Warga memasang poster bergambar Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur saat aksi Bulan Gus Dur di kawasan Ngarsopuro, Solo, Selasa (29/12/2020). Aksi tersebut digelar untuk mengenang jasa-jasa Gus Dur sebagai guru bangsa. | ANTARA FOTO/Maulana Surya

Geni

Menghidupkan Humor Gus Dur 

Hari kelahiran Gus Dur diperingati sebagai Hari Humor Nasional.

OLEH FARAH NABILA NOERSATIVA

Sisi humoris tak lepas dari sosok Kiai Haji Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Presiden ke-4 Republik Indonesia ini dikenal sebagai seorang intelek yang juga gemar berceletuk dan melemparkan humor-humor yang membuat orang tertawa.

Kejenakaan almarhum Gus Dur akan terus dikenang melalui peringatan Hari Humor Nasional. Perhimpunan Pecinta Humor (Pertamor) dan Institut Humor Indonesia Kini (IHIK3) menetapkan hari kelahiran Gus Dur pada 7 September sebagai Hari Humor Nasional. Penetapan itu ditandai dengan pembacaan Proklamasi Ketawa oleh putri bungsu Gus Dur, Inayah Wahid. 

“Prokletawa. Menyatakan bahwa hahahaha adalah hak asasi manusia selama hahahaha itu berlandaskan humor,” kata Inaya saat membacakan Proklamasi Hari Humor Nasional mewakili almarhum ayahnya, Gus Dur. 

Menurut perempuan bernama lengkap Inayah Wulandari Wahid itu, sudah seharusnya Indonesia mulai mempertimbangkan humor sebagai sumber daya. Hal ini mengingat Indonesia tak pernah kehabisan pejabat dan tokoh publik dengan kelakuan yang berhasil memicu tawa. 

“Barang siapa yang mencintai Gus Dur, niscaya hidupnya akan jenaka, dan barang siapa yang tidak, maka tidak kenapa-kenapa, bersamaan ini dengan ini, saya menyatakan 7 September 2021 sebagai Hari Humor Nasional,” ujar Inaya. 

Dalam kesempatan itu, selain pengasuh Pertamor Jaya Suprana, beberapa nama lain turut hadir, di antaranya Mustofa Bisri atau Gus Mus dan Menteri Polhukam Republik Indonesia, Mahfud MD. Gus Mus berpendapat, sangat tepat jika Hari Humor Nasional ditetapkan pada hari kelahiran Gus Dur.

Menurut dia, Gus Dur merupakan sosok yang dikenal tak hanya sebagai intelektual, ulama, politikus ulung, presiden, tapi juga sebagai sosok jenaka. “Hampir di kehidupannya, Gus Dur tak lepas dari humor,” kata Gus Mus. 

Humor sangat menuntut kecerdasan. Banyak orang humoris merupakan orang-orang yang cerdas. Gus Dur pun diakui sebagai orang yang sangat cerdas. 

Ada humor-humor yang sangat melegenda dan menjadi cerita rakyat di Irak, seperti Abu Nawas, di Mesir ada hakim Karakus. Di Sunda, ada si Kabayan. “Cerita-cerita  itu tentu semula dibuat oleh seseorang yang cerdas, sastrawan yang ingin mengkritik,” kata Gus Mus. 

Salah satu cerita yang digemari Gus Dur adalah Presiden Gonzales yang berasal dari Amerika Selatan. Dia diceritakan terhanyut dalam sebuah banjir besar dan terlepas dari para pengawalnya. 

Ternyata, dia ditolong oleh seorang pencari ikan. Sang Presiden berterima kasih kepada pencari ikan dengan mengatakan si pencari ikan telah menyelamatkan sosok kepala negara yang amat penting. 

Sang Presiden lalu meminta si pencari ikan untuk menyebutkan permintaan apa saja sebagai balasan atas jasa telah menyelamatkan seorang presiden. Namun, dengan nada menyindir, si pencari ikan memohon Sang Presiden tak usah mengatakan bahwa dialah yang menolongnya. 

“Itu cerita cerdas yang hanya dipahami orang-orang yang juga cerdas,” kata Gus Mus. 

Cerita-cerita itu sebenarnya hanya karangan yang kemudian dijadikan ceritaan rakyat. Cerita-cerita itu juga digunakan untuk menyindir siapa pun yang memiliki kelakuan yang sama dengan sindiran-sindirannya itu. 

Gus Mus bercerita, Gus Dur memiliki banyal koleksi cerita humor yang mengandung sindiran. Gus Dur sangat mempertahankan humor dan tak mau melepasnya. Itu yang disangka oleh Gus Mus adalah hal yang membuat dia terkenang sepanjang masa.

Gus Dur yang lahir di kalangan pesantren, membuatnya terus mempertahankan sifat humorisnya itu. Banyak kiai di pesantren yang selain memiliki kecerdasan di atas rata-rata, juga merupakan sosok humoris. 

Tausiyah, ceramah, dan nasihat para kiai biasanya penuh dengan humor. Tentu, itu ada alasannya. Keadaan umat yang sudah sangat pusing dengan kehidupan rumah tangga, ekonomi, dan kerumitan hidup, membuat para kiai memahami apa tujuan para umat mendengarkan ceramahnya. 

Humor-humor itu menjadi sesuatu yang mencerahkan. “Gus Dur mengetahui persis, bila sedang berbincang topik apa, dia selalu memiliki humor tentang itu. Berbicara dengan siapa, dia selalu memiliki humor itu,” ujar Gus Mus menjelaskan. 

Tak lupa, Gus Mus menyampaikan selamat atas proklamasi Hari Humor Nasional yang disesuaikan dengan hari lahir Gus Dur. Dia berharap Hari Humor Nasional tak hanya menjadikan humor cerdas, tapi juga dapat menggembirakan dan membuat orang menjadi cerdas pula.

“Mudah-mudahan kehidupan kita dengan adanya Hari Humor tidak selalu pengap, dipenuhi dengan ketegangan-ketegangan yang tidak perlu, dengan suasana gembira yang ditimbulkan oleh humor yang cerdas,” ujar Gus Mus.

Kisah Dua Ajudan Soeharto

Menteri Koordinator Polhukam, Mahfud MD, menceritakan pengalamannya mendapat wejangan dari Gus Dur saat menjabat sebagai menteri pertahanan era kepemimpinan Gus Dur.

Kala itu, Mahfud MD kesulitan untuk mengambil keputusan. Ada banyak sekali komentar datang dan semua komentarnya itu benar semua. “Saya bingung kemudian saya bertanya kepada beliau,” kata Mahfud dalam kesempatan yang sama. 

Gus Dur lantas menceritakan soal kepemimpinan Presiden Soeharto yang saat itu memiliki dua ajudan. Ajudan pertama adalah seorang ustaz, sementara ajudan kedua adalah seorang tentara.

Saat Soeharto hendak menaiki mobil dengan kaki kiri, ajudannya yang ustaz menegurnya dan memintanya untuk naik dengan kaki kanan. Ketika dia hendak menaiki mobil dengan kaki kanan, ajudannya yang tentara memintanya untuk naik dengan kaki kanan. 

Namun, Bu Tien, istri Soeharto, yang telah lama menunggu, meminta Soeharto langsung masuk saja ke dalam mobil. Dari situ, Gus Dur memberikan saran bahwa untuk mengambil keputusan tidak perlu terlalu berpikir mana yang benar. 

“Ambil saja satu, lalu bertanggung jawablah atas keputusan itu. Nah, Gus Dur itu memberikan nasihat tidak menggurui, tapi memberikan contoh yang bagus,” kata Mahfud.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat