron berpotensi untuk meledak secara tidak terduga. Semoga itu tidak terjadi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat