Jamaah berbuka puasa bersama di halaman Masjid Al-Hakim, Padang, Sumatra Barat, Kamis (15/4/2021). Masjid Al-Hakim tersebut merupakan ikon wisata halal di kota itu. | ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

Opini

Blockchain untuk Wisata Halal

Penerapan blockchain dalam industri wisata halal mampu memberikan transaksi stabil dan keamanan optimal.

SAFRI HALIDING, Pengurus DPP Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI)

Pemerintah saat ini, serius mendorong Indonesia menjadi barometer industri halal dunia. Komitmen tersebut dibuktikan dengan dukungan bagi industri halal. Di antaranya, diterbitkannya UU No 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal.

Selain itu, dibentuknya Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal, penguatan UMKM halal, penyederhanaan dan percepatan proses perizinan, menanggung biaya sertifikasi halal UMK, dan mekanisme self-declare bagi UMK untuk produk tertentu.

Berdasarkan data the State of the Global Islamic Economy Report 2019/2020, pengeluaran makanan dan gaya hidup halal umat Islam  di dunia mencapai 2,2 triliun dolar AS pada 2018 dan diperkirakan tumbuh hingga 3,2 triliun dolar AS pada 2024.

Salah satu sektor industri halal yang kini tumbuh adalah pariwisata halal global.

 

 
Di sisi lain, perkembangan pesat teknologi, salah satunya blockchain mengubah wajah industri termasuk pariwisata halal. 
 
 

 

Global Muslim Travel Index (GMTI) 2018 melaporkan, Muslim travel market tumbuh cepat bahkan diprediksi meningkat 220 miliar dolar AS pada 2020 dan diharapkan meningkat 80 miliar dolar AS menjadi 300 miliar dolar AS pada 2026.

Pada 2017, terdapat 131 juta wistawan Muslim secara global, meningkat dari 2016 yang hanya 121 juta dan diprediksi bertambah pada 2020 yaitu 156 juta wisatawan. Ini merepresentasikan 10 persen dari total segmentasi sektor travel secara keseluruhan.

Di sisi lain, perkembangan pesat teknologi, salah satunya blockchain mengubah wajah industri termasuk pariwisata halal. Teknologi ini membuka cara baru dalam menyimpan serta  menggunakan data dan sumber informasi lainnya.

Meskipun teknologi ini awalnya mungkin terdengar membingungkan, sebenarnya cukup mudah untuk dipahami.

Blockchain pada dasarnya daftar catatan publik, juga dikenal buku besar publik, tempat transaksi antarpihak terdaftar atau disimpan. Setiap catatan, yang dikenal sebagai ‘’blok’’ dalam terminologi blockchain, diamankan menggunakan kriptografi.

Salah satu aspek terpentingnya, data terdesentralisasi dengan informasi yang dibagikan melalui jaringan peer-to-peer. Setiap blok berisi informasi transaksi dan waktu, bersifat permanen, dan tak bisa diubah tanpa konsensus seluruh jaringan.

 
Sifat terdesentralisasi blockchain membuat informasi tak akan pernah offline atau hilang sehingga transaksi selalu dapat dilacak. 
 
 

Artinya, data lebih aman, dapat dilacak, dan transparan. Selain itu, tidak ada titik pusat kerentanan dan data tahan terhadap gangguan pihak lain. Sehingga penerapan blockchain dalam industri wisata halal mampu memberikan transaksi stabil dan keamanan optimal.

Sifat terdesentralisasi blockchain membuat informasi tak akan pernah offline atau hilang sehingga transaksi selalu dapat dilacak.  Dalam konteks ini, industri perjalanan, bergantung pada perusahaan agen yang menyampaikan informasi antara satu sama lain.

Misalnya, agen perjalanan perlu memberikan rincian pelanggan ke perusahaan penerbangan dan hotel, sementara barang-barang pribadi pelancong sering berpindah antarperusahaan dan juga mesti dilacak.

Terdapat beberapa potensi penerapan blockchain di industri pariwisata halal. Pertama, pelacakan produk dan fasilitas halal. Dalam wisata halal, wajib tersedia fasilitas ramah Muslim, seperti tempat shalat, pemisahan dan penandaan makanan halal dan haram.

Dengan blockchain, memungkinkan pelacakan komponen produk dan fasilitas halal secara mendetail. Untuk makanan dan minuman, titik kritis komponen produk nonhalal pada bahan baku mudah dideteksi ulang setelah produk halal berbentuk barang jadi.

Kedua, pelacakan bagasi. Blockchain berguna melacak pergerakan bagasi, terutama saat perjalanan internasional. Dengan data yang terdesentralisasi, membuat berbagi data pelacakan antarperusahaan jauh lebih mudah.

 
Aplikasinya dapat berfungsi sebagai buku besar global, membuat pembayaran bank lebih sederhana dan aman hingga memungkinkan perusahaan perjalanan menerima pembayaran menggunakan bitcoin dan mata uang kripto lainnya.
 
 

Ketiga, layanan identifikasi. Layanan ini penting bagi industri perjalanan dan blockchain berpotensi menjadi standar untuk menyimpan informasi ini serta memiliki kapasitas mengurangi waktu check-in  atau antrean di bandara.

Sebab, sidik jari sederhana atau pemindaian retina bisa menggantikan dokumen yang ditampilkan. Kempat, pembayaran yang aman dan dapat dilacak. Mungkin penggunaan blockchain terpenting di industri hotel dan pariwisata halal yaitu pembayaran.

Aplikasinya dapat berfungsi sebagai buku besar global, membuat pembayaran bank lebih sederhana dan aman hingga memungkinkan perusahaan perjalanan menerima pembayaran menggunakan bitcoin dan mata uang kripto lainnya.

Kelima, skema loyalitas pelanggan. Banyak perusahaan perjalanan menerapkan skema loyalitas pelanggan. Blockchain berpotensi  menyederhanakan proses program ini, memudahkan pelanggan mengakses poin loyalitas, dan memerangi penipuan di bidang ini.

Pada akhirnya, blockchain bisa menjadi salah satu produk inovasi industri pariwisata halal sehingga meningkatkan pelayanan dan jasa bagi konsumen. Pada akhirnya, membantu mewujudkan  Indonesia sebagai pusat industri wisata halal dunia. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat