Perdana Menteri Italia Mario Draghi (kiri) menyapa Presiden Joko Widodo saat tiba di KTT para pemimpin G-20 di Roma, Italia, Sabtu (30/10/2021). | ANTARA FOTO/REUTERS/Guglielmo Mangiapane/rwa

Kabar Utama

Indonesia Ajak Dunia Bangkit Bersama 

Sejumlah kepala negara memberikan dukungan dan harapan atas Presidensi Indonesia di G-20.

JAKARTA -- Indonesia akan memegang Presidensi G-20 pada 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022.  Sejumlah kepala negara telah memberikan dukungannya secara langsung atas Presidensi Indonesia di G-20 saat melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Joko Widodo di sela KTT G-20, di Roma, Italia, kemarin.

Selama menjadi Presidensi G-20, Indonesia mengangkat tema “Recover Together, Recover Stronger”. Tema tersebut merefleksikan semangat agar pemulihan dari pandemi Covid-19 terjadi di semua negara. 

Semangat untuk pulih bersama juga menjadi pesan yang disampaikan Jokowi saat berpidato pada sesi KTT G-20 yang membahas isu ekonomi dan kesehatan global di La Nuvola, Roma, Italia, Sabtu (30/10). Dalam pidatonya, Presiden mengajak semua negara untuk memperkuat arsitektur kesehatan global. 

"Demi membangun dunia yang lebih tahan terhadap pandemi dan berbagai guncangan ke depan, Indonesia mengajak untuk memperkuat arsitektur kesehatan global," ujar Jokowi, dikutip dari siaran resmi Istana. 

Jokowi mengatakan, ada tiga hal yang perlu dilakukan untuk mewujudkannya. Pertama, perlunya penyusunan mekanisme penggalangan sumber daya kesehatan global. Hal tersebut mencakup dana, vaksin, obat, alat kesehatan hingga tenaga kesehatan yang siap diterjunkan setiap saat untuk membantu negara yang mengalami krisis kesehatan.

Presiden juga menyerukan semua pemimpin negara yang hadir dalam KTT untuk menyusun standar protokol kesehatan global terkait dengan aktivitas lintas negara, termasuk di antaranya protokol kesehatan perjalanan antarnegara.

Ketiga, G-20 harus menjadi bagian penting dari solusi untuk mengatasi kelangkaan dan kesenjangan vaksin, obat-obatan, dan alat-alat kesehatan esensial.  Presiden menyebut, G-20 harus mendukung diversifikasi produksi dan alih teknologi ke negara berkembang, eliminasi hambatan perdagangan bahan baku vaksin, hingga terus meningkatkan berbagi dosis dan mendukung COVAX Facility.

"Proses penataan ulang arsitektur ketahanan kesehatan global ini harus inklusif serta berpegang teguh pada prinsip solidaritas, keadilan, transparansi, dan kesetaraan," tegasnya. 

Selain ketahanan kesehatan dunia, Jokowi mendorong para pemimpin G-20 mempercepat pemulihan ekonomi global yang lebih kuat, inklusif, dan berkelanjutan. Menurutnya, G-20 perlu menjadi katalis bagi koordinasi menuju normalisasi kebijakan ekonomi, setelah dalam dua tahun ini dunia menjalankan kebijakan extraordinary di bidang fiskal, moneter, dan sektor keuangan.

"Kerja sama inovasi, teknologi digital, dan teknologi hijau serta peningkatan investasi bagi pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan, dan dukungan kemitraan global bagi pembangunan negara berkembang," ujarnya. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang turut mendampingi Presiden di KTT G-20 mengatakan, Presiden melakukan pertemuan bilateral dengan sejumlah pemimpin negara. Dalam pertemuan itu, para kepala negara menyampaikan dukungan dan harapan kepada Indonesia sebagai Presidensi G-20

Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, Indonesia dan Australia sepakat mengusulkan pembahasan mengenai ekonomi digital untuk diangkat dalam forum G-20 di Presidensi Indonesia nanti. Hal ini agar kebijakan dan regulasi di sektor digital tidak berbeda dari sektor konvensional, utamanya dari segi platform digital.

“Diharapkan bahwa bullying di media, misalnya, tentu akan diatur oleh para platform secara bertanggung jawab dan seimbang,” ujar Airlangga dikutip dari siaran resmi Istana, Ahad (31/10). 

Airlangga mengatakan, dukungan juga datang dari Presiden Prancis Emmanuel Macron saat melakukan pertemuan bilateral di Hotel Splendide Royal, Roma, Italia. Bersama Presiden Macron, Presiden Jokowi membahas rencana pembentukan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia dan Uni Eropa atau IEU-CEPA.

Jokowi meminta adanya akselerasi dalam pembentukan IEU-CEPA yang diharapkan dapat meningkatkan perekonomian Indonesia. Akselerasi ini diharapkan akan meningkatkan kinerja dagang kedua pihak. 

“Nah, tentu ini diharapkan Indonesia sebagai Presidensi G-20 mempunyai daya tawar yang tinggi dan diharapkan manfaat bagi Presidensi Indonesia di G-20 dan Presidensi di IEU ini ada manfaat untuk menyelesaikan itu,” jelas dia. 

Jokowi lalu melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Pertemuan itu membahas mengenai akselerasi rencana pembentukan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia dan Turki atau IT-CEPA.

Akselerasi tersebut diharapkan mengembalikan pasar besar minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Indonesia di Turki yang sebelumnya menurun.  “Sehingga ini tentunya untuk mengembalikan maka kita perlu untuk mengakselerasi IT-CEPA. Bapak Presiden menugaskan Menteri Perdagangan untuk menangani CEPA tersebut,” ujarnya.

KTT G-20 menghasilkan sejumlah kesepakatan, salah satunya mengenai upaya bersama untuk keluar dari krisis akibat pandemi Covid-19, baik krisis kesehatan maupun ekonomi. Para pemimpin dunia sepakat dan menyampaikan pandangan tentang pentingnya mencapai strategi global vaksinasi yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). 

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan hal ini dalam keterangannya di Hotel Splendide Royal, Roma, Italia, Sabtu (30/10), seusai mendampingi Presiden dalam KTT G-20 di La Nuvola. "Para leader juga menyampaikan pandangan perlunya melakukan vaksinasi 40 persen pada akhir 2021, sebesar 70 persen pada pertengahan 2022. Ini sebenarnya adalah global strategy yang diberikan oleh WHO yang didukung para leader dari G-20," ujar Menlu, dikutip dari siaran resmi Istana. 

Menurut Retno, para pemimpin dunia juga menyinggung kerja sama erat antara menteri keuangan dan menteri kesehatan. Selain itu, menekankan perlunya kerja sama dengan organisasi internasional, seperti WHO, Bank Dunia, IMF, dan organisasi lainnya termasuk ketersediaan dana dalam menghadapi pandemi.

Terkait pernyataan Presiden mengenai penguatan arsitektur kesehatan global, Retno mengatakan, Presiden mengusulkan beberapa langkah. Pertama, membuat mekanisme penggalangan sumber daya kesehatan global. Kedua, menyusun protokol kesehatan global untuk aktivitas lintas negara. Ketiga mengoptimalkan peran G-20 dalam upaya mengatasi kelangkaan dan kesenjangan vaksin, obat-obatan, dan alat kesehatan esensial. 

Selain penguatan ketahanan kesehatan global, Presiden juga menekankan pentingnya mempercepat pemulihan ekonomi global yang lebih kuat, lebih inklusif, dan berkelanjutan. "Saat ini, terbentuk pandangan bersama di antara para pemimpin bahwa keadaan ini belum usai dan ekonomi dunia masih belum bangkit kembali," kata Retno.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat