ILUSTRASI Untuk merasakan manisnya iman, seorang Muslim hendaknya menyadari pentingnya mencintai Allah. | DOK EPA Erdem Sahin

Khazanah

Merasakan Manisnya Iman

Menguatkan iman akan meningkatkan ketaatan seorang hamba kepada Allah SWT.

 

OLEH HASANUL RIZQA

Iman adalah keyakinan yang diteguhkan dalam hati, diikrarkan dalam lisan, dan dibuktikan dalam tindakan. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Iman memiliki lebih dari 70 cabang. Yang paling tinggi ialah bersyahadat. Adapun yang terendah, menyingkirkan gangguan dari jalan.” (HR Muslim).

Menguatkan iman akan meningkatkan ketaatan seorang hamba kepada Allah SWT. Sebaliknya, melemahnya iman akan membuat orang tersebut cenderung mengabaikan perintah-Nya dan mudah terjerumus dalam maksiat.

Sering kali, intensitas keimanan tidak stabil. Adakalanya naik. Tidak jarang pula melandai. Karena itu, penting sekali untuk selalu berupaya menjaga kualitas dan kuantitas amalan. Berikut ini adalah beberapa perbuatan yang, insya Allah, membuat seseorang bisa merasakan lezatnya iman.

Cinta yang Utama

Rasulullah SAW pernah mengungkapkan, “Ada tiga perkara yang apabila ada dalam diri seseorang, niscaya ia akan merasakan manisnya iman.” Hal pertama ialah menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada yang lain. Itu selaras dengan firman Allah Ta’ala dalam Alquran surah at-Taubah ayat 24.

Artinya, “Katakanlah, ‘jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.”

Maka, dalam hidup ini seorang Muslim hendaknya menyadari adanya cinta yang utama. Yakni, mencintai Allah dan Nabi Muhammad SAW.

photo
ILUSTRASI Salah satu keutamaan menurut Islam ialah mencintai karena Allah. - (DOK AP Achmad Ibrahim)

Alasan Mencinta

Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, hakikat cinta merupakan gerak jiwa dari sang pencinta menuju yang dicintainya. Dalam pandangan seorang sufi abad ke-10 M, ar-Rudzbari, cinta berarti menanggalkan egoisme pribadi. Katanya, “Selama belum keluar sepenuhnya dari dirimu, engkau belum masuk ke dalam batas cinta.”

Apabila cinta dihubungkan dengan keterangan dari Nabi SAW, maka diperoleh kesimpulan bahwa Allah-lah tujuan cinta yang paling luhur. Karena itu, lezatnya iman akan dirasakan orang yang mencintai hanya karena-Nya. Dalam rumusan Rasulullah SAW, “Mencintai seseorang, dan ia (seorang Muslim) tidaklah mencintai kecuali karena Allah.”

photo
ILUSTRASI Salah satu perkara yang memungkinkan orang merasakan manisnya iman ialah benci tidak berislam. - (DOK EPA Bagus Indahono)

Alasan Membenci

Ada cinta, ada pula kebencian. Perasaan itu bisa timbul dari dalam diri seorang manusia. Islam mengajarkan bahwa rasa benci tidak otomatis salah, asalkan diarahkan secara tepat. Misalnya, benci bermaksiat.

Dalam hadis sahih riwayat Imam Bukhari di atas, Nabi SAW menjelaskan, salah satu perkara yang memungkinkan seseorang merasakan manisnya iman ialah benci tidak berislam. “Benci untuk kembali pada kekufuran, sebagaimana ia (seorang Muslim) enggan dilemparkan ke neraka.”

Dengan demikian, benci dengan alasan itulah yang sebenarnya dianjurkan. Pada akhirnya, seorang Mukmin akan betul-betul bersyukur bahwa dirinya telah meyakini kebenaran Islam.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat