Ustaz Dr Amir Faishol Fath | Republika

Khazanah

Ambil Islam Secara Utuh

Kalau berbicara Islam, otomatis di dalamnya ada pengamalan Alquran dan sunah Nabi Muhammad SAW.

 

DIASUH OLEH USTAZ DR AMIR FAISHOL FATH; Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional, CEO Fath Institute

Kalau berbicara tentang Islam, otomatis di dalamnya ada pembahasan tentang atau pengamalan Alquran dan sunah Nabi Muhammad SAW.

Tidak bisa kita menyebutkan ajaran Islam hanya berdasarkan pada Alquran. Sebab, terdapat banyak hal di dalam Kitabullah yang disinggung secara global. Adapun penjabarannya secara mendetail dijelaskan dalam hadis.

Allah SWT berfirman dalam surah an-Nahl ayat 64, “Wa maaa anzalnaa ‘alaikal Kitaaba illaa litubayyina lahum.” Artinya, “Dan Kami tidak menurunkan Kitab ini (Alquran) kepadamu (Muhammad), melainkan agar engkau dapat menjelaskan (kandungannya) kepada mereka.”

Di tempat lain, Allah juga menegaskan bahwa sabda Rasulullah SAW merupakan wahyu. Dengan demikian, segala ucapan, perbuatan, dan peneguhan Nabi SAW yang bersangkut paut dengan syariat berasal dari-Nya. “Wa maa yanthiqu ‘anilhawaaa, in huwa illaa wahyuy yuuhaa.” (QS an-Najm: 3-4). Artinya, “Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Alquran) menurut keinginannya. Tidak lain (Alquran itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”

Ambil ibadah haji sebagai contoh. Dalam Alquran, Anda hanya akan mendapatkan perintah terkait haji secara global. Umpamanya, “Wa atimmul hajja wal ‘umrata lillaah (Sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah).” (QS al-Baqarah: 196).

Adapun mengenai tata cara ibadah tersebut, Anda harus mengikuti tuntunan hadis. Rasulullah SAW bersabda, “Khuzuu ‘anni manaasikakum (Ambillah dariku bagaimana tata cara manasik haji).”

Dalam konteks ini, tidak benar jika Anda mengatakan bahwa ibadah haji, menurut penjelasan dalam Alquran, tidak harus dilaksanakan di Makkah atau tidak harus dalam bulan Dzulhijah. Kelirulah pandangan demikian walaupun dengan dalih, Alquran tidak menjelaskan tentang tempat dan waktu pelaksanaan haji.

Contoh lainnya, yakni shalat. Di dalam Alquran, hanya ada perintah menegakkan shalat secara global. Sebut saja, surah al-Baqarah ayat 43. Untuk melakukan ibadah itu, haruslah merujuk pada hadis. Rasul SAW bersabda, “Shalluu kamaa raitumuuni ushalli (Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat).”

Maksudnya, tegakkanlah shalat sesuai dengan yang telah beliau contohkan, baik dari segi tata cara maupun waktunya. Maka, tidak bisa dibenarkan bila Anda ingin meninggalkan shalat lima waktu dengan alasan, itu tak terdapat dalam Alquran.

Salah satu penyebab kesalahpahaman belakangan ini ialah munculnya cara pandang yang parsial terhadap Islam. Yaitu, syariat hanya diambil sebagian tertentu, dengan meninggalkan bagian yang lain. Dengan begitu, seorang Muslim merasa boleh jadi melaksanakan shalat, tetapi tidak mau membayar zakat. Ia berpuasa Ramadhan, tetapi enggan shalat.

Itu dalam konteks ritual. Ada pula dalam ranah pemikiran, seperti kalangan yang menolak hadis karena berpandangan, cukuplah Alquran sebagai tuntunan. Kilahnya, “Hadis bisa saja salah, bisa saja benar.”

Sebenarnya, perangai demikian sudah disinggung dalam firman-Nya. Allah telah menegur umat-umat terdahulu yang serba-sebagian dalam berupaya memahami agama-Nya. “Afatu`minuuna bi ba’dhil kitaabi watakfuruuna biba’dhin (Apakah kamu beriman kepada sebagian Kitab [Taurat] dan ingkar kepada sebagian [yang lain]?)”

Dalam surah al-Baqarah ayat 85 tersebut, Allah juga menjanjikan kenistaan bagi mereka yang seperti itu. Tidak hanya merugi di dunia, tetapi juga akhirat kelak.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat