Petugas Satpol PP memberikan imbauan kepada warga yang akan berolahraga di Pedestrian Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Ahad (20/6). Pemerintah Kota Bogor memberlakukan penutupan jalur pedestrian Kebun Raya Bogor pada akhir pekan sebagai langkah pembatasan mo | Republika

Bodetabek

Kontroversi Wisata Laser di Kebun Raya Bogor

90 persen pengunjung memanfaatkan Kebun Raya Bogor untuk swafoto dan olahraga.

OLEH SHABRINA ZAKARIA

Terhitung sejak 18 Mei 1817, Kebun Raya Bogor (KRB) hadir di Kota Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Di usianya yang menginjak dua abad ini, KRB mampu beradaptasi mengikuti perkembangan zaman.

Selaku pengelola KRB, PT Mitra Natura Raya (MNR) menggelar survei pada 2020 terkait kedatangan pengunjung. Hasilnya, sekitar 90 persen pengunjung hanya menikmati KRB sebagai tempat berolahraga dan berswafoto. Hal itu jauh dari fungsi KRB, yang merupakan tempat konservasi tumbuhan dan edukasi.

Atas pertimbangan itu, PT MNR memutuskan untuk membuat wisata edukasi malam bertajuk Glow. Konsep wisata itu diklaim sebagai bagian inovasi komunikasi, terutama tentang konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia, yang disampaikan dengan cara yang menarik untuk generasi milenial.

Direktur Sales dan Marketing PT MNR, Michael Bayu Sumarijanto, menyebutkan, atraksi malam Glow merupakan amanah dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang sebelumnya bernama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

“Glow ini akan kita ukur dengan survei berkala pada pengunjung untuk mengecek, apakah output-nya sampai. Itu key performance indicator (KPI) yang diberikan BRIN pada kita," ucap Bayu, setelah menunjukkan penampakan Glow kepada awak media di KRB, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (30/9) malam WIB.

Glow nantinya ditampilkan setiap Sabtu dan Ahad, mulai pukul 18.00 WIB hingga 21.20 WIB. Bagi pengunjung yang ingin melihat, dibuat kloter agar tidak berkumpul. Karena lokasi pertunjukan dekat Istana Bogor, PT MNR menerapkan sistem one gate di Pintu 1 KRB, seperti saran dari Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).

Menurut Bayu, pengunjung akan disuguhkan deretan lampu hias di sepanjang 1,6 kilometer dan atraksi cahaya yang dilengkapi audio. Area program eduwisata Glow, sambung dia, hanya menggunakan sekitar 10 persen dari total lahan KRB seluas 87 hektare.

Lokasi zona tematik Glow yang berada tidak jauh dari jalan raya terbagi enam zona, yaitu Taman Pandan, Taman Meksiko, Taman Akuatik, Lorong Waktu, Taman Astrid, dan Ecodome sekaligus lokasi penjemputan. Bayu menjelaskan, di semua taman tersebut, terdapat suara yang menjelaskan keanekaragaman hayati yang mengidentifikasi masing-masing zona.

Gemerlapnya konsep wisata malam itu belakangan mendapat sorotan dari lima kepala KRB periode 1981-2008. Mereka adalah Made Sri Prana, Usep Soetisna, Suhirman, Dedy Darnaedi, serta Irawati, yang mengirim surat berjudul 'Marwah Kebun Raya', yang mengkritik PT MNR dalam menerapkan wisata malam. Pengirim surat beralasan, lima fungsi KRB, yaitu konservasi tumbuhan, penelitian, pendidikan, wisata ilmiah, dan jasa lingkungan, bukan menjadi tempat wisata malam. "

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Kemitraan dan Kebun Raya BRIN, Hendrian mengatakan, tim riset BRIN dan PT MNR bisa memanfaatkan kelima fungsi KRB sekaligus agar lebih optimal. Sehingga, ia menekankan, tidak ada satu fungsi yang mengalahkan fungsi yang lain terkait rencana peluncuran wisata Glow di KRB.

Hendrian menuturkan, saat ini, banyak fasilitas riset di KRB yang belum terekspos ke publik dengan baik. Hal itu karena masyarakat masih fokus dengan gemerlapnya ide wisata Glow. Padahal, kata dia, KRB memiliki banyak peningkatan fasilitas riset. Sehingga, tidak benar jika dengan adanya Glow, fungsi wisata bakal mengalahkan fungsi konservasi di KRB.

"Oleh sebabnya, dilakukan optimasi beberapa infrastruktur fasilitas riset, antara lain agar pemanfaatan hasil riset bisa lebih terasa oleh //user//. Tidak ada satu fungsi mengalahkan yang lain," kata Hendrian.

Plt Deputi Bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN, Yan Rianto, mengatakan, tak hanya area wisata Glow, seluruh aspek di KRB pun terus dilakukan riset. Nantinya, ada kombinasi riset dan penelitian yang hasilnya untuk membandingkan antara area Glow dan wilayah yang tidak terpapar cahaya di KRB.

Bahkan, komparasi juga dilakukan dengan Kebun Raya lain yang ekosistemnya tidak terpapar cahaya pada malam hari. "Jadi, justru kalau Glow ditunda, kita jadi tidak bisa melakukan riset. Itu jadi situs penelitian. Sebabnya, justru kesempatan BRIN jadi situs penelitian dalam waktu tertentu," kata Yan.

Tekanan lingkungan

Pandangan berbeda disampaikan dosen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB), Melani Abdulkadir Sunito, yang menilai, rencana pemasangan lampu sorot untuk atraksi wisata malam bisa memicu tambahan tekanan lingkungan bagi KRB. Dia khawatir nanti ekosistem di KRB bisa runtuh akibat adanya wisata malam di KRB.

"Aktivitas-aktivitas yang memberi tekanan dari dalam tidak cuma Glow, jalan gico yang disemen dan sebagainya, tapi semua perubahan adalah tekanan yang kemudian dari luar dan kemudian ini ada lagi dari dalam," kata Melani.

Melani menuturkan, seluruh pengembangan yang dilakukan untuk KRB semestinya memikirkan dampak terhadap kelangsungan ekosistem di dalamnya. Dia menyebut, KRB merupakan ekosistem yang sudah terbentuk selama lebih dari 200 tahun. Selama itu pula, ekosistem di dalam KRB telah mengelola diri dengan sangat luar biasa ketika menghadapi berbagai tekanan dari luar. Untuk itu, ia berharap semua pihak tidak malah membuat tekanan dari dalam KRB sendiri.

"Kebun raya yang berusia 200 tahun ini tidak bisa disamakan dengan berbagai kebun raya yang lain yang usianya jauh lebih muda," tuturnya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat