Layar memampilkan logo Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Kamis (17/6/2021). Bank Indonesia memutuskan mempertahankan suku bunga acuan BI (BI 7-Day Reverse Repo Rate/BI7DRR) di level 3,5 persen. | ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Ekonomi

BI Waspadai Gangguan Rantai Pasok

BI juga terus mencermati perkembangan kebijakan tapering yang dilakukan bank sentral AS the Federal Reserve (Fed).

JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) terus mewaspadai dinamika perekonomian global, terutama terkait isu tapering dan gangguan rantai pasok. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kekhawatiran terhadap gangguan rantai pasok global berkaitan dengan penyebaran Covid-19 varian delta yang memengaruhi mobilitas.

"Dua faktor gangguan yang masih terjadi, yakni kurangnya ketersediaan pasokan dan adanya kenaikan permintaan, terutama energi dari negara maju dalam mempersiapkan musim dingin," kata Perry dalam konferensi pers hasil rapat dewan gubernur BI, Kamis (18/11).

Perry mengatakan, ketidakpastian ekonomi global belum mereda. Dia menekankan, BI juga terus mencermati perkembangan kebijakan tapering yang dilakukan bank sentral AS the Federal Reserve (Fed).

"Rencana the Fed sudah setiap pekan kita pantau terus. Ada kejelasan bahwa tapering itu bukan pengetatan likuiditas, melainkan pengurangan tambahan likuiditas di pasar AS," ujar Perry.

Menurutnya, saat ini terjadi kelonggaran likuiditas yang signifikan pada sektor keuangan AS sehingga tambahan likuiditas dari bank sentralnya akan dikurangi mulai November 2021. Perry mengatakan, BI belum melihat pengaruh yang sangat signifikan terhadap pasar keuangan Indonesia.

"Tapi, bukan berarti ketidakpastiannya mereda," katanya.

BI pun memutuskan untuk mempertahankan suku bunga BI 7-days reverse repo rate (BI7DRR) sebesar 3,5 persen. Begitu juga dengan suku bunga deposit facility tetap sebesar 2,75 persen dan suku bunga lending facility tetap sebesar 4,25 persen.

Bank Indonesia optimistis pertumbuhan kredit akan terus meningkat seiring dengan sejumlah indikator pendukung. Perry menyampaikan, penurunan suku bunga dasar kredit (SBDK) perbankan terus berlanjut diikuti penurunan suku bunga kredit baru. "Aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat yang meningkat mendorong perbaikan persepsi risiko perbankan sehingga berdampak positif bagi penurunan suku bunga kredit baru," ujarnya.

Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, menyampaikan, perkembangan rantai pasok global terus dipantau BI. Secara umum, dia menilai gangguan tersebut bersifat sementara.

"Ini karena adanya kenaikan permintaan seiring dengan Covid-19 yang mereda berkat adanya vaksinasi dan aktivitas usaha meningkat, tapi belum bisa dikejar dengan produksi," kata Destry.

Destry mengatakan, fenomena ini terjadi, khususnya di AS, sehingga memicu inflasi. Menurutnya, hal itu juga akan menjadi pelajaran bagi Indonesia yang sedang dalam masa pemulihan. Meski demikian, dia meyakini gangguan rantai pasok ini akan membaik seiring waktu untuk mencapai keseimbangan.

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo, mengatakan, kecepatan dan besaran inflasi akan memengaruhi respons kebijakan yang diambil. Karena itu, BI terus memantau perkembangan global dan potensi dampaknya pada ekonomi nasional. “Gangguan pasokan global memang jadi penyebab kenaikan harga, juga energy shortage memberikan dampak pada kenaikan harga," ujarnya.

Menurut dia, hal ini akan membaik pada pertengahan 2022. Dody mengatakan, transmisi pada ekonomi domestik diperkirakan cenderung rendah. Inflasi domestik saat ini relatif terjaga, transmisi nilai tukar pada inflasi juga relatif rendah, serta pasokan domestik masih terjaga.

Dinamika perdagangan dunia justru memberikan berkah pada kinerja ekspor Indonesia. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, peningkatan ekspor yang dicatat sepanjang Oktober 2021 didorong oleh supercycle komoditas dunia. Artinya, terjadi fluktuasi harga yang cenderung meningkat sehingga berdampak pada peningkatan nilai ekspor.

“Peningkatan kinerja ekspor produk tersebut didorong oleh komoditas supercycle yang membuat harga komoditas ekspor utama Indonesia mencapai level tinggi," kata Lutfi, Kamis (18/11).

Nilai ekspor nasional sepanjang Oktober 2021 tembus level 22,03 miliar dolar AS. Capaian tersebut merupakan nilai tertinggi sepanjang sejarah. Nilai ekspor pada Oktober lalu mengalami kenaikan 6,89 persen dibandingkan posisi September 2021 (month to month/mtm). Selain itu, nilai ekspor juga meningkat signifikan dibandingkan Oktober 2020, yakni sebesar 53,35 persen (year on year/yoy).

Sementara itu, Lutfi mengatakan, ekspor produk manufaktur Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang ekspansif pada Oktober lalu sejalan dengan pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di sejumlah daerah.

"Purchasing Manager’s Index (PMI) Indonesia menempati posisi tertinggi dengan nilai 57,2 poin dibandingan negara ASEAN lainnya,” ujar Lutfi menjelaskan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat