Petugas memeriksa bilik perawatan yang kosong di Shelter Isolasi Mandiri Gose, Bantul, Yogyakarta, Senin (20/9/2021). Hampir dua pekan shelter isolasi mandiri penyintas Covid-19 kosong. Hal ini seiring dengan turunnya kasus positif Covid-19 di Yogyakarta. | Wihdan Hidayat / Republika

Nasional

Pasien Long Covid Minta Pengobatan Ditanggung

Penyintas Covid-19 yang mengalami sindrom long Covid terpaksa merogoh kocek sendiri untuk biaya pengobatan.

JAKARTA – Para penyintas Covid-19 yang mengalami sindrom long Covid selama ini terpaksa merogoh kocek sendiri untuk biaya pengobatan. Mereka berharap negara atau Jaminan Kesehatan nasional (JKN) bisa menanggung pengobatan karena biaya yang harus dikeluarkan tidak sedikit.

Gejala long Covid-19 dialami Ichda Marliyana (27 tahun). Ichda menderita sinus hingga sekarang, usai kena Covid-19 pada rentang waktu yang cukup lama yakni November 2020 sampai Januari 2021.

“Kalau sampai saat ini yang masih sering terasa kambuh sinusnya. Saya kena sinus sejak terkena Covid-19, sebelumnya tidak ada sinus,” kata dia kepada Republika, Kamis (21/10).

Setelah sembuh dari Covid-19, Ichda harus menjalani pengobatan sinus hingga Februari 2021. Dokternya mengatakan, sinus yang diderita Ichda merupakan gejala awal Covid-19 dan termasuk gejala long Covid-19 karena terus kambuh meskipun sudah dinyatakan negatif.

Ichda harus bekerja di kantor empat hari dan bekerja dari rumah sehari setiap pekannya. Sementara, ketika bekerja di kantor dia harus memakai masker yang cukup membuat sesak dan memicu sinus, apalagi ditambah dengan udara kotor dan kondisi berdebu di ruangan yang tertutup.

Biaya pengobatan sinus Ichda di rumah sakit itu pun ditanggungnya sendiri. Pengobatan sinus berhenti pada Februari karena suami Ichda yang seorang dokter spesialis penyakit dalam turut membantu perawatannya.

Kendati demikian, dia tetap berharap pengobatan long Covid-19 ini bisa ditanggung BPJS Kesehatan. Sehingga, meskipun sulit untuk sembuh, tetapi ketika sinusnya kambuh, dia bisa berobat tanpa dikenakan biaya tinggi.

“Karena kan siapa juga yang mau sakit berkepanjangan, ini kan bukan karena keinginan diri sendiri tapi lebih ke after effect Covid-nya. Jadinya seharusnya sih itu masuk ke dalam tanggungan BPJS juga ya,” tutur Ichda.

Harapan yang sama juga dikatakan Della Yuliani (26). Dia mulai merasakan sesak napas pada hari kedelapan usai dinyatakan positif Covid-19 pada awal Juli 2021 lalu. Namun, sesak nafas ini tak sembuh sepenuhnya dan justru sering kambuh hingga kini. “Kemarin hampir tiap hari bengek. Kayak asma gitu,” ujar Della.

Setelah dinyatakan negatif Covid-19 tetapi masih merasakan sesak nafas, Della lantas berobat ke dokter. Menurut dokter, sesak nafas yang dideritanya bisa jadi akibat terinfeksi virus korona dan perlu pengobatan atau terapi layaknya asma.

photo
Pintu depan yang tertutup di Shelter Isolasi Mandiri Gose, Bantul, Yogyakarta, Senin (20/9/2021). Hampir dua pekan shelter isolasi mandiri penyintas Covid-19 kosong. Hal ini seiring dengan turunnya kasus positif Covid-19 di Yogyakarta. Namun, saat ini shelter tetap bersiaga menerima warga yang isolasi Covid-19 jika terjadi lonjakan. - (Wihdan Hidayat / Republika)

Namun, Della terlebih dahulu memilih mencegah sesak nafas kambuh dengan merawat diri, seperti mengurangi makanan pedas maupun minuman es kekinian. Sebisa mungkin tidak kena udara dingin yang berlebihan dan debu.

Sebab, kata dia, biaya berobat tidak sedikit. Apalagi, pada saat dirinya berobat setelah sembuh dari Covid-19, fasilitas asuransi kesehatan dari kantor tempatnya bekerja sudah mencapai plafon sehingga dia harus merogoh koceknya sendiri. Dia pun tak memanfaatkan BPJS kesehatan. Sebab, ketika itu dia mengaku dalam kondisi mendesak sehingga berobat dengan biaya pribadi.

Pemerintah kini sedang mencari skema agar perawatan pasien yang mengalami long Covid-19 ditanggung negara. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kini masih menggodok skema pembiayaan bagi penyintas dengan sindrom long Covid-19 agar bisa ditanggung BPJS Kesehatan.

Hingga saat ini, perawatan bagi penyintas yang mengalami long Covid-19 belum dijamin oleh BPJS. Padahal, long Covid-19 yang sering dialami penyintas sudah masuk dalam buku pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat