Perempuan Afghanistan menantikan bantuan uang tunai dari World Food Program di Kabul, Afghanistan, Sabtu (20/11/2021). | AP/Petros Giannakouris

Opini

Solidaritas untuk Afghanistan

Afghanistan di ambang bencana kemanusiaan menghadapi darurat pangan selama musim dingin.

AM SIDQI; Diplomat RI di KBRI Riyadh, Arab Saudi

Empat bulan setelah mengambil alih kekuasaan di Afghanistan (15/8), belum ada satu pun negara yang mengakui pemerintahan Taliban. Alih-alih pengakuan, komunitas internasional membekukan aset Afghanistan hampir 10 miliar dolar AS dan membatasi bantuan hanya untuk tujuan kemanusiaan.

APBN Afghanistan yang bergantung (sekitar 75 persen) bantuan internasional jelas terpukul akibat sanksi ini. Namun, sanksi ekonomi tak berhasil memaksa perubahan perilaku Taliban, malah menghajar rakyat Afghanistan yang paling rentan.

Di sisi lain, kolapsnya Afghanistan semakin mencoreng reputasi Barat, yang sudah ternoda oleh penarikan pasukan NATO yang kacau balau.

Badan-badan PBB menyampaikan data mengkhawatirkan. Utusan khusus PBB untuk Afghanistan mengungkapkan, negeri itu “di ambang bencana kemanusiaan” menghadapi darurat pangan selama musim dingin.

 
Di sisi lain, kolapsnya Afghanistan semakin mencoreng reputasi Barat, yang sudah ternoda oleh penarikan pasukan NATO yang kacau balau.
 
 

World Food Program mengutarakan, 95 persen warga Afghanistan tak memiliki cukup makanan dan 23 juta orang terancam kelaparan. Ditambah pandemi Covid-19 dan musim dingin ekstrem, Afghanistan diprediksi menjadi “neraka dunia”.

Solidaritas

Ketidakstabilan di Afghanistan tak hanya menjurus pada krisis kemanusiaan dan memicu eksodus pengungsi, tapi juga dapat membuka jalan bagi konflik baru dan mengarah pada instabilitas kawasan.

Sementara itu, negara Barat bimbang apakah melanjutkan sanksi ekonomi tetapi mengakibatkan bencana kemanusiaan atau menghindari malapetaka tetapi harus bekerja sama dengan Taliban.

Menyadari situasi superkritis ini, Arab Saudi selaku KTT Organisasi Kerja sama Islam (OKI) menyerukan negara anggota OKI sekali lagi berkumpul untuk membantu bangsa Afghanistan. OKI waib menjadi pihak terdepan yang merespons kesengsaraan saudaranya di Afghanistan.

Seruan Arab Saudi dijawab sigap Pakistan dengan menawarkan diri menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Menteri Luar Negeri Luar Biasa (KTM-LB) di Islamabad (19/12). Undangan juga disampaikan ke AS, Inggris, Rusia, Cina, Prancis, Jerman, dan Jepang.

Selain itu, kepada badan PBB, Komite Internasional Palang Merah (ICRC), dan lembaga pembiayaan internasional. KTM-LB bertujuan antara lain menghimpun dana kemanusiaan darurat dan menyalurkannya dengan cepat kepada warga Afghanistan.

 
Secara bilateral, Indonesia memiliki investasi politik signifikan di Afghanistan.
 
 

Meskipun dalam jangka panjang, bantuan darurat saja tentu tak cukup. Perlu upaya merestorasi sistem negara untuk menghindari kelaparan massal, menyediakan layanan penting termasuk perawatan kesehatan, pendidikan, dan sistem keuangan dasar.

Sebelum ini, Afghanistan salah satu negara prioritas OKI melalui berbagai resolusi dan pertemuan khusus. Selain memiliki kantor misi di Kabul, OKI hadir melalui program prioritas organ Islamic Solidarity Fund (ISF) dan Islamic Development Bank (IsDB).

IsDB menyelesaikan 31 proyek dengan pendanaan 81,6 juta dolar AS dari total 156 juta dolar AS (52,3 persen). Tujuh proyek masih bergulir, yakni pelatihan dokter, pencegahan kebutaan, pendidikan dasar, telemedis, pertanian, industri halal, dan keuangan syariah.

Peran strategis Indonesia

Secara bilateral, Indonesia memiliki investasi politik signifikan di Afghanistan. Indonesia pernah menggelar Trilateral Ulema Conference of Afghanistan-Indonesia-Pakistan on Peace and Stability in Afghanistan di Bogor, Mei 2018.

Indonesia juga aktif dalam setiap inisiatif untuk perdamaian Afghanistan, antara lain melalui International Contact Group (ICG) on Afghanistan, Intra-Afghan Dialogue (IAN), dan pertemuan terkait perdamaian Afghanistan di Markas PBB New York dan Jenewa. 

Indonesia bersama Jerman, Qatar, Uzbekistan, dan Norwegia (disebut QUINT) merupakan fasilitator proses perdamaian Afghanistan.

Selama menjadi anggota DK PBB (2019-2020), Indonesia  menghasilkan tiga resolusi perpanjangan mandat United Nations Assistance Mission in Afghanistan (UNAMA), lima belas pernyataan pers, dan satu press elements perihal Afghanistan.

 
Justru karena inilah, Indonesia telah dan dapat terus menunjukkan kejernihan dan ketulusan dalam upaya diplomasi perdamaian Afghanistan.
 
 

Menyikapi situasi tak menentu, menlu RI bertemu perwakilan Taliban di Doha, Qatar (26/8), menegaskan pemerintahan inklusif, menghormati hak perempuan, dan memastikan Afghanistan tak jadi tempat berkembang biak bagi organisasi dan kegiatan teroris.

Maka itu, wajar pada KTM-LB OKI di Islamabad mendatang, Indonesia menawarkan diri sebagai utusan khusus OKI bagi Afghanistan sebagai modalitas diplomasi untuk perdamaian, rekonsiliasi, dan penyaluran bantuan ke Afghanistan.

Indonesia memang tak berbatasan dan terdampak langsung dengan situasi krisis di Afghanistan, seperti Pakistan dan Iran. Justru karena inilah, Indonesia telah dan dapat terus menunjukkan kejernihan dan ketulusan dalam upaya diplomasi perdamaian Afghanistan.

Sebagai negara pendiri OKI, pemimpin dunia Muslim, dan memiliki investasi politik signifikan di Afghanistan, Indonesia dapat menggabungkan kekuatan diplomasi ini untuk mencegah Afghanistan terperosok ke lembah krisis kemanusiaan lebih dalam.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat