Petani merontokan padi di Kampung Cikananga, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Ahad (21/11/2021). | ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

Opini

Berharap pada BRIN?

Diharapkan balada riset tanpa agenda segera berakhir dengan berdirinya BRIN.

ACENG HIDAYAT; Sekretaris Institut IPB, Dosen Departemen Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan, FEM IPB

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) resmi didirikan. Seluruh agenda riset nasional di bawah koordinasinya. Termasuk riset kementerian sektoral, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan lembaga riset milik pemerintah daerah.

Kecuali riset dosen yang masih dikoordinasikan oleh Kemendikbudristek. BRIN sudah memiliki kepala dan dewan pengarah. Tugasnya menyusun agenda riset unggulan yang dapat menjadi solusi bagi persoalan bangsa. 

Sebelumnya, ada banyak lembaga riset. Setiap kementerian sektoral punya. Kita memiliki LIPI, Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi (BPPT). Kemendikbudristek memiliki Ditjen Pendidikan Tinggi dengan direktorat yang mengkoordinasi riset dosen.

Kita bisa bayangkan, semua memiliki agenda riset. Sehingga, sumber daya keuangan dan insani tersebar. Belum lagi, lemahnya koordinasi dan nihilnya agenda riset bersama. Imbasnya, lembaga-lembaga riset itu tidak mampu menghasilkan riset unggulan.

 

 
Sependek pengetahuan saya, nyaris tak menemukan agenda riset serius bidang pangan yang dikoordinasikan perguruan tinggi (PT) pertanian.
 
 

 

Sependek pengetahuan saya, nyaris tak menemukan agenda riset serius bidang pangan yang dikoordinasikan perguruan tinggi (PT) pertanian. Umpamanya, IPB, UGM, UNPAD, USU, UNSRI, dan UNILA. Mereka memiliki fakultas pertanian dan peternakan.

Pernahkah ada agenda riset bersama mengenai rekayasa genetika atau pemuliaan sapi unggul lokal agar dapat menghasilkan turunan sekelas limosin? Tidak ada. Mereka jalan sendiri-sendiri. Bahkan, terkesan saling bersaing. Saling mengintip.

Hanya ketemu ketika para peneliti tampil pamer publikasi di ruang konferensi ilmiah baik nasional maupun internasional. Kita bisa bayangkan koordinasi riset antara PT dengan lembaga riset di bawah kementerian sektoral.

Sekalipun saat ini inovasi smart farming dan smart technology seperti green house, robotika, dan drone digunakan di berbagai PT dan lembaga riset tetapi maaf lahir batin, ilmuwan kita hanya memosisikan diri sebagai operator dan teknisi.

Agenda riset

Penulis berharap, balada riset tanpa agenda segera berakhir dengan berdirinya BRIN. Pertama, BRIN mempersatukan seluruh lembaga riset. Tinggal fokus menyusun agenda riset sesuai prioritas kebutuhan nasional.

 
Penulis berharap, balada riset tanpa agenda segera berakhir dengan berdirinya BRIN. 
 
 

Kedua, BRIN harus bisa mengkoordinasikan agenda riset dengan PT. Perlu ada koordinasi penyusunan agenda riset PT antara BRIN dengan Kemedikbudristek. Selain itu, Kemendikbudristek perlu membuat riset unggulan yang menjadi agenda bersama PT.

Ketiga, BRIN mesti memiliki agenda riset prioritas dan unggulan sesuai kebutuhan masyarakat.Dibangun di atas data yang kuat. Keempat, kehadiran BRIN akan bermanfaat bila fokus pada I (inovasi). Alih-alih pada R (Riset) saja.

Riset yang tidak mengarah pada inovasi hanya bermuara pada publikasi. Publikasi penting dalam konteks membangun peradaban ilmu. Tapi inovasi yang solutif terhadap persoalan realitas akan lebih bermakna dan bermanfaat.

Pangan dan energi

Lalu, riset inovasi apa yang mesti jadi unggulan? Sebagai orang yang secara keilmuan dilahirkan dan dibesarkan dari PT pertanian, penulis menawarkan dua prioritas unggulan. Pangan dan energi baru dan terbarukan (EBT).

Pertama, pangan merupakan kebutuhan utama dan vital. Sebelum melaju melangkah pada persoalan inovasi lain, urusan pangan harus lebih dulu tuntas. Tidak apa-apa kita belum bisa membuat sendiri pesawat terbang, kereta api, mobil, jembatan, dan lain sebagainya.

Saat ini kondisi pangan di negara kita sangat mengkhawatirkan. Apresiasi kita terhadap pangan lokal sudah rendah. Padahal, negara kita memiliki keragaman menu nusantara yang maha lengkap dengan cita rasa yang luar biasa. Kedaulatan pangan pun semakin menjauh.

 
Kehadiran BRIN diharapkan mampu mengkoordinasikan riset-riset di bidang pangan. 
 
 

Kehadiran BRIN diharapkan mampu mengkoordinasikan riset-riset di bidang pangan. Kedua, energi merupakan mesin ekonomi dan pembangunan. Semuanya sangat tergantung padanya. Ekonomi negara kita bahkan dunia, digerakkan energi.

Namun sangat disayangkan,  pembangunan dan ekonomi negara kita masih sangat tergantung pada energi berbasis fosil. Impor pula. Kita mesti rebutan dan bersaing dengan kebutuhan energi negara lain. Padahal cadangan energi dunia semakin menipis.

Di sisi lain, kita atau penulis, belum melihat agenda dan strategi nasional dalam mencari dan menemukan sumber EBT  alternatif.

Penulis berharap, BRIN dapat segera menyusun agenda riset untuk menemukan EBT berbasis biomasa. Bukan sekadar potensinya. Melainkan harus sampai pada penemuan dimana EBT tersebut akan dikembangkan, kapan, berapa banyak dan nilai keekonomiannya.

Saatnya, BRIN mengonsolidasikan pakar EBT biomasa dari berbagai PT dan lembaga penelitian dan mengerahkan kepakarannya guna menghasilkan inovasi EBT berbasis biomasa.

Tentu, mereka memerlukan dukungan politik dari DPR, presiden dan segenap komponen bangsa. Saat ini, kita berharap pada BRIN. Jangan sampai suatu ketika kita tak berharap lagi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat