Petugas berdiri di dekat truk bantuan untuk korban bencana erupsi Gunung Semeru sebelum pelepasan di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (10/12). Aksi Cepat Tanggap bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan bantuan sebanyak 10 truk berupa l | Republika/Putra M. Akbar

Khazanah

Menumbuhkan Kesiapsiagaan Bencana

Kesiapsiagaan adalah kunci menghadapi bencana.

Sepanjang 1 Januari hingga 9 Desember 2021, tercatat 2.796 kejadian bencana di Indonesia. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tersebut, lebih dari 80 persen bencana yang terjadi sepanjang 2021 didominasi oleh bencana hidrometeorologi basah.

Bermaksud ikut membantu menanggulangi bencana itu, Disaster Management Center Dompet Dhuafa (DMC DD) mengajak para relawan, donatur, mitra, dan masyarakat umum mengikuti pelatihan water rescue (tindakan penyelamatan kepada korban di medan berair) dan simulasi kebencanaan.

Bertajuk “A Day as A Volunteer”, acara yang digelar di Cikereteg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, ini dikemas dalam kegiatan yang menyenangkan. Peserta bukan hanya diajarkan teknik-teknik penyelamatan dasar, tapi juga diajak mengarungi Sungai Cisadane yang memacu adrenalin sekaligus melakukan simulasi water rescue secara langsung.

Kepala DMC Dompet Dhuafa Haryo Mojopahit mengatakan, selain digelar untuk memperingati Hari Relawan Internasional yang jatuh pada 5 Desember, kegiatan ini juga ditujukan sebagai wadah bagi masyarakat untuk mendapatkan pengetahuan tentang teknik water rescue. Kegiatan yang rutin diadakan sejak 2017 ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa kerelawanan, kesiapsiagaan, serta keterampilan dalam penyelamatan saat terjadi bencana.

“Di tahun 2021 ini kita banyak menekankan pelatihan water rescue, karena memang bencana alam didominasi oleh banjir,” ujar Haryo, merujuk pada peningkatan jumlah korban akibat banjir di Indonesia, yakni sebesar 15 persen pada 2020.

“Harapannya semakin banyak masyarakat yang memiliki kesiapsiagaan terhadap bencana, sehingga saat terjadi bencana kta sudah memiliki modal untuk menyelamatkan diri maupun orang-orang sekitar kita,” kata dia.

Dalam kegiatan yang diikuti oleh sekitar lebih dari 80 peserta ini, seluruh peserta dilengkapi dengan peralatan keamanan seperti pelampung dan helmet. Sebelum memulai pengarungan, instruktur juga terlebih dulu mengajarkan teknik dasar arung jeram, seperti mendayung dan teknik menyelamatkan diri untuk mengantisipasi kendala selama pengarungan, seperti perahu tersangkut atau terbalik.

Setiap perahu diisi oleh lima peserta dan satu instruktur. Pengarungan sepanjang 13 kilometer itu melewati empat situs jeram yang cukup menegangkan. Di sana peserta diajak melakukan simulasi penyelamatan secara langsung, mulai dari manajemen emosi agar tidak panik, menyelamatkan diri saat perahu terbalik, dan menolong rekan yang tenggelam atau terbawa arus sungai.

“Hari ini senang sekali bersama donatur yang termasuk relawan Dompet Dhuafa mengikuti pelatihan water rescue,” kata Direktur Resources Mobilization Dompet Dhuafa, Etika Setiawanti.

Ia berharap melalui kegiatan ini, para peserta bisa siap untuk turun bersama DMC Dompet Dhuafa ke lokasi bencana saat mereka dibutuhkan.

Setelah mengarungi rute pengarungan sepanjang 13 kilometer, perjalanan para peserta berakhir di Waduk Cikereteg yang juga merupakan titik jeram terakhir. Meskipun langit telah menjingga dan badan basah kuyup, raut kegembiraan sangat jelas terpancar di wajah para peserta.

“Awalnya cukup takut karena baru pertama kali rafting, tapi ternyata seru banget, karena bukan happy-happy aja, tapi ada juga sisipan materi yang berguna banget,” ujar Ela, salah satu peserta, sembari menikmati es kelapa muda di pos terakhir arung jeram.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat