Tangkapan layar film Losmen Bu Broto | Youtube

Geni

Losmen Bu Broto, Kisah Keluarga Penuh Emosi

Losmen Bu Broto menampilkan konflik keluarga yang relevan dengan masa kini dengan peran wanita yang kuat.

Bu Broto (Maudy Koesnaedi), Pak Broto (Mathias Muchus), dan ketiga anaknya, Jeng Pur (Putri Marino), Sri (Maudy Ayunda), dan Tarjo (Baskara Mahendra), mengelola Losmen Bu Broto sehari-hari. Bu Broto memiliki karakter yang kuat dan mandiri karena berperan memimpin losmen dengan idealisme dan standar nilai keluarga Jawa. 

Sri dibesarkan dengan nilai-nilai keluarga Jawa, tetapi dia memiliki karakter yang dinamis, modern, serta gigih mempertahankan impiannya sebagai penyanyi. Sri menghadapi konflik dengan Bu Broto karena hubungannya dengan seorang seniman bernama Jarot.

Sebuah masalah besar menimbulkan perpecahan, sehingga memperbesar bibit konflik yang sudah lama tertanam antara Bu Broto, Jeng Pur, dan Sri. Pak Broto terhimpit di tengahnya dan Tarjo yang harus menghadapi masalahnya sendiri. Mampukah keluarga ini kembali bersatu? Ataukah, Losmen Bu Broto akan selamanya kehilangan kehangatan khasnya?

Losmen Bu Broto menampilkan konflik keluarga yang relevan dengan masa kini dengan peran wanita yang kuat dan dilema yang dihadapinya. Berbagai cerita yang disajikan cukup relevan dengan konflik keluarga masa kini yang sangat sukses mengaduk-aduk emosi penonton. Selain itu, film ini juga menampilkan berbagai lokasi wisata, busana adat, karya seni, musik, dan kuliner yang menguatkan losmen. Original soundtrack (OST) film ini merupakan hasil kolaborasi Maudy Ayunda dan Danilla Riyadi.

Produser Paragon Picture, Robert Ronny, ikut merasakan apa yang dialami oleh tokoh dalam film Losmen Bu Broto. “Saya benar-benar terenyuh. Melihat Jeng Pur terenyuh saya ikut terenyuh. Mudah-mudahan penonton di bioskop juga bisa merasakannya,” kata dia.

Pemeran Pak Broto, Mathias Muchus, sangat terharu menonton keseluruhan film Losmen Bu Broto. Dia memiliki keterikatan emosi dengan kisah tersebut saat tayang dalam bentuk serial di stasiun televisi TVRI

Film Losmen Bu Broto merupakan impiannya sejak lama. Dia senang ketika keinginannya disambut para produser film. “Obsesi saya ternyata didengarkan oleh Tuhan, bahwa akhirnya detik ini sampai juga,” kata Mathias. 

Ada kegelisahan tertentu yang ingin dia sampaikan lewat euforia keluarga tahun 1980-an untuk anak-anak milenial bahwa keluarga adalah nomor satu. Baginya, keluarga adalah landasan untuk menata kehidupan yang beragam. “Kalau keluarga itu enggak punya ikatan emosional di dalamnya, maka keluarga akan berantakan,” ujarnya.

Menurut dia, film yang mulai tayang di bioskop pada 18 November ini mampu memberikan jawaban itu. Dia beranggapan, perjuangan Bu Broto membuat landasan kekuatan di dalam keluarga, supaya anak-anaknya bisa mandiri dan berdiri di atas pilihannya. Film ini tidak mencoba menggurui keluarga-keluarga lain. Namun, dia bisa merasakan keutuhan keluarga bisa menjadi fundamental kehidupan.

Aktris Maudy Koesnaedi merasa pengalaman yang ingin disampaikan produser dan sutradara bisa terekam dengan baik dalam film itu. Saat pertama kali menonton filmnya secara lengkap, orang yang pertama kali Maudy tanya adalah Mathias Muchus. “Pak gimana, happy?' Karena salah satu sumber energi saya dan menjadi Bu Broto, salah satunya ingin mewujudkan impiannya Bapak,” ujar Maudy.

Dandanan karakter Bu Broto sangat memengaruhinya dalam membangun karakter. Dia sudah memasang konde sejak pukul 05.00 WIB dan memakai stagen pukul 07.00 WIB sampai selesai syuting tengah malam.

Dia sama sekali tidak merasa terbebani dengan itu. Menurut Maudy, Bu Broto adalah “wajah” dari losmen, yang selalu siap 24 jam, bahkan dalam keadaan syok mendengar berita anaknya. Menurut dia, kesan Bu Broto akan sangat berbeda jika memakai busana modern.

“Jadi, saya merasa senang sekali memakai kebaya, kain, dan konde, itu dengan senang hati dan tulus ikhlas,” kata Maudy. 

Putri Marino ikut menangis ketika menyaksikan film. “Bagus, indah, dan hangat sekali. Tadi nangis waktu nonton-nya, berkali-kali dari awal sampai akhir,” kata Putri.

Maudy Ayunda tak bisa berkata-kata setelah menonton filmnya itu. Meskipun dia bermain sebagai Sri yang menjadi sentral konflik, dia tetap terbawa emosi oleh adegan-adegan dan momen-momen yang sangat menyentuh di film itu. “Saya menangis berkali-kali, juga setelah saya nonton,” kata Maudy.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat