Pengungsi Afghanistan menanti bantuan makanan yang dibagikan organisasi Jerman di Kabul, Afghanistan, Kamis (27/10/2021). Kelaparan membuat nenek Samimi ingin menjual dua cucunya. | EPA-EFE/STRINGER

Kisah Mancanegara

Nenek Samimi Ingin Menjual Zenet dan Ziba

Kelaparan membuat nenek Samimi ingin menjual dua cucunya.

OLEH RIZKY JARAMAYA, FERGI NADIRA

Kelaparan membuat nenek Ruhsana Samimi (56 tahun) memilih jalan pintas. Wanita yang tinggal di Pegunungan Hindu Kush, Afghanistan, ingin menjual dua cucunya.

Seorang nenek di provinsi pegunungan Hindu Kush, Afghanistan tengah terpaksa menjual dua cucunya demi kelangsungan hidup keluarga dan perawatan putranya. Ruhsana Samimi (56 tahun), telah menghubungi tetua desanya di Dara-i-Kazim, distrik Tolak di provinsi Ghor, dan menyatakan niatnya untuk menjual dua cucunya, yaitu Zenet yang berusia enam tahun dan Ziba yang berusia empat tahun.

Samimi menjual Zenet seharga 200 ribu Afghan atau sekitar 2.200 dolar AS, dan Ziba seharga 100 ribu Afghan atau sekitar 1.100 dolar AS, untuk memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari keluarga. Samimi juga membutuhkan uang untuk membayar pengobatan putranya, Sibghatullah, yang merupakan satu-satunya tulang punggung keluarga.

Samimi menjualnya kedua cucunya sekitar dua minggu lalu. Namun tidak ada orang yang tertarik untuk membelinya.

"Kami kelaparan dan tidak menerima bantuan, bahkan dari kerabat kami. Jika seseorang membantu kami, saya tidak akan menjual cucu perempuan saya," ujar Samimi, dilansir Anadolu Agency, Senin (1/11).

photo
Pengungsi Afghanistan menanti bantuan makanan yang dibagikan organisasi Jerman di Kabul, Afghanistan, Kamis (27/10/2021).  - (EPA-EFE/STRINGER)

Samimi menyatakan, keluarganya menghadapi kemiskinan karena putranya yang menjadi tulang punggung mengalami masalah kesehatan. Alhasil, tidak ada seorang pun di keluarga yang dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Upaya Samimi menjual kedua cucunya telah mendapatkan izin dari anaknya.

Samimi mengatakan, dia kehilangan suaminya 20 tahun yang lalu karena suatu penyakit. Sejak saat itu, Samimi telah berjuang untuk membesarkan anak-anaknya. Kini, dia berjuang membesarkan cucu-cucunya sambil juga merawat putranya yang sakit.

Sejauh ini, bukan hanya Samimi yang ingin menjual kedua cucunya. Beberapa keluarga lain ingin menjual anak-anak mereka kepada kerabat. Bahkan beberapa keluarga berniat untuk menjual anak-anak mereka kepada siapa saja yang mungkin tertarik untuk membeli. 

Sejak Taliban kembali berkuasa, sejumlah negara dan lembaga keuangan internasional menghentikan aliran bantuan pendanaan. Kondisi ini semakin memperburuk kemiskinan dan kelaparan yang sebelumnya sudah dialami oleh Afghanistan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan, sekitar 22,8 juta orang atau lebih dari setengah populasi Afghanistan, akan menghadapi masalah pangan yang cukup parah.

Amerika Serikat telah membekukan dana cadangan bank sentral Afghanistan yang bernilai miliaran dolar. Selain itu, lembaga keuangan internasional juga menangguhkan akses Afghanistan untuk mendapatkan dana, meskipun bantuan kemanusiaan terus berlanjut.

Perbankan di Afghanistan kehabisan uang. Bahkan pegawai negeri di Afghaniatan belum menerima gaji, dan harga pangan melonjak.  IMF mengatakan  ekonomi Afghanistan akan berkontraksi hingga 30 persen tahun ini, dan mungkin memicu krisis pengungsi.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi mendesak Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk melanjutkan dukungan pembiayaan ke Afghanistan. Sejak Taliban kembali berkuasa, Afghanistan mengalami kekurangan anggaran untuk rekonstruksi dan pembangunan.

"Afghanistan membutuhkan kebangkitan di semua lini, dan pembangunan adalah prioritas utama,” kata Wang.

photo
Perempuan dan anak-anak menanti donasi roti di Kota Tua Kabul, Afghanistan, Kamis (16/9/2021). - (AP/Bernat Armangue)

Wang memperbarui seruan kepada Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat lainnya untuk mencabut sanksi sepihak terhadap Afghanistan. Wang juga menyerukan agar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyediakan lebih banyak vaksin dan pasokan medis untuk membantu Afghanistan memerangi Covid-19.

Cina akan mengirim bantuan kemanusiaan darurat senilai 30 juta dolar AS ke Afghanistan. Wang mengatakan, Cina selalu menyerukan komunitas internasional untuk melibatkan Taliban, dan bukan mengisolasi mereka.

"Kesan saya secara keseluruhan adalah bahwa Taliban sangat ingin melakukan dialog dan kerja sama dengan pihak luar, dan bahwa mereka serius tentang hal ini,” kata Wang. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat