Sekolah Indonesia Davao | Youtube

Opini

Para Pahlawanku

Para pahlawan itu telah membantuku menggapai masa depan.

 

JETRIA LUMANTONG DALING: Siswa Kelas X IPS Sekolah Indonesia Davao

Nama saya Jetria Lumantong Daling. Saya dilahirkan di sebuah pulau kecil dan terluar bagian selatan Negara Filipina, namanya Sarangani. Pulau ini tidak mempunyai sarana prasarana yang memadai. Sambungan listrik sangat terbatas, rumah sakit hanya ada di pulau sebelahnya, pulau Balut. Signal untuk handphone tidak ada, sehingga apabila kita ingin menelpon, kita harus mencari dataran yang tinggi, sekelilingnya hanya pohon kelapa dan bebatuan. Kadang saya bertanya, kenapa ya nenek moyang saya berpindah dari kepulauan Sangir di Indonesia ke pulau Sarangani di Filipina. Karena saya nggak pernah tahu jawabannya, maka saya husnudzon saja bahwa mereka pasti mencari kehidupan yang lebih baik untuk anak cucunya, termasuk saya.

Keluarga saya sangat sederhana, rumah saya berdinding anyaman bambu dan beratap daun kelapa. Halaman rumah kami sangat luas, karena langsung berhadapan dengan laut lepas, yaitu lautan pasifik. Keluarga saya terdiri dari bapak, ibu, seorang kakak dan saya. Bapak saya seorang nelayan tradisional, dengan jaringnya, setiap sore bapak saya menaruh jarring di laut, dan sekitar pukul 2 atau 3 pagi, saya, ibu dan bapak saya mengangkat jaring, dan mengambil ikannya untuk dijual kepada tetangga saya.. Sementara ibu saya cuma ibu rumah tangga biasa yang karena keadaan, terpaksa akhirnya membuat kue-kue untuk dijual ke tetangga-tetangga karena ingin mencukupi kebutuhan kami. Biasanya ibu memasak dan membuat kue-kue setelah mengangkat jaring ikan di pagi hari. Kakak saya sekarang  ada di Bitung, Sulawesi Utara, sedang mencari pekerjaan di sana.

Biar pun hidup saya sederhana, tapi saya sangat bahagia, karena saya sangat disayang oleh keluarga saya. Ketika TK yang jaraknya sangat jauh sekitar 1 jam 20 menitan lebih, saya selalu diantar dan dijemput oleh  ibu saya. Kami berjalan kaki melewati pantai dan menaiki bukit agar bisa sampai ke sekolah TK kami. Ibu mengantar saya sambil membawa kue-kuehnya untuk dijual, siangnya ibu menjemput saya untuk kembali pulang ke rumah. Itulah hari-hari yang sangat indah dan membahagiakan saya, walaupun harus berjalan cukup jauh tapi saya sangat senang dan bahagia, karena selalu ditemani oleh ibu saya. Selesai TK, saya melanjutkan ke Filipina yang lokasinya bersebelahan dengan TK saya dulu. Awalnya saya masih diantar oleh ibu saya, tetapi sesudah agak besar saya tidak diantar lagi.  

Saya masih ingat sekali, ketika saya lulus SD tahun 2018, saya akan pergi melanjutkan sekolah saya ke Sekolah Indonesia Davao (SID) di Davao City-Filipina. Saya sangat sedih sekali, karena akan berpisah dengan keluarga saya, terutama ibu saya. Ibu saya memeluk saya, dengan diiringi air mata dan doa ibu saya melepaskan kami bersama kakak saya pergi ke Davao City untuk melanjutkan sekolah saya di SID. Bapak saya nggak nangis, cuma saya tahu, bapak saya juga sebenarnya sedih berpisah dengan kami.

DI SID, kami tinggal di asrama yang disediakan oleh KJRI Davao City. Bukan hal yang gampang buat kami untuk bersekolah di SID. Pertama karena saya belum mengerti bahasa Indonesia ketika baru datang. Kedua saya harus berpisah dengan keluarga, dan ketiga kita harus hidup bersama dengan orang-orang yang baru dari berbagai daerah di Mindanao di satu asrama. Alhamdulillaah, dengan bersekolah di SID saya semakin tahu kalau saya adalah orang Indonesia, yang harus bersikap dan berbudaya Indonesia, dan mempunyai pahlwan pejuang kemerdekaan yang hebat-hebat, yang selama ini belum saya ketahui.

Setahun di SID, tiba-tiba terjadi pandemi Covid-19. Saya ingat, bulan Maret 2019, pemerintah kota Davao  melockdown kota Davao. Hati saya sangat sedih, karena rencana saya untuk menengok keluarga ketika liburan nanti tidak bisa dilaksanakan. Dua tahun kami terkurung di asrama, serta belajar di kelas dengan protocol kesehatan. Dalam keadaan lockdown tidak bisa kemana-mana, akhirnya membuat saya sadar bahwa ada orang-orang yang sangat menyayangi saya , sama dengan kasih sayangnya ibu kepada saya, selama saya belajar di SID. Bagi saya mereka adalah para pahlawan baru, pahlawan yang nyata, yang hadir dalam kehidupan saya. Dengan tetap menghormati para pahlawan yang telah gugur membela kemerdekaan Indonesia, maka pahlawan baru saya setelah keluarga saya adalah KJRI Davao City, Atdikbud, Pembina Asrama, dan para guru SID.

Kenapa saya menyebut KJRI Davao City, Atdikbud Manila, Pembina Asrama dan para guru SID adalah para pahlawan baru dan pahlawan nyata dalam kehidupan saya karena hal-hal berikut ini:

KJRI Davao City menyediakan sekolah yang sangat bagus dan lengkap fasilitasnya, ditambah dengan asrama yang sangat bagus juga. Saya bersekolah di SID gratis, tidak pernah dipungut biaya apapun. Bayangkan, ada sekolah yang menggratiskan 100% biaya pendidikan kepada murid-muridnya, bukankah yang dilakukan KJRI adalah sesuatu yang sangat mulia, dan juga bisa disebut sebagai pahlwan, yang berjuang untuk mencerdaskan dan melindungi WNI di Mindanao.

Pahlawan yang kedua adalah Atdikbud. Atdikbud inilah yang memberikan kami fasilitas di asrama, seperti makan, kasur, biaya operasional sekolah kami, termasuk gaji guru-guru kami yang tercinta dan sebagainya. Kami murid-murid SID yang di asrama makan sehari tiga kali dengan menu yang baik, tapi yaitu, karena kami kebanyakan anak pantai, kadang sayuran yang dimasak tidak kami makan, yang kami sukai hanya ikan saja, walaupun kami sadar bahwa itu tidak baik. Bagi kami Atdikbud adalah pahlawan kami, yang membantu kami dengan sepenuh hati dan ketulusannya. Kami berharap juga nantinya Atdikbud akan membantu kami untuk meraih cita-cita kami, mendapatkan beasiswa, seperti yang sudah diberikan kepada kakak-kakak kami.

Pahlawan yang ketiga adalah Pembina asrama kami. Pembina asrama putri adalah Maam Joy, nama lengkapnya adalah Marylien Joy Cabulusan Coralde, dan pembina asrama putra adalah pak Moh.Imam. Keduanya adalah sangat tegas dan disiplin, tetapi hati mereka sebenarnya sangat baik. Merekalah yang menemani kami ketika kami, terutama sedang sedih, karena tidak bisa kemana-mana. Maam Joy selalu mengajak anak-anak Kristen di asrama putra dan putri untuk beribadat kebaktian, sementara pak Imam juga selalu mengajak anak-anak asrama yang beragama Islam untuk selalu sholat dan mengaji. Keduanya selalu mengajak untuk meningkatkan iman dan kepercayaan kepada Allah SWT, Tuhan YME, agar kami selalu dilindungi oleh Tuhan, selalu diberikan kesehatan, serta tidak sedih.

Pahlawan kami selanjutnya adalah kepala sekolah dan para guru tercinta kami yang selalu mengajarkan sikap, sifat, nilai  pengetahuan dan ketrampilan yang baik kepada kami. Bagi saya, kepala sekolah dan guru-guru di SID bukan cuma guru, tapi juga pengganti orang tua saya di Davao City. Mereka tidak hanya mengajar, tapi juga memberikan cinta dan perhatiannya kepada kami anak-anak didiknya semua, tanpa memandang agama dan suku kami. Selain mengajar di kelas, secara bergiliran juga, mereka datang setiap kami belajar bersama pada malam hari untuk membantu kami ketika belajar malam. Mereka juga hadir secara bergiliran pada setiap hari Sabtu dan Minggu, untuk melihat-lihat keadaan kami.

Semua guru saya adalah sangat baik; ada bu Tiwi yang menjadi orang tua asuh saya. selain tempat kami curhat atau bercerita, bu Tiwi juga sering membawa makanan yang enak untuk kami. Ada pak Heru yang selalu mengingatkan kami untuk selalu menjaga kesehataan, karena pak Heru adalah Koordinator Satgas Covid-19 di SID, atau ada pak Slamet yang selalu kami pinjami uangnya kalau kami sudah kehabisan uang. Pak Rinto yang selalu menyediakan sabun dan alkohol di SID ditempat pencucian tangan dan kesetan kaki.

Ada pak Dede, dan pak Indra yang selalu hadir di sekolah untuk selalu menemani kami. Dan guru-guru lainnya yang sangat baik, dengan sifat dan karakternya masing-masing. Mereka selalu ada untuk kami, tidak mengenal waktu maupun hari libur. Ada juga kak Jade, yang selalu menjaga kebersihan sekolah kami. Terima kasih bapak dan ibu guru ang baik. Bagi saya mereka adalah para pahlawan yang memberikan lebih dari apa yan harus dilakukan, dengan ikhlas dan tulus.

Mereka semua adalah para pahlawan baru, para pahlawan yang nyata di kehidupan ini. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat