Pengunjung memadati Pasar Beringharjo, Yogyakarta, Jumat (1/1/2021). Saat libur akhir tahun, pemerintah harus membatasi mobilitas masyarakat guna meredam Covid-19. | Wihdan Hidayat / Republika

Nasional

Antisipasi Kenaikan Kasus Covid-19 dari Libur Akhir Tahun

Saat libur akhir tahun, pemerintah harus membatasi mobilitas masyarakat guna meredam Covid-19.

JAKARTA – Libur panjang akhir tahun berpotensi menyebabkan kasus Covid-19 meningkat signifikan jika tidak diantisipasi. Pada liburan akhir tahun nanti pemerintah harus bisa mengendalikan mobilitas serta memperketat protokol kesehatan risiko penularan Covid-19 bisa ditekan.

“Libur panjang yang disertai peningkatan mobilitas penduduk dan minim protokol kesehatan menjadi risiko tinggi terjadinya lonjakan kasus,” kata pakar epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Iwan Ariawan, Jumat (24/9).

Ia mengatakan, sejumlah hal yang bisa menimbulkan gelombang ketiga Covid-19 adalah peningkatan mobilitas penduduk yang tidak disertai peningkatan protokol kesehatan, penurunan pelacakan kasus, cakupan vaksinasi melambat (rendah), serta adanya varian baru yang lebih menular.

"Banyak ahli memprediksi Desember hingga Januari karena saat itu terjadinya peningkatan mobilitas penduduk dan kerumunan karena liburan akhir tahun. Masyarakat baru sadar atau menyesal setelah terjadi kenaikan kasus pada dia atau keluarganya terinfeksi," kata Iwan.

Gelombang ketiga Covid-19, kata Iwan, bisa dicegah menggunakan indikator Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sebagai gabungan indikator transmisi dan kapasitas respons. Iwan menyarankan pemerintah agar tidak ragu untuk meningkatkan level PPKM di daerah rawan.

photo
Sejumlah penumpang kereta api tiba di Stasiun Bandung, Kota Bandung, Ahad (3/1/2021). Hari itu merupakan puncak arus balik libur Tahun Baru 2021. - (ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA)

Potensi gelombang ketiga Covid-19 dinilainya tetap ada walaupun vaksinasi sudah lebih dari 50 persen sebelum Desember. "Karena tidak ada vaksin yang efektivitasnya 100 persen dan efektivitas vaksin bisa berkurang jika ada varian baru," ujarnya.

Secara terpisah Guru Besar Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Tjandra Yoga Aditama, mengatakan, kerumunan orang kerap diikuti dengan risiko peningkatan kasus, seperti yang sudah terjadi selama ini. "Jadi, tinggal apakah libur panjang akhir tahun bisa dikendalikan lebih baik atau tidak," katanya.

Menurut Tjandra, pemerintah dan media massa perlu mengingatkan masyarakat tentang potensi kasus Covid-19 yang meningkat setelah libur panjang. Salah satunya seperti yang terjadi di Singapura, walaupun vaksinasinya sudah lebih dari 80 persen populasi.

Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, masyarakat belum boleh merasa dalam kondisi aman karena sudah divaksinasi, terutama bila baru divaksinasi satu dosis.

Dia mengimbau masyarakat belajar dari pengalaman berbagai negara yang memiliki cakupan vaksinasi dosis pertama tertinggi di dunia, tapi ternyata lonjakan kasus masih dapat terjadi.

Seperti di Singapura yang mencapai 79 persen, Finlandia 73 persen, Inggris 71 persen, Jepang 66 persen, dan AS 63 persen. “Untuk itu, kita tidak boleh berpuas diri dan merasa aman hanya dengan vaksin, terutama jika hanya vaksin dosis pertama,” ujar Wiku saat konferensi pers, Kamis (23/9).

Wiku menjelaskan, lonjakan kasus pada negara-negara dengan vaksinasi yang tinggi ini terjadi karena protokol kesehatan tidak dipraktikkan dengan ketat. Singapura, misalnya, kurang berfokus pada pencegahan, yaitu protokol kesehatan di tempat umum. Akibatnya, klaster bermunculan.

Di Inggris, lanjut Wiku, kenaikan kasus terjadi karena adanya relaksasi aktivitas sosial ekonomi dan pembukaan sekolah tatap muka yang kurang berhati-hati. Sementara di Jepang, masyarakat di sana cenderung berkerumun untuk menonton pertandingan bersama di bar, kafe, ataupun restoran.

Di Amerika Serikat, cakupan vaksinasi tinggi tidak dibarengi dengan pengawasan dan pelaksanaan prokes yang baik. Penggunaan masker yang tidak menjadi kewajiban di beberapa tempat umum.

“Tentunya dengan adanya lonjakan kasus di berbagai negara dengan cakupan vaksinasi dosis pertama yang tinggi, kita tidak boleh semata-mata bergantung pada efek vaksinasi untuk mencapai target endemi Covid-19,” kata Wiku.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat