Program belajar dari rumah Kemendikbud. Orangtua harus mendampingi anak saat mengonsumsi film animasi. | Antara

Laporan Utama

Jangan Biarkan Anak Sendirian Konsumsi Film Animasi

Orangtua harus mendampingi anak saat mengonsumsi film animasi.

OLEH ANDRIAN SAPUTRA, IMAS DAMAYANTI

Berbagai cara dilakukan kelompok lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) untuk mempengaruhi anak dan generasi muda. Salah satunya membangun alam bawah sadar lewat tokoh-tokoh superhero di film animasi.

Menurut pakar parenting Ida S Widyawati, film animasi memang sangat efektif mempengaruhi alam bawah sadar anak. Tidak heran jika media ini digunakan kelompok LGBT untuk mengampanyekan pahamnya. Dia mencontohkan, film Iceberg yang muncul hanya sepotong tersebut sampai ke alam bawah sadar sehingga berdampak besar terhadap perilaku anak. 

“Kelompok LGBT melalui film itu membangun alam bawah sadar, keyakinan dengan cara entertain, dengan kisah yang menyentuh. Bukan secara eksplisit tapi dengan implisit dan itulah yang lebih berbahaya, lebih merasuk, dan menimbulkan efek yang tidak terlihat saat ini tapi nanti," kata Ida kepada Republika pada Rabu (27/10). 

Ida menjelaskan, film ini menjadi bagian dari agenda besar kelompok LGBT internasional guna memperbanyak jumlah pelaku LGBT dan menghilangkan stigma sebagai pelaku penyimpangan seksual. Karenanya kelompok LGBT akan gencar untuk melakukan propaganda dengan menyasar anak.

Menurut dia, orang tua tidak boleh melakukan pembiaran ketika mendapati anak menonton tayangan yang menampilkan konten LGBT. Dia menegaskan, edukasi dan pendampingan orang tua kepada anak sangat penting untuk membentengi agar tidak terpengaruh kelompok LGBT. 

Psikolog Anak Sani Budianti Hermawan menilai konten karakter superhero dengan orientasi seksual menyimpang  dapat mempengaruhi anak. Untuk itu dia mengimbau kepada orang tua agar terus mendampingi anaknya dalam mengakses konten hiburan.

"Tentunya ketika anak menonton, maka mereka juga akan menyerap nilai-nilai yang disajikan. Entah itu pakaian atau cara bicara, seperti misalnya hal-hal yang seperti itu (superhero biseksual) nantinya dikhawatirkan dianggap wajar oleh anak," kata Sani.

photo
Cover Dialog Jumat edisi 29 Oktober 2021. Melawan Propaganda dengan Karya. Film animasi memang sangat efektif mempengaruhi alam bawah sadar anak. - (Dialog Jumat/Republika )

Menurut dia, pendampingan dibutuhkan sebab anak merupakan golongan usia yang masih belum dapat menyaring mana yang benar dan mana yang salah. Dengan pendampingan dari orang tua, anak diharapkan bisa mendapat pengarahan mana yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut. 

Dia menekankan, apabila orang tua menyadari dan merasakan bahwa sebuah konten tidak layak untuk ditonton atau dikonsumsi oleh anak, maka orang tua diimbau untum memberikan penjelasan dan alasan mengenai hal itu. Anak pun memiliki pegangan konkret dan tidak mudah terpengaruh dengan informasi-informasi eksternal yang bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Salimah, Etty Praktiknyowati, juga merasa resah dengan gencarnya propaganda kelompok LGBT seperti melalui tokoh-tokoh superhero. Film mereka seolah membawa pesan panutan gaya hidup bagi penonton khususnya anak-anak.

photo
Film Nussa yang masa produksinya memakan waktu hingga tiga tahun ini kaya akan nilai-nilai keluarga - (Eric Iskandarsjah/Republika)

Karena itu, Etty berharap ada pencegahan agar komik-komik maupun tayangan film yang memuat konten LGBT segera dicegah agar tidak menyebar di Indonesia. "Ini adalah sebuah gerakan yang merusak moral yang sudah muncul dengan berbagai aktivitas dan didukung oleh tokoh, donasi, undang-undang serta kekuasaan,” kata dia.

Etty mengatakan, proses perlindungan dan pembinaan kepada anak-anak secara intensif harus tetap dilakukan melalui institusi keluarga, sekolah, masyarakat dan negara sebagai bentuk tanggung jawab bersama. Pemerintah dan DPR melalui regulasi yang mengatur kehidupan bermasyarakat harus bisa meredam gerakan LGBT melalui perundang-undangan yang berlaku.

Selain itu, para ulama, tokoh masyarakat, akademisi, para pelaku usaha, khususnya dalam dunia penyiaran dan media sosial untuk mengupayakan secara bersama-sama menghadirkan bentuk sajian dan informasi yang mendidik dengan lebih menarik, intens dan masif. Semua upaya itu harus  menjadi gerakan nasional yang didukung oleh para stakeholder.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (republikaonline)

Ketua Komisi Perempuan Remaja dan Keluarga (KPRK) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ustazah Siti Ma'rifah mengatakan, upaya untuk membentengi anak dan remaja dari pengaruh kelompok LGBT terus dilakukan KPRK MUI bekerja sama dengan kementerian dan lembaga terkait, lembaga pendidikan, organisasi keagamaan, organisasi kepemudaan, dan orang tua.

Caranya, yakni dengan mengedukasi dan memberikan literasi tentang bahayanya perilaku penyimpangan seksual yang bertentangan dengan nilai-nilai agama dan bangsa. 

Siti Ma'rifah pun berharap agar peran dan fungsi lembaga sensor lebih diperkuat untuk melakukan pencegahan konten-konten LGBT. Ia mendorong media televisi maupun media lainnya memperbanyak tayangan-tayangan yang dapat memperkuat karakter dan identitas gender anak dan remaja dengan berbasis nilai agama dan keindonesiaan.

"Saya rasa juga kita harus mendorong terkait penegakan hukumnya karena hal tersebut sudah ada regulasi atau undang-undangnya baik UU pornografi, porno aksi,kekerasan seksual, perlindungan anak maupun ITE," kata dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat