Kader PKK mengukur tinggi badan anak di Posyandu Angger 2, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Senin (25/10/2021). Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui kader PKK melakukan pendeteksian dini dan memberikan nutrisi untuk mengejar target Jabar Zero New Stunting | ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha

Nasional

Asah Asih Asuh Anak untuk Indonesia Emas

Masalah pada SDM Indonesia ini menjadi perhatian BKKBN untuk menyongsong bonus demografi.

JAKARTA -- Penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas kian penting dilakukan dalam menyongsong bonus demografi demi Indonesia Emas tahun 2045. Hal utama yang terus menjadi sorotan, yakni masih besarnya jumlah stunting di Indonesia.

"Selain stunting itu karena suboptimal nutritional, suboptimal health, artinya dia kurang mendapatkan asupan dan kecukupan perlindungan kesehatan, ingat ada satu faktor lagi yang menentukan, yaitu asuhan yang tidak optimal," kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo pada webinar bertajuk "Cegah Stunting dengan Pola 3A (Asah Asih ASuh)", Rabu (10/11.

BKKBN mencatat, saat ini angka kasus stunting di Indonesia saat ini sebesar 27,6 persen dari semua populasi penduduk Indonesia. Hasto mengatakan, kunci mencegah stunting, di antaranya jangan sampai penduduk usia remaja putus sekolah, menikah pada usia muda, dan hamil berulang kali dengan interval kehamilan yang begitu dekat. 

Jarak kehamilan dekat akan berdampak kepada anak seperti kekurangan asupan gizi dari ASI. BKKBN telah menetapkan interval kehamilan yang baik, yakni 30 bulan dari kelahiran sebelumnya. 

photo
Petugas kesehatan mengukur lingkaran pergelangan tangan balita saat pelaksanaan Pos Pelayanan Keluarga Berencana Kesehatan Terpadu (Posyandu) di Desa Toabo, Kecamatan Papalang, Mamuju, Sulawesi Barat, Rabu (3/11/2021). Kegiatan posyandu tersebut dilakukan untuk menghindari kasus stunting pada anak dengan memberikan vitamin A dan suntikan imunisasi. - (ANTARA FOTO/Akbar Tado/hp.)

Di sisi lain, Hasto menyampaikan, stunting terkait dengan kasus mental emotional disorder yang dialami oleh remaja. "Menurut saya angkanya cukup banyak ini, 9,8 persen. Di setiap 100 remaja ada sembilan remaja yang mental emotional disorder, kadang depresi, kadang tidak punya semangat, tidak ada antusias, maupun terlalu gembira tidak bisa diatur," kata dia. 

Hasto menambahkan, penanganan stunting juga akan turut menurunkan mental emotional disorder dan autism. “Faktor-faktor penyebab stunting juga sebagian menjadi penyebab mental emotional disorder," kata dia.

Masalah pada SDM Indonesia ini menjadi perhatian BKKBN untuk menyongsong bonus demografi. Hasto mengatakan, jangan sampai, bonus demografi yang seharusnya memberikan manfaat bangsa ini akan berubah menjadi musibah. 

Dia melihat, peluang Indonesia untuk mendapatkan bonus demografi terjadi pada 2035. "Setelah tahun 2035 itu kemudian aging population, maka sebetulnya peluang itu tidak lama. Bahkan kita tengarai agak maju," dia.

photo
Kader PKK mengukur berat badan balita di Posyandu Angger 2, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Senin (25/10/2021). Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui kader PKK melakukan pendeteksian dini dan memberikan nutrisi untuk mengejar target Jabar Zero New Stunting pada tahun 2023. - (ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha)

Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia Amirsyah Tambunan menyampaikan pentingnya membudayakan pola pengasuhan anak yang lemah lebut dan penuh kasih sayang agar anak berkembang dengan baik.

"Asah, asih, dan asuh. Ini yang saya kira perlu kita jadikan budaya dalam mendidik anak. Tanpa harus dipukul anak sudah sadar untuk sholat misalnya ya, untuk membaca, belajar, dan seterusnya," kata Amirsyah.

photo
Acara Online Talkshow bertemakan Cegah Stunting dengan Pola 3A (Asah Asih Asuh) dengan pembicara Kepala BKKB Hasto Wardoyo, Sekjen MUI Ustaz Amirsyah Tambunan, dan dr Yeni Purnamasari dari Dompet Dhuafa, Rabu (10/11). - (Republika)

General Manager Kesehatan Dompet Dhuafa Yeni Purnamasari menyatakan sepakat stunting disebabkan oleh mult faktor, di antaranya kemiskinan. “Kemudian adanya (persoalan) ketahanan pangan dan gizi, dan ini sangat-sangat terpengaruh pada masa pandemi Covid-19, di mana masyarakat menurun sekali daya ketahanan pangannya, termasuk juga input terkait gizi dan juga pendidikan," kata dia.

Yeni mengatakan, Dompet Dhuafa melakukan kegiatan penanganan dan pencegahan stunting hampir di seluruh siklusnya. Tapi, fokus utama yang pihaknya tangani ialah 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak atau sekitar dua tahun. Menurut dia, 1.000 hari pertama kehidupan adalah momentum yang amat penting dalam upaya pencegahan stunting

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat