Seorang pengemudi mengisi daya mobil listrik dengan memanfaatkan aplikasi PLN Charge.IN di di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) PLN di Kantor PLN Disjaya, Gambir, Jakarta, Jumat (29/1). PLN meluncurkan aplikasi charge.IN yang memudahkan par | Prayogi/Republika.

Ekonomi

PLN Gandeng ADB Tekan Emisi Karbon

Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara yang menjadi mitra ADB dalam pilot project ETM.

JAKARTA — PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) berkomitmen mengurangi emisi karbon yang dihasilkan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara guna mendukung target pemerintah menuju Carbon Neutral 2060. Upaya ini mendapat dukungan finansial dari lembaga keuangan internasional, yaitu Asian Development Bank (ADB).

Lingkup kerja sama PLN dan ADB meliputi studi kelayakan penuh yang mencakup aspek teknis dan finansial dari pengurangan pembangkit listrik tenaga batu bara. Berikutnya evaluasi struktur energy transition mechanism (ETM), mencari program atau mekanisme lain yang sesuai dan merancang program bantuan teknis transisi yang adil.

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) I Pahala Mansury menilai, PLN sebagai salah satu BUMN yang sangat aktif dalam program dekarbonisasi. Sudah banyak langkah agresif yang dilakukan PLN dalam mencapai net zero emission. Kerja sama dengan ADB, kata Pahala, menjadi amunisi tambahan PLN untuk bisa mempercepat target tersebut.

"Kami sangat optimistis target dekarbonisasi bisa tercapai dengan adanya kerja sama yang baik antara PLN dan ADB. Ini merupakan langkah yang agresif dalam PLN mencapai net zero emission,” kata Pahala dalam sambutan nota kesepahaman ADB-PLN, seperti dikutip Republika, Selasa (2/11).

Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan, Indonesia memiliki peran penting dalam mengelola perubahan iklim. Hal ini mengingat, dalam skenario business as usual (BAU) atau tidak melakukan apa-apa, emisi Indonesia akan meningkat di atas empat miliar ton CO2 per tahun pada 2060 dengan dua sektor penyumbang emisi terbesar pada sektor transportasi dan kelistrikan.

"Pada 2060, emisi sektor listrik bisa mencapai 0,92 miliar ton CO2 per tahun dan emisi sektor transportasi bisa mencapai 0,86 miliar ton CO2 per tahun," ujar Zulkifli.

Indonesia telah berkomitmen dalam menekan emisi karbon dengan menetapkan target netralitas karbon pada 2060 dan mewujudkan komitmen Nationally Determined Contribution (NDC) pada 2030. Target tersebut akan tercapai jika sektor kelistrikan dan transportasi melakukan dekarbonisasi. PLN pun memiliki peran penting dalam menggerakkan pertumbuhan energi ramah lingkungan.

Zulkifli mengatakan, pada saat yang sama PLN harus memastikan pasokan listrik yang terjangkau dan aman. Indonesia, lanjut Zulkifli, adalah negara dengan pertumbuhan ekonomi dan konsumsi listrik per orang saat ini hanya 15 persen dari rata-rata negara G-20.

Sebagai perusahaan utilitas energi terbesar di Indonesia, lanjut Zulkifli, PLN bercita-cita memimpin transisi energi dan berkontribusi pada komitmen pemerintah untuk pembangunan rendah karbon dan menahan perubahan iklim.

PLN telah membuat rencana pengembangan energi ramah lingkungan dengan menambah kapasitas pasokan listrik hampir 21 gigawatt (GW) berasal dari energi baru terbarukan (EBT) pada 2030. Sejalan dengan rencana tersebut, lanjut Zulkifli, PLN akan menghentikan pembangkit listrik berbasis bahan bakar fosil dengan perencanaan yang matang dan komprehensif.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by PLN (pln_id)

Menurut Zulkifli, untuk mencapai target tersebut, PLN tidak bisa melakukannya sendirian. Dibutuhkan dukungan dari semua pemangku kepentingan. Sebab, PLN harus menginvestasikan lebih dari 500 miliar dolar AS selama 40 tahun ke depan sehingga membutuhkan akses ke pembiayaan hijau, hibah pembangunan, dan dukungan G2G.

"Kami membutuhkan subsidi atau kompensasi untuk menghindari membebankan biaya tambahan kepada pelanggan. Kami juga membutuhkan dukungan dalam berbagi teknologi dan kemitraan dengan para pemimpin dalam pemanfaatan hidrogen dan penangkapan karbon," kata Zulkifli.

Vice President ADB Ahmed Saeed mengatakan, pihaknya sudah bekerja sama dengan Indonesia lebih dari 50 tahun. Kerja sama dengan PLN kali ini, kata dia, merupakan kesempatan baik untuk bisa bersama sama mencapai transisi energi menuju energi bersih.

"Kesempatan ini sangat baik bagi kami dan PLN dalam mendukung Indonesia menuju transisi energi dari energi yang tinggi karbon menjadi energi bersih," kata Saeed.

Saeed juga mengatakan, Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara yang menjadi mitra ADB dalam pilot project ETM. Program ini merupakan program dukungan ADB dalam pengurangan karbon yang bertujuan untuk menggunakan pembiayaan publik-swasta untuk mempercepat pensiunnya pembangkit listrik tenaga batu bara dan menggantinya dengan yang bersih dan terbarukan sumber energi.

Director General Southeast Asia Department ADB Ramesh Subramaniam menambahkan, kerja sama ini akan berlaku tiga tahun dan bisa ditindaklanjuti kemudian. Ke depan, kedua belah pihak akan membahas lebih spesifik terkait rencana PLN dalam mengurangi porsi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan beralih ke energi bersih.

"Tentu, harapannya, pada COP berikutnya kami dan PLN mampu mempresentasikan kemajuan dari kerja sama ini. Harapannya, Indonesia akan lebih baik lagi dalam porsi energi bersih dan kami sangat senang bekerja sama dengan PLN dalam proyek energi bersih ini," ujar Ramesh.

Setelah penandatanganan nota kesepahaman ini, PLN dan ADB akan mengembangkan program kerja sama tahunan. Pada 2022 dan seterusnya, PLN dan ADB bakal merancang peta jalan dalam rangka menghentikan penggunaan batu bara guna mencapai netralitas karbon pada 2060 atau lebih cepat.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat