Ilustrasi Hikmah Hari ini | Republika

Hikmah

Pandai Menjaga Tutur

Janganlah memperbanyak tutur selain berzikir kepada Allah .

Oleh HADI SUSIONO PANDUK

 

OLEH HADI SUSIONO PANDUK

Allah Jalla wa ‘Azza telah menganugerahi lima pancaindra dengan fungsi agar manusia menjadi ciptaan yang sempurna. Lisan!

Indra pengecap yang juga perantara bertutur ini sangat esensial. Tanpa lisan, manusia tidak akan dapat mengartikulasikan bunyi. Pendek kata, atas bantuan lisan, gumaman dan sengauan akan menjadi kalimat yang dapat dipahami dan bermakna sempurna.

Seorang Muslim harus menjadi pioner dalam menebarkan dan menyebarkan kebaikan dengan tidak berkata bohong atau malah menikmati kebohongan melalui lisannya. Allah SWT dalam Alquran berfirman, “Dan dihalalkan bagi kamu semua hewan ternak, kecuali yang diterangkan kepadamu (keharamannya), maka jauhilah (penyembahan) berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah juga perkataan dusta." (QS al-Hajj: 30).

Dalam keseharian, sering kali lisan kita enteng dan tidak sadar mengucapkan kebohongan atau menyebarkan berita bohong dan sejenisnya. Nabi Muhammad SAW mewanti-wanti dalam hadis yang disitir Imam Muslim. Beliau bersabda bahwa barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, baginya bertutur dengan baik atau diam (Sahih Muslim, hadis: 47).

Hadis ini menunjukkan bahwa dampak perkataan sangat tajam melebihi tajamnya pedang samurai, bahkan pedang Damaskus. Pada era nirsekat dengan kemajuan teknologi 4.0, ketajaman kata dapat berupa tulisan atau status di media sosial dengan mudah menjadi viral.

Jika tidak hati-hati, ‘perkataan’ tersebut dapat menyakiti hati orang lain, bahkan dapat merobek anyaman persatuan dan kesatuan suatu bangsa.

Islam memandu para pemeluknya untuk, pertama, saling menjaga dan tidak menyakiti antarsesama. Hal tersebut terefleksikan ketika Rasulullah bersabda bahwa yang disebut Muslim adalah orang yang dengan lisannya dan tangannya memberikan keselamatan bagi saudara-saudaranya (Sahih Bukhari, hadis: 10).

Tampak jelas dalam hadis tersebut adanya sikap tepo seliro, saling menyayangi, dan tidak saling membenci. Jika eksistensi lisan dan tangan kita membuat saudara Muslim lain terganggu, tidak nyaman, apalagi terancam, keislaman kita perlu diinstrospeksi.

Kedua, menyedikitkan tutur. Rasulullah memberikan clue perihal bertutur, yakni janganlah memperbanyak tutur selain berzikir kepada Allah karena sesungguhnya banyak bertutur selain berzikir kepada Allah dapat mengeraskan hati dan sesungguhnya manusia paling jauh dari Allah Ta’ala adalah pemilik hati yang keras (Al-Azkar Nawawi, hal: 285).

Ketiga, pengontrol tutur. Allah SWT memberikan guidance yang sangat gamblang dalam surah Qaf ayat 18, “Tidak ada suatu kata pun yang terucap, melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).”

Jika keimanan dikedepankan, sesungguhnya kata yang keluar dari lisan kita adalah tentang kebaikan dan kemaslahatan, bukan sebaliknya.

Wallahu a’lam bishawab.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat