Warga memesan produk sayuran melalui platform media sosial toko Sayurand Fresh di Garut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Jumat (2/10/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada September 2020 terjadi penurunan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di | CANDRA YANUARSYAH/ANTARA FOTO

Ekonomi

Konsumsi Rumah Tangga Diproyeksikan Tertekan

Konsumsi rumah tangga sempat melambung tinggi pada kuartal II karena Idul Fitri dan Ramadhan.

JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan konsumsi rumah tangga Indonesia hingga akhir tahun hanya akan tumbuh di kisaran 2,2 persen sampai 2,8 persen. Hal ini karena adanya tekanan dari kebijakan PPKM pada kuartal III 2021.

“Kalau dari komponen agregat konsumsi kita mungkin hanya akan tumbuh di kisaran 2,2 persen hingga 2,8 persen,” kata Sri dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR di Jakarta, Senin (30/8).

Sri menjelaskan, konsumsi sempat melambung tinggi pada kuartal II yang didorong oleh adanya momentum Idul Fitri dan Ramadhan. Akan tetapi, kegiatan konsumsi turun karena penerapan PPKM level 3 dan 4 untuk menekan kasus Covid-19.

Ia berharap, konsumsi pada kuartal III dapat dikejar dari sisa waktu pelonggaran PPKM, yaitu dua pekan terakhir Agustus dan September. “Dua pekan terakhir ini kita harap mulai membaik, kegiatan ekonomi mulai bertahap normal lagi. Tidak boleh disertai kenaikan pandemi,” tegasnya.

Di sisi lain, ia menegaskan, pemerintah dan masyarakat harus tetap bersinergi agar pandemi tidak kembali melonjak. Menurut Sri, kondisi pertumbuhan ekonomi akan terpengaruh apabila pandemi tidak terkendali.

Dia mengatakan, apabila kasus Covid-19 terkendali dan tidak ada pengetatan mobilitas, konsumsi masyarakat bisa membaik dan juga didorong momentum Natal dan tahun baru. Apabila hal itu tercapai, ekonomi tahun ini bisa tumbuh 3,7 persen sampai 4,5 persen.

 “Investasi sudah relatif membaik, kita coba jaga, tapi jika operasi dari berbagai sektor produksi mengalami kendala tentu juga akan memengaruhi investasi,” ujarnya.

 

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan, pihaknya terus memantau kebijakan tapering bank sentral AS The Federal Reserve (Fed). Meski begitu, ia menilai, reaksi dan pemahaman pasar mengenai kemungkinan perubahan kebijakan Fed tersebut sudah semakin baik saat ini.

Dia menekankan, BI akan terus mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, pasar surat berharga negara (SBN), dan pemulihan ekonomi.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, pembiayaan pasar modal menjadi sumber pertumbuhan ekonomi di tengah pandemi Covid-19. "Kami perkirakan sampai akhir tahun penghimpunan dana atau raising fund di pasar modal ini sudah bisa mencapai Rp 200 triliun. Ini adalah angka luar biasa karena hanya pernah terjadi pada 2017," kata Wimboh.

Ia menegaskan, akan terus mendorong para emiten untuk mengeluarkan pembiayaan melalui pasar modal agar ruang-ruang sumber baru pertumbuhan ekonomi bisa dioptimalkan. Wimboh menjelaskan, nilai penghimpunan dana di pasar modal sampai Agustus 2021 telah mencapai Rp 136,9 triliun.

"Sampai akhir tahun untuk pipeline ini ada Rp 50,65 triliun dan bahkan mungkin masih bisa tumbuh lagi," ucap dia.

Sementara itu, ia menuturkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah berada di atas level 6.000. Artinya, kondisi IHSG sudah kembali seperti sebelum Covid-19 dengan volatilitas yang terjaga. "Ini akan terus kami jaga dan pertahankan agar integritas di pasar modal ini terus terjamin," tegas Wimboh.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat