Petugas membawa kantong jenazah korban kebakaran Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Kelas 1 Tangerang di RS Polri Kramat Jati, Jakarta, Rabu (8/9/2021). Sebanyak tujuh mobil ambulans membawa 41 jenazah yang merupakan warga binaan pemasyarakatan (WBP) Lapas K | Republika/Putra M. Akbar

Kisah Dalam Negeri

Yang Berpulang Menjelang Bebas

Lapas Kelas 1 Tangerang dan RS Polri dipenuhi keluarga yang berduka.

OLEH ALI MANSUR, EVA RIANTI

Petra Eka alias Etus bin Suhendar sedianya bakal tak lama lagi menghuni selnya di Blok C2 Lapas Kelas 1 Tangerang. Pria yang terjerat kasus narkoba itu tinggal menunggu setengah tahun lagi setelah menghabiskan empat tahun di balik terali besi.

Pada 22 Februari 2022, pria berusia 20 tahunan itu dijadwalkan bebas setelah menerima sejumlah remisi alias potongan masa tahanan. Angelina, tante kandung Etus, menuturkan, yang bersangkutan juga sudah tak sabar ingin keluar.

"Kok rasanya pengen pulang kangen rumah," kata Angelina mengutip Etus dalam salah satu postingannya di Instagram belum lama ini.

Belum sepekan lalu, pada 4 September 2021, Etus juga masih sempat melakukan video call dengan keluarga. "Kita berharapnya pulang dengan selamat juga, tapi kan kita pulang dengan mayat,” kata dia saat ditemui tengah mengantre untuk mengidentifikasi jenazah di depan gedung Sentra Visum dan Medikolegal, Rumah Sakit Polri, Kramatjati, Jakarta Timur, Rabu (8/9).

Ia tak menyembunyikan kegeramannya pada pihak pengelola lapas. “Di mana jamin keselamatannya bahwa keluarga kita dibina di sana. Itu saja," kata dia. Angeline berharap pihak kepolisian dapat segera menemukan titik terang untuk mengungkap penyebab pasti kebakaran yang menewaskan puluhan korban jiwa ini.

photo
Sejumlah keluarga korban kebakaran Lapas Kelas 1 Tangerang menunggu proses pendataan di RS Polri Kramat Jati, Jakarta, Rabu (8/9/2021). Kepolisian membuka posko antemortem untuk keluarga korban pasca kebakaran Lapas Kelas 1 Tangerang. - (Republika/Putra M. Akbar)

Ia meminta aparat memberikan keterangan secara detail kepada publik. "Janggal juga kok dalam kurun waktu satu jam bisa langsung ambles semuanya rata, itu kan beton. Walaupun bangunan lama juga tembok, bukan bilik dalam waktu satu jam rata semua. Pertolongannya di mana?" kata Angeline terbata-bata.

Suasana kepiluan dan ketakutan juga tampak di wajah sejumlah orang yang berdatangan ke lokasi kebakaran di Lapas Kelas 1 Tangerang pada Rabu (8/9) siang. Nuryati, salah satu keluarga korban, saat ditemui di Lapas Kelas 1 Tangerang terlihat tak dapat membendung rasa khawatirnya. 

Dia terkejut saat pertama kali mengetahui adanya insiden kebakaran di lapas yang dihuni anaknya, Ujang Supriyatna. Informasi kebakaran awalnya dia peroleh dari salah satu anaknya yang lain yang mendapatkan kabar dari berita di stasiun televisi.

Saat mengetahui itu, hatinya terasa remuk. Pikirannya melayang. Ia takut Ujang menjadi salah satu dari 41 korban yang tewas dalam insiden tersebut. 

"Aduh rasanya pingsan setengah mati saya. Pagi pulang kerja dapat telepon, (saya) jejeritan di rumah minta tolong sama tetangga pengen ke sini (lapas) saya pengen lihat anak saya, tapi belum bisa lihat," cerita Nuryati. 

photo
Sejumlah keluarga korban kebakaran Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Kelas 1 Tangerang menunggu proses pendataan di RS Polri Kramat Jati, Jakarta, Rabu (8/9/2021). - (Republika/Putra M. Akbar)

Saat tiba di Lapas Kelas 1 Tangerang, hatinya yang penuh dengan kekhawatiran mereda. Anaknya disebut pihak kepolisian dalam keadaan selamat, meski mengalami luka pada salah satu bagian tubuhnya. 

"Alhamdulillah anak saya selamat. Cuman kena luka kakinya doang. Mungkin nginjek-nginjek (reruntuhan kebakaran). Selamat dia tadi sudah telepon," tuturnya. 

Dia tak berhenti bersyukur karena anaknya lepas dari musibah kebakaran. Meski sang anak yang terjerat kasus narkotika itu hanya sempat membawa tubuh serta pakaian yang dikenakannya. Sementara pakaian lain atau barang lain miliknya yang berada di Blok C2 hangus terpanggang si jago merah. 

Nuriyati menuturkan, anaknya mengaku sudah mendapatkan perawatan kakinya yang mengalami luka. Berdasarkan informasi dari kepolisian, anaknya kini dipindahkan dari Blok C2 ke Blok F. 

Yang mendatangi Lapas Kelas 1 Tangerang kemarin juga bukan hanya warga tempatan. Ada di antara mereka yang datang jauh-jauh dari daerah asalnya. Sebagaimana Khairuddin, pria paruh baya yang datang dari Sukabumi untuk mengecek anaknya, Slamet Nuryanto, di lapas tersebut. "Saya dari Sukabumi. Dapat kabar pagi lewat TV. Kakaknya ngebel (menelepon), saya langsung ke sini," tuturnya. 

photo
Sejumlah keluarga korban kebakaran Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Kelas 1 Tangerang menunggu proses pendataan di RS Polri Kramat Jati, Jakarta, Rabu (8/9/2021). - (Republika/Putra M. Akbar)

Khairuddin mengaku sangat khawatir jika sang anak terenggut nyawanya akibat amukan api membakar Blok C2 lapas. Terlebih, Slamet akan bebas pada 2022 setelah selama ini dibui lima tahun. Hingga kemarin sore, Khairuddin belum mengetahui nasib anaknya. Meski begitu, dalam daftar nama 41 korban meninggal yang beredar, tak ada nama Slamet Nuryanto.

Insiden kebakaran di Lapas Kelas 1 Tangerang tepatnya di blok hunian Chandiri 2 (Blok C2) terjadi pada Rabu (7/9) sekira pukul 01.45 WIB. Kebakaran akhirnya berhasil dipadamkan setelah berlangsung 1,5 jam. Dalam insiden tersebut 41 orang dinyatakan meninggal terbakar di lokasi kejadian. 

Sementara Wagiyo menyebut bahwa anaknya, Iwan Setiawan, yang menjadi salah satu korban luka berat dalam musibah itu mengalami luka bakar sekitar 80 persen. Wagiyo mengatakan, informasi anaknya menjadi korban kebakaran usai menerima telepon dari teman Iwan yang menghubungi melalui telepon seluler milik anaknya itu.

 "Katanya Iwan di lapasnya kebakaran, terus temannya ada yang meninggal delapan, terus dia sudah dibawa ke rumah sakit. Dibawa ke rumah sakit itu 80 persen luka bakarnya, tapi dia sadar," kata Wagiyo di Jatinegara, Jakarta, Rabu. 

Wagiyo mengaku sangat terkejut ketika pertama kali mendengar kabar musibah kebakaran di Lapas Tangerang yang menimpa anaknya itu. "Memang sudah musibah ya, kalau kakaknya kan masih nggak nerima. Saya bilang, 'kalau memang sudah musibah, kita mau bagaimana?'," ujar Wagiyo.

Dia mengatakan, Iwan Setiawan menjalani hukuman penjara 12 tahun akibat kasus narkoba dan telah mendekam di penjara sejak 2015.

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly saat meninjau lokasi kebakaran mengatakan, telah mengucapkan bela sungkawa kepada para keluarga korban dan akan memberikan santunan. "Saya sudah bertemu dengan perwakilan keluarga," kata dia. 

Pemerintah akan memberikan santunan Rp 30 juta kepada keluarga warga binaan yang meninggal dunia dalam musibah kebakaran di Lapas Kelas I Tangerang. "Sekali lagi saya sampaikan, ini musibah berat yang sama-sama tidak kita inginkan. Saya tadi sudah meninjau dan melihat langsung ke lokasi untuk mengoordinasikan semua hal terbaik yang bisa kita lakukan demi mengurangi penderitaan akibat peristiwa ini," kata Yasonna usai meninjau lokasi kebakaran, Rabu (8/9).

Kemenkumham, khususnya Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen Pas) meminta maaf kepada keluarga korban dan masyarakat Indonesia atas bencana kebakaran yang terjadi. Kemenkumham akan dikerahkan untuk membantu pemulasaran jenazah sampai selesai. 

"Khusus untuk warga binaan yang menderita luka, semuanya sudah ditangani di rumah sakit dan kami pastikan untuk mendapat pengobatan sebaik mungkin," katanya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat