Petugas beraktivitas di pabrik pembuatan baja Kawasan Industri Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (4/10/2019). Kementerian Perindustrian mendorong percepatan pembangunan klaster industri baja Nasional di Cilegon dan Banten untuk memacu peningka | Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO

Ekonomi

Krakatau Steel Berkomitmen Tingkatkan Produksi Baja

Baja merupakan komoditas impor kedua terbesar Indonesia.

JAKARTA -- PT Krakatau Steel (Persero) Tbk berkomitmen meningkatkan produksi baja guna memenuhi kebutuhan di dalam negeri, sekaligus mengurangi impor.

"Kami akan tingkatkan produksi sehingga impor dapat diminimalisir, sesuai arahan Bapak Presiden. Tentu (peningkatan produksi) ini juga akan memberikan keuntungan bagi pelaku usaha dan negara berupa penghematan devisa," kata Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim dalam keterangannya.

Terdapat tren kenaikan konsumsi baja dalam lima tahun terakhir. Menurut dia, pada 2014 konsumsi baja Indonesia mencapai 50 kilogram (kg) per kapita per tahun. Sementara, pada 2019, jumlah tersebut naik hingga 71 kg per kapita per tahun.

Kenaikan konsumsi baja merupakan peluang bagi industri baja nasional. Namun, kondisi ini justru dimanfaatkan oleh oknum pedagang untuk melakukan impor. Pada kuartal IV 2020, Indonesia telah mengimpor baja hingga 1,1 juta ton dengan nilai sebesar 764 juta dolar AS. Jumlah tersebut naik hingga 19 persen pada kuartal I 2021 menjadi 1,3 juta ton dengan nilai sebesar 1 miliar dolar AS.

"Alasan impor itu bisa dicari, tetapi yang kami inginkan bersaing secara fair. Baja yang diimpor kadang-kadang tidak sesuai standar nasional, jadi konsumen yang dirugikan," ujarnya.

Kebutuhan dalam negeri terhadap hot rolledcoil (HRC) sebesar 3,9 juta ton bahan baku. Sementara produk turunan lain seperti plate membutuhkan sebesar 1,5 juta ton. Oleh sebab itu, Silmy menyampaikanKrakatau Steel akan meningkatkan kapasitas produksi, salah satunya dilakukan dengan mengoperasikan pabrik hot stripmill yang diproyeksikan sanggup memproduksi HRC1,5 juta ton per tahun.

Untuk mempercepat kapasitas produksi, pihaknya juga akan membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) tambahan pada 2025, serta memproduksi turunan baja pada 2022."Komoditas baja ini semakin meningkat seiring waktu. Kalau kita tingkatkan produksi, sementara pemerintah menata kebijakan impor, kami optimis negara bisa berhemat hingga Rp29 triliun, atau bisa lebih besar lagi," ujarnya.

Pabrik Hot Strip Mill 2

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan pabrik Hot Strip Mill 2 PT Krakatau Steel (Persero) Tbk di Kota Cilegon, Banten, Selasa (21/9). Jokowi menyebut, pabrik ini menggunakan teknologi modern dan terbaru di industri baja yang hanya ada dua di dunia, yakni di Amerika Serikat dan Indonesia.

Pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi hot rolled coil (HRC) atau baja lembaran panas sebesar 1,5 juta ton per tahun dan merupakan pabrik pertama di Indonesia yang mampu menghasilkan HRC kualitas premium. Jokowi menyebut, produksi dari pabrik ini akan terus ditingkatkan hingga mencapai 4 juta ton per tahun sehingga dapat memenuhi kebutuhan baja dalam negeri dan menekan angka impor. “Jadi, tidak ada lagi impor-impor yang kita lakukan," kata Jokowi dalam acara peresmian. 

Presiden mengungkapkan, baja merupakan komoditas impor kedua terbesar Indonesia. Oleh karena itu, keberadaan pabrik baru Krakatau Steel diharapkan bisa menihilkan impor baja sehingga Indonesia bisa menghemat devisa sebesar Rp 29 triliun per tahun. "Angka Rp 29 triliun ini angka yang sangat besar," ujar Jokowi. 

Jokowi mengaku akan memberikan perhatian besar terhadap industri baja. Apalagi, produksi baja sangat dibutuhkan dan dimanfaatkan oleh industri-industri lainnya. Konsumsi baja di dalam negeri yang sangat besar harus dimanfaatkan untuk peningkatan produksi baja. Produksi baja tak hanya diperuntukkan pembangunan infrastruktur, tetapi juga pembangunan industri-industri lainnya yang membutuhkan baja, khususnya industri otomotif.

“Kalau kita tahu konsumsi baja kita sangat besar, jangan dibiarkan ini dimasuki produk-produk dari luar dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,” kata dia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Krakatau Steel (krakatau.steel)

Dalam lima tahun terakhir, kata Jokowi, kebutuhan baja di Indonesia semakin meningkat hingga 40 persen karena dipacu oleh pembangunan infrastruktur. Presiden pun berpesan agar kualitas produk yang dihasilkan di pabrik baja PT Krakatau Steel ini tak kalah dengan kualitas produk impor dan mampu memenuhi kebutuhan industri di dalam negeri.

Produksi baja di Indonesia ini akan menjadi komoditas yang mampu bersaing di kawasan regional ataupun global. Karena itu, Presiden meminta jajarannya agar terus mendukung para pelaku industri baja dan besi serta perusahaan BUMN agar menjadi profesional dan menguntungkan sehingga mampu mewujudkan klaster baja sebesar 10 juta ton di Cilegon pada 2025.

Menteri BUMN Erick Thohir yang mendampingi Presiden dalam peresmian pabrik baru Krakatau Steel mengatakan, performa PT Krakatau Steel (KS) sudah membaik. KS bahkan mampu mendapatkan untung. 

"PT Krakatau Steel yang performanya rugi selama delapan tahun terakhir, sekarang sudah untung Rp 800 miliar," kata Erick di hadapan Presiden Jokowi dan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju. 

Keberhasilan PT KS tersebut tidak terlepas dari upaya transformasi dan restrukturisasi BUMN, termasuk terhadap PT Krakatau Steel. Hal tersebut dilakukan sesuai arahan Presiden Jokowi untuk memperbaiki kinerja BUMN. 

photo
Presiden Joko Widodo menandatangani baja produk terbaru saat meresmikan pabrik Hot Strip Mill 2 PT Krakatau Steel (Persero) Tbk di Kota Cilegon, Banten, Selasa (21/9/2021). Pabrik ini memiliki kapasitas produksi hot rolled coil (HRC) sebesar 1,5 juta ton per tahun dan merupakan pabrik pertama di Indonesia yang mampu menghasilkan HRC kualitas premium. - (ANTARA FOTO/Biro Pers Media Setpres/Agus Supa)

Erick menjelaskan, ada tiga tahapan restrukturisasi yang harus dilakukan oleh PT Krakatau Steel. Tahap satu dan tahap dua sudah dijalankan dengan baik. "Namun, saya minta pihak manajemen PT KS jangan berpuas diri karena ini penting bagaimana agar terus berupaya meningkatkan performa Krakatau Steel ini," ujar Erick.  

Erick dalam kesempatan tersebut tak lupa mengapresiasi keberhasilan manajemen PT KS yang selama ini bekerja keras memperbaiki kinerja sehingga mampu meraih laba. Menurut Erick, hal serupa juga dilakukan oleh perusahaan BUMN lainnya demi meningkatkan kontribusi bagi negara. 

Menurut Erick, BUMN pada 2020 memberikan kontribusi bagi negara sebesar Rp 375 triliun dari pajak, dividen, hingga penerimaan negara bukan pajak (PNBP). "Secara bertahap akan terus kita tingkatkan," kata Erick. 

Pabrik Hot Strip Mill 2 Krakatau Steel sebelumnya telah melakukan produksi perdana HRC pada 17 Mei 2021. Pabrik yang menelan investasi senilai 521 juta dolar AS atau setara Rp 7,5 triliun itu merupakan pabrik baja berteknologi canggih yang mulai dibangun pada 2016.

Salah satu jenis produk yang menjadi keistimewaan pabrik baru ini adalah HRC untuk kebutuhan otomotif. Pabrik ini juga merupakan yang pertama di Indonesia dan mampu menghasilkan ketebalan HRC dengan rentang 1,4 mm hingga 16 mm dengan lebar mulai dari 600 mm hingga 1.650 mm.

Proyek Baja Trikora

Ketua DPR Puan Maharani mengenang jasa Presiden pertama RI Sukarno atau Bung Karno saat ikut menghadiri peresmian pabrik baru Krakatau Steel. Puan mengatakan, Krakatau Steel merupakan bagian dari pelaksanaan Proyek Baja Trikora yang diinisiasi Sukarno pada 1960. 

"Dalam peletakan batu pertamanya pada 1962, Krakatau Steel awalnya bernama Cilegon Steel Mill yang kemudian resmi beroperasi pada 31 Agustus 1970," kata Puan. 

Industri baja adalah mother of industry karena tanpa industri baja dan besi, industri pengolahan lainnya tidak akan bisa berproduksi. Menurut dia, Bung Karno memahami hal tersebut sehingga menginisiasi pembangunan pabrik baja di Cilegon pada 1962.

"Memperkuat industri baja nasional sebagai salah satu sumber daya strategis berarti juga menguatkan ekonomi Indonesia agar berdikari," ujarnya.

Menurut dia, produk utama Krakatau Steel adalah baja canai panas (hot rolled coil) dan pelat besi hitam (hot rolled plate) yang diekspor ke berbagai negara, seperti Malaysia, Australia, Jerman, Italia, Portugal, dan Spanyol. Karena itu, dia meminta pemerintah secepatnya memperkuat daya saing industri baja nasional untuk mengurangi ketergantungan pada impor.

Menurut Puan, industri baja sangat dibutuhkan di tengah gencarnya pembangunan infrastruktur di Indonesia. Krakatau Steel diharapkan dapat memenuhi kebutuhan baja nasional untuk menopang pembangunan infrastruktur nasional.

"Krakatau Steel harus semakin sehat dan semakin kuat sebagai tulang punggung pembangunan bangsa dan negara kita yang sedang berlari menuju Indonesia Maju," katanya. Puan juga mengingatkan agar kemajuan kinerja Krakatau Steel harus turut dirasakan masyarakat sekitar di Cilegon dan Banten. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat