Keliru menganggap semua agama adalah benar. | ANTARA FOTO

Khazanah

Benarkah Semua Agama Benar?

Menjadi janggal jika menganggap semua agama itu benar.

OLEH UMAR MUKHTAR 

Pernyataan seorang perwira tinggi TNI mengenai semua agama adalah benar mengundang perhatian publik. Termasuk dari alim ulama dan tokoh ormas Islam yang mempertanyakan maksud di balik kalimat itu. Lantas, bagaimana para ulama menilai tentang pernyataan tersebut? 

Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Prof Dr Hasanuddin Abdul Fatah menyampaikan pandangan Islam terhadap sikap yang menyamakan semua agama. Dia menjelaskan bahwa semua agama itu baik karena setiap agama tentu mengajarkan tentang kebaikan.

"Semua agama itu baik karena semua agama mengajarkan kebaikan, persaudaraan, dan sebagainya. Tetapi kalau (seorang Muslim menyamakan) bahwa semua agama benar, itu salah. Setiap pemeluk agama menganggap agamanya benar dan masing-masing meyakini kebenarannya, termasuk Islam," kata dia kepada Republika, Ahad (19/9).

Menurut Hasanuddin, menjadi janggal jika menganggap semua agama itu benar. Dia mencontohkan, jika seorang Muslim meyakini agama lain benar, maka artinya juga harus menjalankan kegiatan ibadah yang rutin dilaksanakan dalam agama lain. Bila demikian, berarti Muslim tersebut tidak meyakini kebenaran agamanya sendiri.

"Plin-plan. Agama Islam benar, agama lain juga benar. Hari Jumat ke Masjid melaksanakan shalat Jumat, lalu di hari tertentu ke tempat ibadah agama lain, begitu jadinya kalau semua agama benar. Nyatakan kan tidak," jelasnya.

Hasanuddin juga menekankan, Alquran sudah jelas menyampaikan bahwa Islam adalah agama yang diridhai di sisi Allah. "Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya." (QS Ali Imran ayat 19)

Karena itu, Hasanuddin melanjutkan, setiap pemeluk agama tentu melaksanakan ajaran agamanya masing-masing. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam QS al-Kafirun ayat 6: "Untukmu agamamu, dan untukku agamaku." (QS Al-Kafirun ayat 6).

"Ayatnya jelas. Maka, penganut suatu agama yang meyakini kebenarannya melaksanakan ajaran agamanya secara konsisten. Masalah ajaran agama lain itu nggak ambil pusing, ya masing masing," ucap Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

Hasanuddin menambahkan, pandangan  semua agama benar itu seperti paham sinkretisme, yakni mengamalkan ajaran banyak agama. Satu agama diamalkan sedangkan agama lain juga diyakini kebenarannya. "Jadi ke sana-sini, campur-aduk. Bagaimana melaksanakan ajaran agama kalau semua agama benar," ungkapnya.

Meski demikian, ujar dia,  tidak perlu ada fatwa mengenai hal itu. Sebab, dia mengatakan, dalil Surah Ali Imran ayat 19 itu sudah jelas. Menurut dia, sesuatu yang sudah jelas tidak perlu diberikan fatwa. 

Sekretaris Komisi Fatwa MUI KH Miftahul Huda menuturkan, ungkapan 'semua agama benar' harus dipahami terlebih dulu konteks pembicaraannya. Pada dasarnya semua agama samawi itu mengajak umat untuk tidak menyekutukan Tuhan dan mengajak penganutnya untuk berakhlak mulia.

"Perbedaan dari agama-agama samawi adalah dalam konteks tata cara peribadatan. Dalam konteks teologi, semua agama samawi mengajak umat untuk berbuat baik kepada Sang Pencipta," jelas dia.

Kiai Miftahul mengatakan, semua utusan Tuhan diberikan wahyu untuk mengajak manusia menyembah Allah yang Maha Esa. Allah SWT berfirman, "Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku." (QS al-Anbiya ayat 25)

Dalam konteks ideologi kebangsaan, Kiai Miftahul menambahkan, titik temu semua agama adalah semua agama mengajak semua umat manusia untuk mengedepankan akhlak yang mulia. Misalnya bersikap moderat, toleran, adil dan kebaikan lainnya.

"Dalam konteks ideologi kebangsaan kita perlu mengembangkan moderasi dalam beragama dengan saling menghormati keyakinan antar umat beragama. Dan dalam konteks sosial semua agama menjadi inspirasi untuk saling menghormati dan berbuat baik antar sesama," tutur dia. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat