Pemain Belgia Romelu Lukaku menyundul bola saat pertandingan babak 16 besar Piala Eropa 2020 antara Belgia dan Portugal di stadion La Cartuja, Seville, Spanyol, Minggu, 27 Juni 2021. | AP/Lluis Gene/Pool AFP

Olahraga

Evolusi Romelu Lukaku

Romelu Lukaku memiliki akurasi operan yang mencapai 95 persen saat melawan Arsenal

LONDON — ''Hari ini adalah kemenangan dan awal yang bagus.” Begitulah ekspresi kegembiraan Romelu Lukaku ketika mengantarkan Chelsea mengalahkan rival sekotanya, Arsenal, di Stadion Emirates, Ahad (22/8) malam WIB.

Pada derbi London Barat Laut tersebut, Lukaku menyumbangkan satu gol pada kemenangan dua gol tak berbalas Chelsea ke gawang Arsenal. Satu gol tambahan lainnya disumbangkan oleh defender muda asal Inggris, Reece James.

“Namun, ingat perjalanan musim ini masih panjang. Kami masih harus bekerja keras dan terus meningkatkan kemampuan karena Liga Inggris ini sangat kompetitif,” kata Lukaku mengingatkan.

Lukaku sudah sepatutnya meluapkan kebahagiaan. Sebagai pemain anyar di skuad the Blues pada musim panas ini, penampilan Lukaku kali ini seperti mengobati luka yang menggores ketika ia dibiarkan pergi dari Stamford Bridge, sekitar tujuh tahun silam.

Semasa ia harus angkat kaki ke Everton pada akhir musim 2013/2014, Lukaku bukanlah sosok yang diidamkan di Stamford Bridge. Penampilannya tak bertaji. Pada kesempatan pertamanya di Chelsea, dari 15 penampilannya di semua ajang, tak sekali pun pemain berpaspor Belgia itu bisa mencetak gol.

Namun, luka lama itu mulai Lukaku obati. Hanya butuh waktu 15 menit saja untuk menggoreskan lembaran baru pada debutnya bersama Chelsea. Kedatangannya setelah berkelana dan mengasah kemampuan di Inter Milan rupanya membawa keberkahan. Lukaku kian matang.

“Dia menambahkan aspek baru dalam permainan kami. Kehadirannya membuat kami bisa bermain lebih direct,” kata pelatih Chelsea, Thomas Tuchel, dikutip dari BBC, Senin (23/8).

“Dia bisa menguasai bola lebih lama, unggul dalam duel satu lawan satu, dan cepat dalam merangsek ke kotak penalti, Saat ini dia jauh lebih matang dan cerdik dalam merespons apa yang terjadi di atas lapangan,'' ujar Tuchel kembali.

Apa yang disampaikan oleh Tuchel bisa dilihat pada catatan statistik penampilan Lukaku. Eks striker Anderlecht itu melepaskan delapan tembakan, dua tepat ke arah sasaran, dan melakukan 11 sentuhan di kotak penalti lawan atau paling banyak dari pemain lain di laga tersebut.

Dalam catatan lainnya, Lukaku juga memiliki akurasi operan yang mencapai 95 persen dan delapan kali memenangi duel perebutan bola. Di sinilah, sanjungan Tuchel menjadi terasa menguatkan.

Jika Tuchel dan Lukaku bergembira, hal sebaliknya terjadi pada kubu Arsenal. Dengungan untuk mendepak pelatih Mikel Arteta langsung mengudara seusai kekalahan memalukan tersebut. Para suporter the Gunners sempat meluapkan kemarahannya dengan mengadang mobil Arteta di luar stadion saat hendak pulang.

Kemarahan para suporter cukup beralasan. Kekalahan ini menjadi awal terburuk dalam sejarah the Gunners yang menjalani dua laga awal tanpa bisa mencetak satu pun gol setelah sebelumnya juga ditundukkan tim promosi Brentford dengan skor identik.

"Arteta, bantulah dirimu sendiri. Mikel, bantulah dirimu sendiri, enyah dari klub ini!” seru salah seorang suporter Arsenal, dikutip dari Goal.

Sementara, Arteta berusaha untuk tenang menyikapi kekalahan ini. Ia justru melayangkan sanjungan kepada rivalnya dengan menyebut Chelsea layak memenangkan pertandingan ini.

“Chelsea memang pantas menang. Saya kira, mereka tim yang lebih baik secara keseluruhan. Kami punya sejumlah momen di babak pertama dan di awal babak kedua," ujarnya.

MU dalam sorotan

Pada laga lainnya, mantan klub Lukaku, Manchester United, justru berada dalam sorotan. Tim besutan Ole Gunnar Solskjaer itu menemui jalan terjal ketika hanya bisa bermain imbang 1-1 di kandang Southampton, Stadion Saint Mary. Pada laga tersebut, United sempat tertinggal lebih dulu kala laga menginjak menit ke-30.

Solskjaer mengakui, anak-anak asuhnya gagal mengawali laga itu dengan intensitas dan ritme permainan yang tepat. ''Mungkin karena kelelahan yang akhirnya berujung munculnya berbagai kecerobohan. Pada 15 menit akhir laga, kami kehilangan ritme permainan,'' ujar Solskjaer seperti dilansir Sky Sports.

Terlepas dari kegagalan memetik poin penuh di laga tersebut, Solskjaer menyoroti kepemimpinan wasit, terutama terkait pelanggaran yang dilakukan para pemain. “Anda tahu apa yang bisa mereka lakukan? Menendang pemain kami, kemudian wasit tetap melanjutkan permainan. Jika seperti ini terus, makin banyak pemain yang akan mengalami cedera,'' katanya.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat