Ritual penyembahan setan. Setan merupakan sifat yang bisa dimiliki manusia dan jin. | Facebook

Kabar Utama

Para Pemuja Setan

Setan merupakan sifat yang bisa dimiliki manusia dan jin.

 

OLEH A SYALABY ICHSAN

Para pemuja setan sudah bukan lagi komunitas yang kita hanya bisa saksikan lewat novel dan film. Di beberapa negara Barat, mereka unjuk gigi dengan bergabung di dalam kuil setan.

Komunitas ini bahkan sudah mendapat pengakuan. Salah satu rumah sakit di Queensland, Australia, bahkan memasang lambang pentagram —yang menjadi lambang komunitas pemuja setan— bersanding dengan lambang-lambang agama lainnya seperti salib Kristen, bulan sabit Islam, dan bintang daud Yahudi. Dengan bangga, mereka bahkan ‘berdakwah’ kepada masyarakat setempat untuk ikut menyembah setan.

Lantas, makhluk seperti apa sebenarnya setan itu? Uswatun Hasanah dalam Mengungkap Rahasia Setan dalam Alquran menjelaskan, kata syaithan dengan berbagai bentuknya baik jamak atau tunggal dalam Alquran disebut sebanyak 87 kali dalam 36 surat.

Para ulama berselisih pendapat mengenai makna kata syaithan secara etimologis. Pertama, kata itu berasal dari kata syathana yang berarti jauh karena sifatnya yang jauh dari kebenaran. Kedua, kata itu berasal dari akar kata Syatha-Yasyitha yang berarti binasa dan terbakar.

Meski demikian, pada dasarnya semua makna setan yang terkandung dalam Alquran kembali kepada karakter atau sifat yang melekat pada diri jin dan manusia, yakni karakter buruk dan jahat. Secara singkat, setan memiliki beberapa makna dalam Alquran.

Pertama, setan berarti Taghut. Artinya, segala sesuatu yang memalingkan dan menghalangi seseorang dari pengabdiannya kepada Allah dan rasul-Nya.

 
Secara singkat, setan memiliki beberapa makna dalam Alquran.
 
 

Dalam QS an-Nisa ayat 76 disebutkan: “Orang-orang yang beriman, mereka berperang di jalan Allah dan orang-orang yang kafir berperang di jalan Taghut. Maka perangilah kawan setan itu karena sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.”

Konteks ayat ini adalah ketika orang munafik menyelinap ke dalam pengikut Nabi. Mereka membuat kerusakan di dalam tatanan kehidupan masyarakat. Meski demikian, mereka mengaku sebagai orang beriman.

Saat mereka kembali kepada pemimpin kafir, mereka mengaku sependirian dengan orang kafir itu. Ucapan ‘Kami beriman’ hanyalah mengolok-olok orang-orang beriman.

Kedua, setan berarti para pemimpin kejahatan atau kekafiran. Alquran menyebutkan setan sebagai predikat orang yang menjadi tokoh jahat. Begitupula mereka yang mengikutnya.

“Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, 'Kami telah beriman.' Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, 'Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok'.”

Ketiga, setan berarti setiap makhluk yang mempunyai karakter buruk. Dia menyebabkan, manusia jauh dari kebenaran dan ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya. Manusia pun menjadi jahat, durhaka, dan kufur sehingga jatuh dalam kesesatan. Inilah setan yang disebut ada dalam sifat jin dan manusia. (QS an-Nas: 6).

 
Jika setan merupakan sifat yang bisa dimiliki manusia dan jin, Iblis adalah nama sesosok makhluk.
 
 

Jika setan merupakan sifat yang bisa dimiliki manusia dan jin, iblis adalah nama sesosok makhluk. Namanya diambil dari kata balasa yang bermakna putus asa. Ada juga yang mengatakan, iblis memiliki nama lain Azazil, yakni hancur dan bersedih.

Ibnu Abbas dalam Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan jika iblis sebelum maksiat kepada Allah merupakan malaikat. “Sesungguhnya sebelum iblis maksiat kepada Allah, ia termasuk bilangan malaikat yang bernama Azazil. Dia termasuk penduduk bumi dan merupakan malaikat yang paling bersungguh-sungguh dan paling banyak ilmunya. Oleh karena itu ia punya kecenderungan untuk takabbur (menyombongkan diri). Dia pun termasuk makhluk hidup yang disebut dengan jin.”

Iblis juga disebut sebagai makhluk sombong yang enggan sujud kepada Nabi Adam AS karena merasa unggul atas makhluk dari tanah itu. Dia enggan sujud kepada Adam dan jadilah dia sebagai makhluk yang kafir.

Allah SWT pun mengutuk Iblis hingga hari pembalasan. Meski demikian, Iblis meminta penangguhan kepada Allah SWT hingga hari kiamat kecuali orang-orang yang mukhlis. Dia berjanji akan menyesatkan manusia hingga hari pembalasan tiba. 

Allah berfirman, “Maka yang benar (adalah sumpah-Ku) dan hanya kebenaran itulah yang Ku-katakan. Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka jahanam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka semuanya.” (QS Shad: 84-85).

 
Penyembahan terhadap setan yang disimbolkan sebagai Baphomet bisa dimaknai sebagai penyembahan terhadap sifat yang sesat.
 
 

Bagaimana dengan jin? Makhluk gaib ini diciptakan sebelum manusia. Mereka merdeka untuk memilih jalan apakah hendak menjadi mukmin atau kafir. Karena itu, para ulama berpendapat jika jin juga akan mendapatkan balasan sebagaimana manusia atas pilihannya tersebut.

“Dan sesungguhnya di antara kami ada (jin-jin) yang taat dan ada (pula) yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi neraka Jahannam.” (QS. al-Jin: 13–15).

Dari paparan di atas, tampak jelas perbedaan tiga makhluk gaib yang Allah ciptakan, yakni setan, jin dan iblis. Jika setan merupakan sifat, maka jin adalah semacam kabilah dan iblis sesosok makhluk yang sesat.

Karena itu, penyembahan terhadap setan yang disimbolkan sebagai Baphomet —patung kambing yang diambil dari ritual Ksatria Templar— bisa dimaknai sebagai penyembahan terhadap sifat yang sesat. Semoga kita berlindung darinya.

Wallahu a’lam.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat