Adiwarman A Karim | Daan Yahya | Republika

Analisis

Ekonomi Islam Pasca-Covid

Strategi mewarnai ekonomi G-20 dengan nilai-nilai Islam mulai menampakkan hasil.

OLEH ADIWARMAN A KARIM

 

Kajian ekonomi Indonesia pascapandemi dua tahun ini menunjukkan optimisme yang tinggi. Publikasi pemerintah, Bank Indonesia, Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), Smeru, CSIS, McKinsey, dan lainnya menyuarakan optimisme yang sama. 

Serena Ng, peneliti NBER, dalam risetnya “Modeling Macroeconomic Variations after Covid-19” mengingatkan perlunya melihat ulang model ekonomi setelah pandemi karena adanya perubahan mendasar asumsi ekonomi. Ada dua jenis shocks yang harus dibedakan dan diperhitungkan, yaitu economic shocks yang selama ini telah dikenal dan Covid shocks sebagai variabel eksogenus baru.

Gregory Mankiw, profesor Harvard University, dalam risetnya “The Covid-19 Recession of 2020” melihat dari kedua sisi optimistis dan pesimistis. Optimistisnya, pekerja yang selama pandemi kehilangan pekerjaan akan segera dipekerjakan lagi. Pemisistisnya, pekerja tersebut tidak dipekerjakan lagi karena tempat bekerjanya telah tutup.

Mankiw juga melihat dari kedua sisi permintaan dan penawaran. Dari sisi permintaan agregat, pandemi menurunkan laju perputaran uang karena tidak dapat digunakan, perbankan kelebihan likuiditas. Dalam bahasa teknisnya, kuantitas permintaan barang dan jasa menurun pada setiap level harga. Bahasa kerennya, kurva permintaan agregat bergeser ke kiri.

Dari sisi penawaran agregat, pandemi menyebabkan produksi turun. Berbeda dengan resesi biasanya, menurut Mankiw, pandemi ini tidak menyebabkan adanya ekses kapasitas karena pabriknya telah tutup atau pesawat terbangnya telah dikembalikan.

 
Pandemi ini tidak menyebabkan adanya ekses kapasitas karena pabriknya telah tutup atau pesawat terbangnya telah dikembalikan.
 
 

Dennis Egger, peneliti University of California Berkeley, dan timnya dalam riset mereka "Falling living standards during the Covid-19 crisis: Quantitative evidence from nine developing countries" mengamati hal yang sama. Dari delapan negara yang diamati, penghasilan masyarakat turun 8 hingga 87 persen dengan median 68 persen.

Robert Fairlie, peneliti NBER, dalam risetnya “The Impact of Covid-19 on Small Business Owners” melihat dalam periode krusial Februari-April 2020 jumlah UMKM turun 22 persen di Amerika Serikat. Kemampuan UMKM membayar kewajiban mereka ke bank juga menurun drastis. Untungnya, seperti juga di Indonesia, otoritas memberikan kebijakan relaksasi.

Kebijakan relaksasi itu harus segera dilengkapi dengan kebijakan revitalisasi. Diperkirakan dari sekitar 17 persen UMKM yang mendapat fasilitas relaksasi di Indonesia, hanya 1,5 persen yang dapat bertahan ketika kebijakan relaksasi ini selesai. Sedangkan, 15,5 persennya tidak mampu bertahan. Kerena itu, kebijakan relaksasi yang bersifat urgent harus dilengkapi dengan kebijakan revitalisasi yang bersifat important.

Ehsan Ebrahimy, Deniz Igan, dan Soledad Peria, peneliti IMF, dalam riset mereka “The Impact of Covid-19 on Inflation: Potential Drivers and Dynamics” menemukan adanya kenaikan varian ekspektasi inflasi setelah pandemi. Negara-negara yang telah lebih dulu pulih dari Covid mengalami kenaikan permintaan bahan baku dari negara-negara yang belum pulih. 

Akibatnya, permintaan naik lebih cepat dari penawaran. Harga komoditas naik, harga barang tambang energi naik. Ekspektasi inflasi naik.

 
Negara-negara yang telah lebih dulu pulih dari Covid mengalami kenaikan permintaan bahan baku dari negara-negara yang belum pulih.
 
 

Serangkaian pidato Presiden dan Wakil Presiden pada akhir tahun ini menunjukkan komitmen kuat pemerintah untuk ekonomi syariah. Dua hal yang dapat diangkat Indonesia sebagai tuan rumah G-20 pada 2022 yaitu ekonomi digital dan ekonomi syariah.

Ekonomi digital karena Indonesia memiliki banyak unicorn dan start-up fintek. Ekonomi syariah karena pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia didasarkan permintaan nyata masyarakat.

Karena di antara 20 negara G-20 hanya ada tiga yang populasi dominan Muslim, maka ekonomi syariah dibungkus secara kontekstual sebagai Sustainable Development Goals yang terdengar lebih universal.

Strategi mewarnai ekonomi G-20 dengan nilai-nilai Islam melalui infiltrasi pemikiran ke semua mazhab ekonomi mulai menampakkan hasilnya. Dalam mazhab Keynesian sekarang telah berkembang paham Keynesian environmentalism, yaitu pendekatan investasi dan demand-driven untuk pembangunan yang berkelanjutan. Dalam mazhab neoklasikal juga berkembang paham neo classical environmental economics.

Oliver Taherzadeh, peneliti Research Institute for Humanity and Nature Japan, dalam risetnya “Promise of a green economic recovery post-Covid: trojan horse or turning point?” mengingatkan kita akan kegagalan, sebagian menyebutnya keberhasilan, COP26 dalam pertemuan G-20 di Glasgow tahun ini.

Green economy recovery untuk mengembangkan ekonomi hijau yang meminimalkan kerusakan lingkungan tidak boleh menjadi sekadar janji kosong kampanye, bahkan jadi kuda trojan, yaitu perusakan lingkungan dengan bungkus pelestarian lingkungan.

Ekonomi Islam bukan sekadar bank syariah atau ekonomi halal. Ekonomi Islam bermakna mengelola semua sumber daya dengan penuh tanggung jawab kepada Sang Pencipta.

 
Ekonomi Islam bermakna mengelola semua sumber daya dengan penuh tanggung jawab kepada Sang Pencipta.
 
 

Ibarat musafir yang singgah sebentar tanpa merusak apa pun. Ibarat kakek tua yang menanam biji tanaman walaupun esok akan kiamat. Ibarat luwak yang dengan telitimemilih biji kopi terbaik. Hanya mengambil yang terbaik dari kehidupan dunia dan memberikan yang terbaik ke dunia. 

Memiliki percaya diri yang tinggi karena yakin akan kebenaran konsepnya. Tidak perlu repot menyalahkan konsep ekonomi lainnya, malah mewarnai dan membimbing mereka agar menemukan keindahan konsep ekonomi Islam.

Tidak goyah dengan ukuran keberhasilan yang digunakan konsep ekonomi lain. Tidak ikut-ikutan konsep lain dan tidak pula menolak kebenaran dan kebaikan yang ditawarkan konsep ekonomi lain karena semua kebaikan dan kebenaran pasti berasal dari Allah. Tidak mengikuti gendang orang lain karena bagi seorang maestro tari, gendanglah yang mengikuti gerak tari sang maestro.

Umar RA berkata, “Saya teringat Raja Persia dan Raja Romawi. Engkau adalah Nabi Allah, tidur di tempat seperti itu. Sementara mereka tidur di atas ranjang-ranjang emas.” Rasulullah SAW menjawab, “Apalah artinya dunia ini. Aku di dunia ini tidak lebih dari seorang yang sedang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi meninggalkan pohon itu.”

Umar RA pernah menegur pasukannya, “Aku lihat kalian telah berubah karena terpengaruh kemewahan. Sungguh untuk mencapai keberhasilan hanya bisa dilakukan dengan mengikuti sunah Rasulullah SAW.”

Keberhasilan ekonomi Islam di Indonesia adalah keberhasilan bangsa Indonesia meneladan Rasulullah SAW. Bismillah.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat