Ajak anak peduli lingkungan sejak dini (ilustrasi) | Kelly Sikkema Unsplash

Keluarga

Yuk, Ajak Anak Sayangi Lingkungan

Lakukan hal sederhana seperti bertanggung jawab terhadap sampah yang dihasilkan anak.

Maurilla S Imron, pendiri Zero Waste Indonesia, punya cara sederhana agar buah hatinya mulai mencintai lingkungan. Satu contoh kegiatan sederhana yang bisa dilakukan adalah mengajak anaknya ikut berkebun bersama.

Meskipun masih berusia 21 bulan, Maurilla mengatakan anaknya sudah senang memegang selang. Selain itu, anaknya juga tidak takut dengan hewan-hewan karena sering melihatnya. “Dia tahu itu bukan makhluk bahaya, sepatutnya kita hidup berdampingan. Sedini mungkin kalau bisa tanamkan itu,” kata Maurilla.

Sedangkan, Winda Sari punya cara yang tidak kalah unik. ‘’Saya ajari anak-anak agar mau bertanggung jawab terhadap sampah yang mereka hasilkan,’’ ujar ibu dua anak ini.

Winda mengungkapkan setiap kali bepergian, anak-anak yang masih duduk di bangku SD dan SMP ini menyimpan sampah di dalam tas dan mengolahnya begitu sampai di rumah. ‘’Biasanya kita akan menggunting kecil-kecil sampah plastik dan dibuat menjadi eco brick,’’ kata dia.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebut persoalan sampah berhubungan dengan budaya. Karena itu, semua pihak harus membangun budaya bertanggung jawab terhadap sampah dengan benar, meskipun tidak mudah.

Direktur Pengelolaan Sampah KLHK, Novrizal Tahar mengatakan butuh waktu panjang untuk membangun kultur bertanggung jawab terhadap sampah. “Harus dari generasi ke generasi, dan harus dibangun dari kecil tentang perilaku persoalan sampah,” kata dia dalam ajang virtual “Ajak Anak Pilah Sampah, Yuk!”.

Mengatasi persoalan sampah berhubungan dengan menciptakan literasi baru. Menurut data Biro Pusat Statistik (BPS) pada 2018, sebanyak 72 persen masyarakat Indonesia tidak peduli terhadap persoalan sampah.

Agar generasi kekinian lebih peduli pada lingkungan termasuk soal sampah, tampaknya tugas ini ada di pundak para orang tua. Langkah kecil yang dimulai oleh Winda dan Maurilla boleh dibilang menjadi upaya awal yang turut membentuk kebiasaan untuk berusaha mengurangi sampah bahkan bila memungkinkan menjadi nol sampah.

Maurilla mengakui tak mudah menerapkan gaya hidup nol sampah. Dengan memiliki anak, dia semakin termotivasi untuk menghadirkan bumi yang minim sampah. Bagaimana caranya mengajak anak mencintai lingkungan? Berikan contohnya, karena anak melihat apa yang orang tua lakukan. “Tanpa kita sadari, anak itu meniru apa yang kita lakukan dan katakan, entah baik atau buruk,” kata Maurilla.

Ketika berusaha menerapkan gaya hidup ramah lingkungan, tujuannya tentu menjadikan ini sebagai satu kebiasaan baik. “Mengubah gaya hidup itu tak mudah. Dengan saya sudah sadar, saya memberi contoh dan melakukan dengan sadar. Saya harap dia tidak sesulit saya karena sudah menganggap ini normal,” ujar Maurilla.

Sembari melakukan kegiatan juga memberi stimulasi dari hal sederhana saja. Kata kuncinya adalah “melibatkan” anak. “Dia akan merasa dirinya penting dan merasa bermanfaat untuk orang tuanya. Misalnya berkebun, dari menanam hingga panen, dia petik dan makan juga,” ujar Maurilla.

Psikolog Klinis Anak dari Rumah Dandelion, Reti Oktania menjelaskan orang tua bisa membentuk perilaku anak yang peduli terhadap lingkungan dengan menerapkan konsep 3R, yaitu Routine, Ritual, dan Rules. “Orang tua dapat menciptakan rutinitas bersama anak yang berhubungan dengan merawat lingkungan, dimulai dari rutinitas memilah sampah setiap hari,” kata Reti.

 

 

Orang tua dapat menciptakan rutinitas bersama anak yang berhubungan dengan merawat lingkungan, dimulai dari rutinitas memilah sampah setiap hari.

Reti Oktania, psikolog klinis anak
 

 

Setelah memiliki rutinitas, Reti mengatakan orang tua bisa membuat ritual yang menarik bagi anak, misalnya membuat mainan edukatif berasal dari material sampah yang telah dipilah setiap akhir pekan bersama orang tua. Selain itu, orang tua bisa membuat aturan yang disepakati bersama anak, misalnya anak dilibatkan untuk membantu membuang sampah di tempat sampah terpilah.

Reti menekankan bahwa untuk membentuk perilaku dan karakter anak itu, maka orang tua perlu memberikan contoh terlebih dahulu. “Sebaiknya start with example, yaitu orang tua memberikan contoh bagaimana memilah sampah dilakukan,” ujar dia.

Selain itu, Reti melanjutkan do with prompt, karena anak-anak masih perlu diingatkan secara verbal, maupun visual. Dia menjelaskan bahwa verbal prompt dilakukan dengan mengingatkan anak secara langsung melalui ucapan. Sementara itu, visual prompt dapat dilakukan dengan menaruh gambar-gambar atau tulisan terkait di tempat sampah terpilah. Tujuannya agar anak lebih tertarik membuang sampah di tempat sampah terpilah yang sudah disediakan di rumah.

Terakhir, Reti menyarankan orang tua memberikan apresiasi yang spesifik. Artinya, orang tua dapat menyampaikan terima kasih setelah anak berhasil menghabiskan makanan, atau memilah sampah, sambil diberikan pemahaman yang sederhana. “Selagi anak bisa kita influence, dan melihat kita sebagai role model saat ini, tunjukkan value kita,” kata Reti.

Sebutkan dan contohkan terus tentang gaya hidup ramah lingkungan agar menjadi habit sehingga membentuk karakter mereka. “Selama kita mengulang actions yang sama, dan konsisten, itu lama-lama jadi habit, membentuk karakter,” ujar Reti.

 

 

photo
Anak-anak bermain di alam dapat membantu menumbuhkan kecintaan pada lingkungan. - (ANTARA FOTO / Irwansyah Putra)

Langkah Kecil untuk Alam   

Bagi para orang tua yang menginginkan buah hatinya lebih peduli lingkungan, Direktur Pengelolaan Sampah KLHK, Novrizal Tahar mengungkapkan ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai orang tua dan pendidik.

1. Menyampaikan literasi baru bahwa “Sampahku, Tanggung Jawabku”.

Ini agar dapat bantu mengurangi sampah dan mengatasi persoalan sampah dari sumbernya. “Kalau sudah (merasa) ‘sampahku, menjadi tanggung jawabku’ maka anak-anak ini akan mendorong perubahan besar di kepala mereka,” ujar Novrizal.

 

2. Membangun budaya dan menerapkan gaya hidup minim sampah.

Misalnya, membangun kesadaran untuk mengurangi atau menolak penggunaan plastik sekali pakai, mendorong belanja tanpa kemasan dengan membawa wadah sendiri, ajarkan pilah sampah dari rumah, khususnya sampah organik dan bukan organik.

 

3. Mengurangi sampah sisa makanan dengan cara membiasakan diri menghabiskan makanan.

“Kita bangun budaya ke anak soal menghabiskan makanan. Kalau sejak kecil di benak mereka. Kita ini nomor dua //food waste// (sisa makanan) di dunia,” kata dia. Diharapkan gaya hidup itu juga efektif mengurangi produksi sampah organik.

 

4. Olah sampah.

Ajarkan pula pada anak agar mengolah sampah organik menjadi kompos dan langkah daur ulang yang lain. “Komposkan di rumah, ajarkan itu ke anak-anak kita,” ujar dia.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat