Petani merontokkan padi saat panen di Bogor, Jawa Barat, Senin (23/8/2021). Pertanian berorientasi industri bisa menjadi tulang punggung baru ekonomi kita kelak. | ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/wsj.

Opini

Pertanian Berorientasi Industri

Pertanian berorientasi industri bisa menjadi tulang punggung baru ekonomi kita kelak.

YANDRA ARKEMAN, Profesor Teknologi Industri Pertanian dan Peneliti AI/Blockchain, IPB University

Sudah 76 tahun merdeka, tetapi sektor pertanian kita masih dilanda berbagai masalah. Terlepas dari sukses pertanian menjadi tulang punggung ekonomi selama masa pandemi ini, kita tak boleh lengah.

Sampai saat ini, kita masih berjuang melawan karut-marut masalah pertanian, seperti mahalnya biaya produksi, impor beras, harga tak stabil, petani yang belum sejahtera, tata kelola pupuk, dan masalah lain di sektor hulu.

Untuk mengatasi hal di atas, kita perlu memikirkan strategi baru. Salah satunya, mengembangkan industri pertanian secara masif untuk menghela sektor pertanian, yang dinamakan agroindustrial pull-strategy.

Ini artinya, kita membangun industri pertanian untuk meningkatkan nilai tambah hasil pertanian setinggi mungkin.

Perkembangan industri pertanian ini otomatis meningkatkan permintaan bahan baku hasil pertanian dengan harga layak bagi petani. Maka itu, petani terpacu meningkatkan jumlah dan mutu hasil pertanian untuk dipasok ke industri sesuai standar yang ditetapkan.

 
Ini artinya, kita membangun industri pertanian untuk meningkatkan nilai tambah hasil pertanian setinggi mungkin.
 
 

Ini yang disebut pertanian berorientasi industri yang bisa menjadi tulang punggung baru ekonomi kita kelak. Berdasarkan kajian penulis, sistem pertanian berorientasi industri menjadi kunci sukses pertanian di Taiwan, Korea Selatan (Korsel), Jepang, Cina, dan AS.

Sebelumnya, mereka juga dihantui masalah di sektor hulu pertanian seperti kita saat ini.

Namun, dengan kebijakan seperti reformasi agraria, penataan kelembagaan, pembenahan sistem logistik dan rantai pasok serta penggunaan teknologi modern, mereka dapat keluar dari masalah produksi dan tata niaga pertanian.

Secara bersamaan, mereka membangun industri untuk menampung hasil pertanian ketika produksi berlebih. Selain dapat menjaga stabilitas harga di tingkat petani, ini menggerakkan sektor riil dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara.

Agar industri pertanian mampu menopang pertanian, ada yang perlu diperhatikan. Pertama, industri yang dibangun tidak hanya industri skala besar, tetapi juga industri kecil dan menengah (IKM) di perdesaan. Ini bisa menciptakan desa mandiri pangan dan energi.

Kedua, sistem logistik dan rantai pasok hasil pertanian harus dibuat seefisien mungkin sehingga biaya logistik rendah. Saat ini, biaya logistik Indonesia sekitar 24 persen dan termasuk tertinggi di dunia.

 
Maka harus dirancang, petani bisa menjual hasil pertanian langsung ke industri
 
 

Maka harus dirancang, petani bisa menjual hasil pertanian langsung ke industri. Berbagai platform digital terkini dengan blockchain harus digunakan untuk menjamin transparansi dan traceability demi efisiensi sistem logistik dan rantai pasok industri pertanian.

Ketiga, industri pertanian yang dibangun bukan industri dasar saja, melainkan sampai industri hilir yang menghasilkan produk inovatif bernilai tambah tinggi. Misalnya, agroindustri kelapa sawit kita tak berhenti sebagai produsen minyak goreng saja.

Untuk melahirkan berbagai inovasi baru, industri pertanian perlu didukung laboratorium bertaraf internasional yang dilengkapi peralatan mutakhir dan ditunjang teknologi digital terkini seperti kecerdasan buatan (AI).

Keempat, industri pertanian harus didukung sistem e-commerce yang cerdas sehingga kita dapat memasarkan produk ke pasar domestik dan global. E-commerce ini perlu dilengkapi teknologi kecerdasan buatan, yang dapat memprediksi keinginan konsumen.

Kelima, sistem pertanian konvensional berubah modern yang menyerupai industri. Jadi, pertanian kita terdorong menghasilkan produk yang tepat jumlah, tepat kualitas, tepat waktu, adaptif terhadap lingkungan, tidak bergantung pada musim dan berkelanjutan.

 
Ide pengembangan pertanian berorientasi industri, sejatinya bukan benar-benar baru di Indonesia.
 
 

Selain itu, pengembangan industri pertanian saat ini tak bisa terlepas dari penggunaan teknologi digital maju, seperti robot cerdas, drone cerdas, AI, IoT, dan blockchain. Maka itu, penguasaan dan adopsinya harus ditingkatkan.

Ide pengembangan pertanian berorientasi industri, sejatinya bukan benar-benar baru di Indonesia. Beberapa tokoh agroindustri mendengungkannya sejak 1990-an, tetapi penerapannya menghadapi banyak kendala.

Di antaranya, ketiadaan visi jangka panjang pembangunan pertanian, fokus sektor hulu, belum semua pemangku kepentingan paham dan mendukung konsep ini, dan pemikiran yang sektoral. Sementara itu, Korsel, Jepang, dan Taiwan bisa membangun industri pertanian.

Pada masa depan, kita bahkan akan menyaksikan hal menakjubkan dalam sistem pertanian berorientasi industri ini. Di antaranya, pabrik tanaman bisa memproduksi komoditas pertanian sepanjang tahun di dalam ruangan, tanpa bergantung pada musim dan sinar matahari.

Kita juga bisa menikmati daging buatan (artificial meat) atau memasak dengan minyak nabati buatan. Semua produk ini bukan dari peternakan atau perkebunan, melainkan laboratorium rekayasa proses dan industri hilir pertanian.

Karena itu, kita mesti segera membangun industri pertanian kita secara masif dan inovatif serta mengembangkan pertanian modern berorientasi industri. Jika tidak, kita terus ketinggalan dari negara lain. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat