Adiwarman A Karim | Daan Yahya | Republika

Analisis

Rasulullah SAW akan Tersenyum Bangga

Ibu Pertiwi akan tersenyum bangga melihat kita. Dan Rasulullah SAW akan tersenyum bangga melihat kita.

Oleh ADIWARMAN A KARIM

OLEH ADIWARMAN A KARIM

Para pemimpin dunia akan berkumpul di Glassgow membahas perubahan iklim global dalam United Nations Climate Change Conference di pekan awal bulan November. Ada kaitan yang sangat erat antara perubahan iklim, kelangkaan faktor ekonomi, dan kemiskinan.

Dengan menjaga kelestarian alam berarti menjaga ketersediaan faktor-faktor ekonomi sehingga dapat terus memberikan lapangan pekerjaan. Tingkat pengangguran berkurang dan pada saat yang sama eksploitasi sumber daya alam dilakukan dengan bertanggung jawab.

Mengejar pertumbuhan ekonomi tanpa menjaga keseimbangan alam, ibarat menyembelih ayam bertelur emas. Kajian yang dikeluarkan oleh Unicef, “The Climate Crisis Is a Child Rights Crisis” memprediksi hampir satu miliar anak, dari total 2,2 miliar populasi anak di dunia, hidup di 33 negara yang termasuk “extremely high risk”.  Indonesia termasuk ke dalam kategori “high risk” pada peringkat 46.

Rima Ananda dan Tri Widodo, peneliti Universitas Gadjah Mada, dalam riset mereka “A General Assessment of Climate Change - Loss of Agricultural Productivity in Indonesia” menemukan hubungan empiris. Semakin besar perubahan iklim, semakin besar penurunan produk domestik bruto (PDB), kekayaan, harga pasar, permintaan belanja pemerintah, dan permintaan belanja masyarakat.

Bevaola Kusumasari, peneliti Universitas Gadjah Mada, dalam risetnya “C limate Change and Agricultural Adaptation in Indonesia” menjelaskan dampak negatif perubahan iklim meningkatkan biaya produksi 50 persen, dan pada saat yang sama pendapatan petani hanya naik 25 persen.

Joy Hecht, peneliti USAID, dalam kajian kebijakannya “Indonesia: Costs of Climate Change 2050” memperkirakan dampak negatif perubahan iklim sebesar 1,4 persen PDB dengan penurunan terbesar pada sektor pertanian dan kesehatan masing-masing 53 persen dan 34 persen dari total penurunan.

 
Semakin besar perubahan iklim, semakin besar penurunan produk domestik bruto (PDB), kekayaan, harga pasar, permintaan belanja pemerintah, dan permintaan belanja masyarakat.
 
 

Kajian yang dilakukan Kementerian Luar Negeri Belanda “Climate Change Profile: Indonesia” memperkirakan 40 persen populasi Indonesia terpapar risiko berbagai bencana alam akibat perubahan iklim. Merujuk pada kajian Bank Dunia, kajian itu memperkirakan pada tahun 2100 dampak negatif perubahan iklim akan mencapai 2,5 sampai 7 persen dari PDB Indonesia.

Bagi umat Islam Indonesia, menjaga kelestarian alam sangat penting karena kebangkitan ekonomi Indonesia berarti pula kebangkitan ekonomi umat Islam terbesar di dunia. Di antara negara G-20 hanya ada tiga negara dengan populasi mayoritas Muslim, yaitu Indonesia, Turki, dan Arab Saudi. Dari ketiga negara itu, Indonesia lah yang memiliki PDB terbesar.

Dari PDB Indonesia yang besar itu, hampir separuhnya berasal dari konsumsi domestik yang berarti juga menggambarkan kekuatan ekonomi umat Islam Indonesia. Beberapa produk yang sangat populer pun mengalami guncangan ketika muncul isu “produk tidak halal, mengandung babi”. Bahkan merek vaksin tertentu ikut merasakan penolakan masyarakat.

Dalam keadaan berperang pun, kelestarian alam harus tetap terjaga. Imam Malik dalam kitab Muwattha’ menukil nasihat Abu Bakar RA kepada Yazid bin Mu’awiyah ketika berperang, “Sungguh saya berwasiat kepadamu dengan sepuluh perkara; jangan sekali-kali kamu membunuh wanita, anak-anak dan orang yang sudah tua. Jangan memotong pohon yang berbuah, jangan merobohkan bangunan, jangan menyembelih kambing ataupun unta kecuali hanya untuk dimakan, jangan membakar atau merobohkan pohon kurma. Dan janganlah berlebihan atau menjadi seorang yang penakut.”

Seringkali umat Islam diberi kesan yang tidak tepat seakan-akan ekonomi umat Islam lemah, tidak memiliki kekuatan ekonomi, seakan-akan sebagian besar umat Islam miskin, yang menguasai ekonomi adalah non-Muslim. Kesan yang dibentuk ini mulai terkikis secara cepat dengan semakin transparan dan mudahnya akses informasi melalui digitalisasi.

 
Seringkali umat Islam diberi kesan yang tidak tepat seakan-akan ekonomi umat Islam lemah, tidak memiliki kekuatan ekonomi
 
 

Seringkali pula dikesankan umat Islam hanya menjadi konsumen besar, tidak menjadi pelaku ekonomi besar di negara sendiri. Tidak jarang untuk membentuk kesan ini, diungkap sebuah hadis. “Sungguh di akhir zaman umat Islam akan diperebutkan seperti pemangsa memperebutkan makanannya. Bahkan jumlah kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian”.

Yang lebih tepat adalah ekonomi umat Islam Indonesia terdiri dari puluhan juta usaha kecil yang tangguh, bukan yang lemah. Kreativitas dan kemampuan produksi ini kesulitan mencari pasar sebelum adanya revolusi digital. Dengan adanya digitalisasi, entry barrier memasuki pasar menjadi rendah. Barang dan jasa dapat dikenal dan diakses dari seluruh dunia.

Produksi bahan pangan juga masih dikuasai oleh umat Islam dengan sawah ladang yang terbentang luas. Petani kecil pun yang tadinya kesulitan memasarkan produknya seakan menemukan harapan baru dengan kemudahan akses melalui pasar digital dan akses infrastruktur yang lebih baik.

 
Di sinilah letak relevansi menjaga kelestarian alam agar umat Islam tidak kehilangan ketahanan pangan dan kemampuan produksi lainnya.
 
 

Di sinilah letak relevansi menjaga kelestarian alam agar umat Islam tidak kehilangan ketahanan pangan dan kemampuan produksi lainnya. Eksploitasi tambang, hutan, hasil laut secara serampangan, berpikir jangka pendek untuk kepentingan sendiri, tak ubahnya perilaku penjajah di negeri sendiri. Siapa pun pemerintahnya, wajib mencegah hal itu.

Ketahanan ekonomi Indonesia terletak pada ketahanan ekonomi rakyat, dan mayoritas rakyat adalah umat Islam. Siapa pun pemerintahnya, wajib mengangkat ekonomi umat Islam yang berarti membangun kejayaan ekonomi Indonesia tanpa menimbulkan gejolak akibat kesenjangan ekonomi.

Local wisdom masyarakat menjaga hubungan harmonis antara manusia dan alam, antara kaya dan miskin melalui perilaku berbagi, gotong royong, saling membantu merupakan warisan adi luhur. Rasulullah SAW mengingatkan “Tidaklah seorang Muslim pun yang menanam satu tanaman lalu burung atau manusia atau hewan makan dari tanaman tersebut melainkan itu menjadi sedekah baginya”.

Keserakahan segelintir orang tidak akan bertahan lama, dan akan bernasib mirip dengan Qarun. Kepongahan segelintir elite akan segera menemui akhir yang menyesakkan. Sejarah dunia ribuan tahun seakan diputar berulang-ulang. History repeats itself.

 
Keserakahan segelintir orang tidak akan bertahan lama, dan akan bernasib mirip dengan Qarun.
 
 

Allah tidak mungkin memungkiri janjinya. Dunia ini diwariskan kepada orang-orang saleh yang beriman dan mengerjakan kebajikan. Pemimpin masa depan akan datang dari timur. Indonesia akan membawa kembali kejayaan Islam. Allah menjadikan mereka berkuasa di bumi, meneguhkan mereka dengan agama yang diridai. Allah mengubah keadaan mereka, dari ketakutan menjadi aman sentosa.

Let us do our homework, memantaskan diri kita untuk menjadi pemimpin dunia. Memantaskan diri kita untuk menerima amanah besar menerangi dunia dengan cahaya Islam. Dan Ibu Pertiwi akan tersenyum bangga melihat kita. Dan Rasulullah SAW akan tersenyum bangga melihat kita.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat