Seorang petugas pompa bensin berdiri di samping halaman sampul surat kabar the Sowetan di Pretoria, Afrika Selatan, Sabtu (27/11). Tulisan di koran itu berbunyi, “Varian baru ada di sini”. | Denis Farrell/AP

Nasional

Virus Korona Terus Bermutasi karena Bersifat Labil

Setiap kali membelah diri, ada risiko virus korona akan bermutasi.

JAKARTA - Dokter Spesialis Patologi Klinik RS Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, dr Tonang Dwi Ardyanto menjelaskan, virus korona pada dasarnya dapat terus bermutasi karena bersifat labil. Dia menjelaskan, setiap kali membelah diri, ada risiko virus korona akan bermutasi.

Sebagian besar hasil mutasi virus itu tidak berkembang dan mati, sedangkan sebagian lainnya bermutasi namun tidak memberi dampak signifikan. Dari hasil mutasi tersebut, sebagian kecil mampu berkembang dan menjadi varian baru. Mutasi virus yang bertahan dan berkembang inilah yang Kemudian menjadi varian dengan kemampuan menginfeksi.

"Sifat-sifat dasarnya masih sama, tetapi ada perubahan, misalnya dalam hal daya infeksiusnya," ujar Tonang, dikutip Sabtu (18/12).

Tonang menjelaskan, efektivitas vaksin dalam mengurangi risiko sakit berat bila terinfeksi Covid-19 pada masyarakat akan dipengaruhi banyak hal, salah satunya seberapa banyak orang yang sudah memiliki antibodi di sekitarnya. Semakin banyak masyarakat yang sudah memiliki antibodi, maka vaksin akan semakin efektif. "Maka efektivitas vaksin antar daerah bisa berbeda. Apalagi antar negara," ujarnya.

Dia menjelaskan, vaksin bekerja pada tubuh dengan memicu antibodi yang spesifik mengikat antigen virus. Pada Covid-19, target utamanya adalah protein S, karena berada paling luar, paling menonjol, dan berfungsi membuka kunci masuk ke dalam sel manusia. Protein S itu dibentuk berdasarkan resep dari gen S yang terdiri dari rangkaian nukleotida panjang.

Ada bagian dari gen S yang sudah jelas fungsinya membentuk protein S, tapi ada pula yang belum  diketahui pasti. Dia menerangkan, mutasi virus baru bermakna bila mengubah protein S yang seharusnya dihasilkan.

Seberapapun mutasinya, bila protein S yang dihasilkan masih tetap teridentifikasi, maka antibodi S masih tetap dapat mengikatnya. "Semakin banyak perubahannya, semakin sulit dibaca. Semakin banyak lagi mutasi, mungkin masih terbaca, tapi butuh waktu lebih lama. Jadi ada risiko terlewatkan," katanya.

Terkait apakah vaksin masih mampu menghadapi varian omikron, Tonang menyebut, hal tersebut masih memerlukan waktu untuk dapat dipastikan. Namun, dia  menegaskan bahwa setiap orang yang memiliki antibodi dari vaksin tetap jauh lebih terlindungi daripada tidak memiliki antibodi sama sekali atau yang belum vaksin.

"Yang paling penting saat ini adalah secepatnya dan sebanyak-banyaknya memberikan vaksinasi kepada masyarakat agar efektivitas vaksin dapat terus dijaga," ujar Tonang.

Varian omikron yang merupakan mutasi Covid-19 telah menyebar di sejumlah negara termasuk Indonesia. Kementerian Kesehatan kembali mendeteksi dua pasien konfirmasi varian omikron. Dengan demikian per Jumat (17/12) tercatat tiga kasus konfirmasi varian omikron di Tanah Air.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmidzi, mengatakan bahwa dua pasien tersebut merupakan hasil pemeriksaan sampel dari 5 kasus probable omikron yang baru Kembali dari luar negeri. 

“Dua pasien terkonfirmasi terbaru adalah IKWJ, 42 tahun, laki-laki, perjalanan dari Amerika Selatan serta M, 50 tahun, laki-laki, perjalanan dari Inggris. Saat ini keduanya sedang menjalani karantina di Wisma Atlet,” ungkap dr Nadia, Sabtu (18/12). 

Pasien omikron pertama terkonfirmasi pada Kamis lalu atas inisial N, seorang pekerja pembersih di Wisma Atlet Kemayoran. Temuan ini merupakan hasil pemeriksaan khusus SGTF yang dilakukan oleh Badan Litbang Kesehatan pada tanggal 14 dan 15 Desember lalu.

Kedua pasien terbaru terkonfirmasi omikron setelah menjalani karantina wajib 10 hari seusai kembali dari luar negeri. Hal ini menunjukan bahwa sistem proteksi pemerintah berjalan dengan baik untuk mencegah penularan dari pendatang dari luar negeri yang terjangkit virus Covid-19. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat