A customer waits for her turn to migrate her conventional bank account to a Sharia-compliant bank account, at a Bank Syariah Indonesia (BSI) branch in Banda Aceh, Indonesia, 07 June 2021. According to the Aceh government, Aceh province will implement new | EPA-EFE/HOTLI SIMANJUNTAK

Ekonomi

Tantangan Inklusi dan Potensi Bank Syariah pada 2022

Tingkat literasi dan inklusi terhadap bank syariah juga masih rendah.

Pengembangan industri perbankan syariah pada tahun depan disebut masih menghadapi sejumlah tantangan. Hal tersebut tergambar dari sisi daya saing hingga permasalahan literasi dan inklusi bank syariah.

Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya mengatakan, dari sisi jumlah, keberadaan bank syariah di tengah masyarakat masih jauh tertinggal dibandingkan dengan bank konvensional. Bahkan, berdasarkan kategori, bank syariah belum ada yang termasuk dalam BUKU IV.

Tantangan lainnya yakni jangkauan jaringan bank syariah yang masih rendah. Pada 2020, porsi outlet bank syariah terhadap bank umum baru mencapai 7,7 persen. "Artinya, dari 1 juta penduduk hanya dilayani oleh sembilan cabang (syariah) dibandingkan 114 cabang oleh bank umum," kata Banjaran dalam acara Sharia Economic Outlook 2022, Rabu (15/12).

Tidak hanya itu, tingkat literasi dan inklusi terhadap bank syariah juga masih rendah. Berdasarkan data BSI, literasi bank syariah hanya sebesar 8,9 persen dibandingkan dengan bank konvensional yang sebesar 37,7 persen. Sedangkan, tingkat inklusi bank syariah 9,1 persen dibandingkan dengan bank konvensional yang sebesar 75,3 persen.

Meski demikian, menurut Banjaran, masih banyak potensi yang bisa digali di industri perbankan syariah. Banjaran melihat terdapat preferensi masyarakat yang kuat untuk perbankan syariah sehingga pertumbuhan bank syariah melampaui perbankan konvensional dengan potensi pasar yang sangat besar.

Kondisi itu tecermin dari compound annual growth rate (CAGR) lima tahun industri perbankan syariah di Indonesia yang mencapai 13,8 persen, sedangkan bank konvensional hanya 7,8 persen. Potensi besar pertumbuhan industri perbankan syariah juga didukung oleh Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia.

Bank syariah juga bisa berfokus dengan sektor industri halal. Potensi nilai industri halal diperkirakan akan terus bertumbuh pada 2022 seiring dengan ekspektasi pemulihan situasi pandemi. "Industri perbankan syariah sangat terbuka dengan peluang dan potensi di industri halal," ujar Banjaran.

Potensi industri halal Indonesia mencapai sekitar Rp 4.375 triliun dengan potensi makanan dan minuman halal sebesar Rp 2.088 triliun, pariwisata ramah Muslim Rp 162 triliun, fesyen Muslim Rp 232 triliun, farmasi halal Rp 78,3 triliun, kosmetik halal Rp 58 triliun, media dan rekreasi halal Rp 319 triliun, dan aset keuangan syariah Rp 1.438 triliun.

Secara umum, Banjaran menjelaskan, prospek pertumbuhan industri perbankan syariah pada 2022 diperkirakan akan melanjutkan pertumbuhan positif baik di sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) maupun penyaluran pembiayaan. BSI memperoyeksikan pada 2022 penghimpunan DPK akan tumbuh 11,53 persen.

Pertumbuhan itu antara lain didorong oleh meningkatnya kesadaran masyarakat terkait gaya hidup halal. Selain itu, pengembangan digital banking memudahkan masyarakat untuk membuka rekening dan melakukan transaksi. Sinergi dengan stakeholder ekonomi syariah dari berbagai segmen turut mendorong pertumbuhan DPK industri perbankan syariah.

BSI juga memproyeksikan penyaluran pembiayaan di industri perbankan syariah akan tumbuh signifikan sebesar 7,25 persen pada tahun depan. Faktor penggeraknya yaitu pemulihan permintaan di sektor ritel serta pemulihan di sektor industri manufaktur.

Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal yakin pengembangan ekonomi syariah seharusnya bisa berperan lebih besar dalam pemulihan ekonomi yang kuat. Prinsip-prinsip di dalam ekonomi syariah ini semestinya bisa menjadi solusi yang menjawab permasalahan ke depan.

"Salah satunya membangun tatanan ekonomi yang lebih berkeadilan termasuk dalam hal pengentasan kemiskinan," tutur Faisal.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat